Elektabilitas PDIP di Jawa Barat Mencengangkan, Kasus Arteria Dahlan tak Ada Efek, Pengamat Buka Penyebabnya

1 Februari 2022, 14:37 WIB
Para kader PDIP di Jawa Barat menggelar Pendidikan Kader Pratama. Partai berlambang banteng moncong putih tersebut, memiliki elektabilitas tertinggi di Jawa Barat meski sempat dihebohkan pernyataan Arteria Dahlan. /pdiperjuangan-jabar.com

KABAR BANTEN-Inilah elektabilitas PDIP di Jawa Barat, daerah yang mengecam Arteria Dahlan atau kader partai berlambang banteng moncong putih tersebut.

Arteria Dahlan yang merupakan politisi asal PDIP, membuat masyarakat Jawa Barat murka dengan pernyataannya yang mempermasalahkan bahasa Sunda.

Pernyataan Arteria Dahlan yang minta Kajati menggunakan bahasa Sunda di rapat agar dipecat, memantik sikap masyarakat hingga muncul tagar Jawa Barat tanpa PDIP.

Baca Juga: Tunjukan Kesaktian di Depan Gedung DPR, hingga Pecahkan Beton dengan Kepala, Warga Jabar Demo Arteria Dahlan

Namun menurut Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan, kasus Arteria Dahlan tak akan mempengaruhi elektabilitas partai politik tempatnya bernaung yakni PDI Perjuangan.

"Saya sih tidak melihat kalau kasus Arteria Dahlan ini bisa menurunkan elektabilitas PDIP," kata Firman Manan, diiutip dari Antara.

Firman yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC), justru mengungkap elektabilitas PDIP di Jawa Barat.

Pernyataannya itu memang mencengangkan.  Dari hasil survei IPRC tentang Kontestasi Politik 2024, di Kota Bandung, PDIP menempati peringkat teratas 

Tingkat elektabilitas PDIP di Jawa Barat yang sebesar 12,9 persen, berada di posisi teratas.

Kemudian disusul oleh Partai Gerindra 12,3 persen, Partai Golkar 9,9 persen, PKS 7,3 persen, Partai Demokrat 3,6 persen dan PKB 2,7 persen.

"Sebetulnya hasil survei ini, kan dilakukan sebelum ada kasus Arteria Dahlan. Tapi kalau kita mau dicek pengaruhnya maka itu harus ada survei," kata dia.

Menurut Firman, ada sejumlah hal yang membuat kasus Arteria Dahlan tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas PDI Perjuangan.

Baca Juga: Dicky Chandra Mencak-Mencak di Pinggir Jalan, Marahi Arteria Dahlan, Budi Dalton: Tetep Harus Ditindak Tegas

"Yang pertama ialah karena Arteria Dahlan itu bukan elite PDIP," ucapnya.

Namun berbeda jika misalnya yang bicara itu sekelas ketum, sekjen atau elite strategis.

"Maka akan lain dampaknya nanti. Dan saya menilai Arteria Dahlan bukan elite stategis di PDI Perjuangan," kata dia.

Alasan lain, kata Firman, karena Arteria Dahlan tidak dalam posisi untuk kemudian didorong oleh PDIP menjadi caleg atau menempati posisi atau jabatan staregis di Jawa Barat.

"Karena kalau pun kita bicara plihan partai. Tadi dijelaskan temuan partai bahwa party-id (identification) di Jawa Barat, itu rendah dan 80 persen orang memilih bukan karena kedekatan dengan partai namun karena faktor figur," katanya.

Begitu juga menurut hasil survei Trust Indonesia Research and Consulting tingkat elektabilitas partai politik tertinggi diraih PDIP 21,8 persen.

Kemudian disusul Partai Gerindra 17,3 persen dan Partai Golkar 10,6 persen.

Namun, popularitas Partai Golkar unggul dari PDI Perjuangan di awal tahun 2022.

Tingkat popularitas partai politik tertinggi diraih oleh Partai Golkar 93,9 persen disusul oleh PDIP 92,3 persen dan partai Gerindra dengan 91,6 persen.

Baca Juga: Arteria Dahlan Tertangkap dalam Rapat, Ucapkan 'Ujug Ujug' Bahasa Sunda, Budi Dalton:Orang Ini tidak Konsisten

"Masih ada 13,3 persen responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voters," ujar kata Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal.

Menurut Azhari, posisi tiga besar partai saat ini belum bergeser yakni PDIP, Partai Gerindra dan Partai Golkar. 

Hal itu menunjukkan bahwa partai papan atas memiliki basis tradisional yang loyal dan jaringan akar rumput (grassroots) yang kuat.

Dalam survei itu, ia mengungkapkan, alasan utama responden memilih partai politik karena sudah terbiasa memilih partai sejak dulu sebanyak 23,4 persen. 

Pengaruh tokoh agama atau tokih masyarakat sebesar 10,7 persen. Namun, ada juga alasan lain responden pindah dalam memilih partai politik dikarenakan ada tokoh partai lain yang disukai sebanyak 22,8 persen.

Kemudian, partai yang sebelumnya dipilih tidak menempati janji sebanyak 16,6 persen.

Trust Indonesia memaparkan hasil survei nasional dengan tema Indonesian Outlook 2022, membaca lanskap politik Indonesia 2024.

Survei itu dilakukan padq tanggal 3-12 Januari 2022 secara offline atau tatap muka. 

Sebanyak 1.200 responden yang diwawancarai dengan proporsional berimbang (50:50) laki-laki dan perempuan berdasarkan basis tempat pemungutan suara (TPS), sesuai nama dan alamat.

Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di 34 provinsi dan telah mempunyai hak pilih yaitu berusia 17 tahun ke atas.

Pengambilan sampel menggunakan metode multistage sampling dengan toleransi kesalahan atau margin of error sebesar ± 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persenpersen.

Semeentara itu, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat.

Baca Juga: Viral Video 'Ujug Ujug' Arteria Dahlan, Budi Dalton: Itu Bahasa Sunda, Ekspresi Sule Bikin Gak Tahan

"Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda atas pernyataan saya beberapa waktu lalu," kata Arteria.

Klarifikasi dan permintaan maaf Arteria disampaikan saat diterima Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dan Ketua DPP PDI Perjuangan Komarudin Watubun.

"Saya menyerahkan sepenuhnya kepada DPP Partai. Sebagai kader partai saya siap menerima sanksi yang diberikan partai," katanya. 

"Saya belajar dari persoalan ini, dan terima kasih atas seluruh kritik yang diberikan kepada saya, pastinya akan menjadi masukan bagi saya untuk berbuat lebih baik lagi," kata Arteria.

Arteria dalam klarifikasi di DPP PDIP itu berjanji akan lebih efektif dalam berkomunikasi.

"Saya sendiri akan lebih fokus dalam memperjuangkan keadilan bagi masyarakat," katanya.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler