Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kekeringan yang ekstrem, tetapi juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara.
"Saya berharap fakta-fakta ini dapat perhatian kita bersama guna mencegah pemanasan global semakin parah," katanya, dikutip kabarbanten.pikrian-rakyat.com dari bmkg.go.id, pada 6 Agustus 2021.
Untuk menghadapi itu, BMKG meningkatkan kecakapan SDM dan keandalan teknologinya. Baik itu untuk observasi, processing, analisis, prakiraan, prediksi, proyeksi dan peringatan dini.
“Agar tren dan anomali iklim dan cuaca serta potensi kejadian ekstrem dapat terdeteksi lebih dini, sehingga upaya antisipasi dan mitigasi bersama semua pihak dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan akurat,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, semua adaerah harus mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk dari bencana alam serta dampak perubahan iklim.
Seperti kejadian badai tropis, banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan kekeringan yang diprediksi akan lebih sering terjadi dengan intensitas yang lebih kuat.
“Ataupun mencairnya es di Puncak Jaya Wijaya Papua, yang diprediksi oleh BMKG akan punah di tahun 2025, dan naiknya muka air laut,” ucapnya.
Dia mengatakan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah mendesak harus dilakukan segera untuk mencegah risiko dan kerugian yang lebih besar.***