Aje Ngaku Wong Banten, Wajib Tahu Yah! Ini Pahlawan Nasional Sekaligus Ulama dari Tanah Banten

- 9 Juni 2023, 21:05 WIB
Illustrasi terkait pahlawan nasional sekaligus ulama dan kiai dari tanah Banten/tangkapan layar youtube/channel Sipaling Tau
Illustrasi terkait pahlawan nasional sekaligus ulama dan kiai dari tanah Banten/tangkapan layar youtube/channel Sipaling Tau /

KABAR BANTEN - Kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari peran ulama dan Kiai, Banten sebagai daerah religius turut andil dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

 

Berikut ini ulama dan Kiai dari tanah Banten yang juga merupakan Pahlawan Nasional.

Penasaran siapa saja ulama dan Kiai tersebut, simak artikel berikut

Dikutip Kabar Banten dari video youtube channel Sipaling Tau, inilah Pahlawan Nasional sekaligus ulama dan Kiai dari tanah Banten:

Ki Wasyid

Ki Wasyid lahir pada tahun 1843 di Deliseng, Ciwandan, Cilegon Banten.

Lahir sebagai anak tunggal dari pasangan Kyai Muhammad Abbas dan Nyai Johariyah.

Wasyid lahir dari keluarga pejuang yang memberontak terhadap penjajah Belanda.

Baca Juga: Menguak Misteri Makam Keramat Syeh Muhammad Soleh Gunung Santri, Terkait Perang Besar Antara Banten vs Baduy

Tahun 1850 Muhammad Abbas menjadi pemimpin Pemberontakan Waqiah dan Wasyid kecil harus tumbuh di tempat pengasingan.

 

Sang ayah sering mengajaknya Wasyid berpindah-pindah tempat untuk menghindar dari kejaran tentara VOC.

Ki Wasyid memperoleh pendidikan perdana seperti ilmu agama dasar dari sang ayah, dan pernah berguru pada Ki Waqiah yakni teman sang ayah yang memimpin Perang Gudang Batu di Serang.

Ki Wasyid juga menempuh pendidikan ke pesantren-pesantren lokal di Pulau Jawa.

Setelah memperoleh pendidikan di pesantren lokal Ki Wasyid memperdalam ilmu agama di Mekah sambil menunaikan ibadah haji.

Di tanah suci Ki Wasyid berguru kepada Syeikh Nawawi al-Bantani.

Sekembalinya dari tanah suci Ki Wasyid banyak melakukan perjalanan dari kampung ke kampung memenuhi undangan penduduk untuk berdakwah.

Ki Wasyid merupakan seorang pejuang yang memimpin Perang Cilegon pada 9 Juli 1888 dan gugur di medan perang pada 30 Juli 1888.

Selama Perang Cilegon, gerakan Ki Wasyid dipengaruhi oleh pemikiran guru-gurunya seperti Syeikh Nawawi al-Bantani dan Karim al-Bantani.

Karim al-Bantani yakni seorang Mursyid tarekat qodiriyah wa Naqsyabandiyah dalam perjuangannya Ki Wasyid memiliki keahlian dan kemampuan strategis seperti bagaimana melakukan komunikasi-komunikasi politik dengan para ulama, jawara, pejuang-pejuang lainnya di Banten dan luar Banten untuk terlibat dalam perang melawan penjajah Belanda.

 

Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa lahir pada tahun 1637 dengan nama Pangeran Surya, nama tersebut diambil dari bahasa Sansekerta yang punya arti matahari terbit.

Sultan Ageng Tirtayasa memiliki wajah yang tampan, sopan dan sejak kecil merupakan anak yang cerdas, lincah pergaulannya dibanding saudara-saudaranya yang lain.

Kedua orang tua Sultan Ageng Tirtayasa menaruh harapan yang besar merupakan satu-satunya tumpuan calon yang cocok dan pas menjadi pewaris Tahta Kesultanan Banten..

Tahun 1651 Tirtayasa dilantik untuk menggantikan sang kakek yang wafat, sang ayah telah lebih dahulu wafat sebelum kakeknya.

Baca Juga: Wong Banten Kudu Weruh! Inilah 10 Pahlawan Nasional Indonesia dari Banten

Strategi Sultan Ageng Tirtayasa memulihkan Banten sebagai bandar perdagangan internasional:

  • mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark, Portugis untuk berdagang di Banten
  • meluaskan interaksi dagang dengan bangsa Tiongkok, India dan Persia
  • mengirim beberapa kapal dengan maksud menganggu pasukan VOC
  • membuat saluran irigasi sepanjang sungai di ujung Jawa sampai Pontang sebagai strategi untuk supply perang dan pengairan sawah

Menjelang masa tua Tirtayasa mendirikan istana di daerah Pontang berdekatan dengan daerah Tirtayasa, istana tersebut terbuat dari bata dan bahan baku yang tahan lama.

 

Mendirikan istana di Pontang dengan maksud tempat tersebut sebagai peristirahatan serta berfungsi sebagai benteng pengintaian terhadap daerah Tangerang dan Batavia.

Semenjak itu Tirtayasa dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa.

Tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan oleh VOC di Batavia.

Sultan Ageng Tirtayasa wafat dalam penjara dan dimakamkan Kompleks raja-raja Banten yang lokasinya di sebelah utara Masjid Agung Banten.

Syafruddin Prawiranegara

Syafruddin Prawiranegara berasal dari Banten, tapi merupakan keturunan Sunda Banten dan Minangkabau.

Syafruddin Prawiranegara lahir di Anyer Kidul, Kabupaten Serang, Banten pada 28 Februari 1911.

Sosok Syafruddin Prawiranagara/instagram/jakaabdillahannafrahman
Sosok Syafruddin Prawiranagara/instagram/jakaabdillahannafrahman

Ayah Syafruddin Prawiranegara berasal dari Sunda Banten dan sang ibu dari Minangkabau.

 

Sang ayah bernama Raden Arsyad Prawiraatmadja merupakan seorang Jaksa di Serang yang kemudian menjadi camat di Jawa Timur, sedangkan dari sang ibu masih keturunan dari Raja Pagaruyung yakni Sutan Alam Intan.

Syafruddin Prawiranegara merupakan seorang pahlawan nasional yang pernah menjabat posisi strategis di Indonesia pada awal kemerdekaan.

Syafruddin Prawiranegara dikenal sebagai sosok negarawan dan ekonomi Indonesia, dia merupakan Gubernur Bank Indonesia pertama pada periode 1952 - 1958.

Dalam beberapa keterangan lain disebutkan juga sebagai presiden darurat pada pertengahan Desember 1948.

Pada Agresi Militer Belanda semua pejabat penting pemerintah Indonesia termasuk Soekarno dan Hatta ditangkap dan diasingkan ke Bangka.

Syafruddin Prawiranegara mendengar kabar tersebut langsung membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Dalam struktur PDRI Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai ketua merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan dan Luar Negeri.

Dengan adanya PDRI di bawah komando Syafruddin Prawiranegara memungkinkan Indonesia memiliki pemerintahan terpusat yang menyatukan semua faksi perjuangan.

PDRI juga memberikan arahan terhadap para diplomat Indonesia di luar negeri termasuk di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

 

Pada 15 Februari 1989 di usia 77 tahun Syafruddin Prawiranegara meninggal dunia akibat serangan jantung.

Syafruddin Prawiranegara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 7 November 2011.

Demikian Pahlawan Nasional sekaligus ulama dan kiai dari tanah Banten, semoga bisa menjadi inspirasi yang bermanfaat.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: Youtube Sipaling Tau


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x