Ternyata Ini Alasannya Mengapa Bunga Edelweis Tidak Boleh Dipetik

9 Maret 2023, 11:15 WIB
Ilustrasi terkait alasan kenapa Bunga Edelweis tidak boleh dipetik. /Pixabay/senjakelabu29

KABAR BANTEN - Bunga Edelweis memang memiliki daya tarik tersendiri kelopaknya cantik dan tak mudah layu itulah mengapa Edelweis dikenal dengan sebutan bunga abadi.

 

Bunga Edelweis banyak tumbuh di wilayah pegunungan di Indonesia, tanaman cantik ini banyak ditemukan di Gunung Lawu, Gunung Gede, Gunung Rinjani dan Gunung Merbabu.

Berikut informasi tentang Bunga Edelweis serta alasan kenapa tidak boleh dipetik, sebagaimana dikutip Kabar Banten dari Channel YouTube Miftah's TV.

Baca Juga: Tercantum dalam Al-Qur'an! Inilah 9 Tanaman Pembawa Kekayaan atau Berkah Menurut Islam

Bunga Edelweis merupakan bunga yang hanya tumbuh di daerah tertentu seperti daerah pegunungan dan Bunga Edelweis ini termasuk bunga yang dilindungi yang harus dijaga kelestariannya.

Banyak orang yang menganggap bahwa Bunga Edelweis ini menghasilkan bunga, namun pada kenyataannya tidak demikian.

Berdasarkan penelitian, bahwa kelopak pada tanaman tersebut adalah daun yang memiliki bulu halus berwarna putih dan semburat hijau muda

Pada bagian tengah Bunga Edelweis berwarna kuning yang merupakan serbuk sari.

 

Bunga Edelweis akan tumbuh dengan baik di ketinggian lebih fari 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Pertumbuhan Bunga Edelweis akan lebih baik dan cocok ditanam di wilayah yang memiliki cuaca dingin.

Pada umumnya Bunga Edelweis ini memiliki tinggi sekitar 22 cm, dengan kelopak bunga yang berukuran 8 cm.

Beberapa Bunga Edelweis raksasa memiliki kelopak berukuran mecapai 12 cm, Bunga Edelweis dikenal juga dengan sebutan bunga abadi.

Hal tersebut membuat tanaman ini tidak mudah layu dan penyebabnya adalah adanya hormon Etilen yang dimiliki Bunga Edelweis.

Dimana hormon tersebut diketahui dapat mencegah kerontokan pada kelopak Bunga Edelweis.

Selain itu Bunga Edelweis juga dikenal sebagai salah satu tanaman yang saat ini terancam punah.

Baca Juga: Tampak Indah Menawan, Inilah 8 Ide Mempercantik Rumah dengan Tema Dekorasi Ramadhan

Untuk itu, di Indonesia tanaman ini dilindungi oleh undang-undang no.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya hayati dan ekosistem.

Berdasarkan sejarahnya, Bunga Edelweis ini ditemukan pertama kali oleh seorang naturalis asal.Jerman bernama George Karl Reinwardt pada tahun 1819 silam di lereng Gunung Gede.

Bunga Edelweis sering disebut banyak orang sebagai tanaman yang sangat kuat dan tidak memiliki musuh alami yang berarti.

Namun, jika terlalu banyak air, maka tanaman Bunga Edelweis akan terancam mati.

Beberapa gunung di Indonesia yang terkenal dengan Bunga Edelweis antara lain Gunung Gede, Gunung Rinjani dan Gunung Merbabu.

Setiap bagian dari Bunga Edelweis tahan terhadap cuaca ekstrim, mulai dari batang bawah tanah yang tahan angin hingga daunnya yang dapat mencegah Evaporasi hingga struktur mikro pelindung ultraviolet dari brak putih beludru berbulu.

Namun sayang sekali julukan Bunga Edelweis ini berbanding terbalik dengan kondisi yang ada.

Banyak masyarakat, khususnya para pendaki yang memetik Bunga Edelweis ini sebagai buah tangan.

Hal tersebut justru membuat keberadaan Bunga Edelweis semakin terancam punah.

Semakin terancam punah, maka Bunga Edelweis ini tidak diperbolehkan dipetik sebagaiman tedapat dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI no. 20 tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Baca Juga: Pupuk Asmara dari Fiersa Besari, Quotes Cinta Penyejuk Hati

Diketahui bahwa Bunga Edelweis ini merupakan tanaman yang memiliki peran penting yaitu sebagai pioneer pelopor bagi tanah vulkanik pegunungan.

Selain itu Bunga Edelweis juga mampu bertahan dengan baik pada tanah yang kurang unsur hara, perlu kita ketahui bahwa tingkat semai Bunga Edelweis hanya mencapai tinggi 20 cm.

Itulah informasi tentang alasan mengapa bunga Edelweis tidak boleh dipetik hal itu bertujuan agar kebeadaan Bunga Edelweis ini bisa tetap terjaga dengan baik, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Miftah's TV

Tags

Terkini

Terpopuler