Ekonomi 2018 Hadapi 6 Isu Strategis

- 20 Februari 2018, 12:00 WIB
Kuliah-Umum-Kepala-BI-Banten
Kuliah-Umum-Kepala-BI-Banten

Perekonomian Indonesia pada tahun 2018 akan menghadapi berbagai peluang dan tantangan yang semakin kompleks. Kemajuan teknologi digital merupakan salah satu yang akan memengaruhi ekonomi Indonesia. Demikian disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten Rahmat Hernowo saat menyampaikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten, di Aula Sjadeli Hasan, Senin (19/2/2018). Hadir dalam kuliah umum tersebut Rektor UIN SMH Banten Prof. Dr. H. Fauzul Iman, MA, para wakil rektor, dekan, dan jajaran rektorat. Sebelum kuliah umum, dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UIN SMH Banten dengan BI Banten dan juga antara UIN SMH Banten dengan Kabar Banten. Dengan mengangkat tema ”Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini”, Rahmat mengatakan, setidaknya ada beberapa isu strategis yang akan dihadapi sektor perekonomian ke depan. Isu strategis pertama yakni menyangkut apa yang disebut curent account deficit defisit transaksi berjalan. Bank Dunia maupun Bank Indonesia memprediksi bahwa defisit transaksi berjalan maksimal 3% dari produk domestik bruto (PDB). Ia menuturkan, neraca transaksi berjalan adalah alat ukur terluas untuk perdagangan internasional Indonesia. Ini mencakup transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi (dari aset dan tenaga kerja), dan juga transfer uang. Oleh karena itu, kalau sebuah negara mencatat defisit transaksi berjalan ini berarti negara ini menjadi peminjam neto dari negara-negara lain di dunia dan karenanya membutuhkan modal atau aliran finansial untuk membiayai defisit ini. "Sejumlah negara-negara maju seperti Singapura dan Jepang, neraca transaksi berjalan mengalami tren positif, sedangkan beberapa negara seperti Afganistan dan beberapa negara di Afrika mengalami perkembangan negating. Sedangan Indonesia saat ini menunjukkan transaksi berjalan yang negatif namun dari sisi transaksi barang positif. Kondisi ini tentu harus memacu Indonesia untuk peningkatan sektor industri manufaktur. Saat ini, industri manufaktur hanya mencapai 48 persen sedangkan negara seperti Korea dan Cina sudah di atas 90 persen," ucapnya. Isu strategis kedua, kata dia, yakni mengenai kualitas sumber daya manusia (SDM). Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara nasional telah mencapai 70,1. Dibandingkan negara-negara lain angka IPM ini sudah lebih baik. Sedangkan rata-rata angka harapan sekolah 12,75 tahun dan rata-rata lama sekolah mencapai 8 tahun. "Dari sisi kemampuan sains, hasil survei terhadap 5.000 anak usia 15 tahun, Indonesia berada pada urutan 403, sedangkan negara tertinggi yakni Singapura. Dalam aspek peningkatan SDM ini, hal yang ditekankan yakni menyangkut kemampuan knowledge, values, integrity dan skill. Inilah komponen dalam menciptakan SDM unggul. Oleh karena itu, lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi harus memperhatikan unsur-unsur tersebut dalam rangka menciptakan SDM-SDM yang unggul," kata Rahmat yang sebelumnya menjabat analis eksekutif Kantor Perwakilan BI Tokyo Jepang. Isu strategis yang ketiga yakni digital economy. Rahmat menuturkan, setidaknya saat ini ada tiga perusahaan yang mengembangkan bisnis digital yakni Go-jek, Tokopedia dan Traveloka. Perusahaan yang bergerak dalam penjualan online ini memiliki nilai investasi yang sangat besar. Ia mencontohkan, Tokopedia investasi telah mencapai Rp 13 triliun. "Perusahaan-perusahaan ini mengalami perkembangan transaksi yang fantastis. Padahal sebelumnya saat dirintis banyak orang yang tidak percaya. Hal itu menunjukkan di era digital sekarang, anak-anak muda dituntut untuk berpikir inovatif dan kreatif. Jadilah anak-anak muda, termasuk mahasiswa menjadi inovator digital dalam rangka mendorong kemajuan bangsa," katanya. Isu strategis yang keempat yakni crypto currency yakni mata uang digital desentralisasi dan dikelola oleh jaringan teknologi peer to peer, atau yang dikenal dengan transaksi menggunakan bitcoin. "BI telah melarang bitcoin sebagai alat transaksi karena beberapa unsur transaksi yang bersifat fluktuatif, tidak ada regulator, pihak yang bertransaksi memakai anonim," katanya. Sedangkan isu strategis kelima yakni menyangkut ekonomi kreatif. Menurut dia, sektor ini sekarang sedang menjadi tren dikalangan anak-anak muda yang memiliki kecenderungan terhadap budaya-budaya pop. Sektor industri kreatif sangat potensial karena sasarannya kalangan anak-anak muda. Isu strategis yang keenam yakni middle income trap yakni kondisi dimana suatu negara berpotensi terjebak di dalam negara-negara dengan pendapatan menengah dan tak bisa bergerak ke arah negara maju (middle income trap). "Ini menjadi tantangan bisakah Indonesia keluar dari keluar dari middle income," katanya.***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x