Presiden Gunakan Pakaian Adat Baduy Beda dengan Wapres, Pidato Jokowi: Kita Dipaksa...

- 16 Agustus 2021, 11:50 WIB
Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Baduy memperhatikan Wapres Ma'ruf Amin yang mengenakan pakaian adat suku Mandar dari Sulawesi Barat pada Sidang Tahunan MPR RI.
Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Baduy memperhatikan Wapres Ma'ruf Amin yang mengenakan pakaian adat suku Mandar dari Sulawesi Barat pada Sidang Tahunan MPR RI. /Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden
KABAR BANTEN - Penampilan berbeda menggunakan pakaian adat Baduy ditunjukkan Presiden Joko Widodo, dan Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengenakan pakaian Suku Mandar asal Sulawesi Barat pada Sidang Tahunan MPR RI, Senin, 16 Agustus 2021.
 
Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Baduy, berbeda dengan Wapres Ma'ruf Amin yang mengenakan Suku Mandar asal Sulawesi Barat pada Sidang Tahunan MPR RI.
 
Dalam pantauan kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari Youtube Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Baduy dan Wapres Ma'ruf Amin gunakan pakaian Suku Mandar asal Sulawesi Barat
 
 
Dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR RI, Presiden Jokowi menyampaikan banyak hal tentang kondisi dan upaya bangsa Indonesia dalam mengahadapi pandemi Covid-19.
 
"Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa, kita hindari. Tetapi, jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari. Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi," ucapnya
 
Menurut Jokowi, krisis, resesi dan pandemi menyakitkan. Akan tetapi, sekaligus juga menguatkan. 
 
"Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan," ucapnya.
 
Jokowi menyebut  pandemi itu seperti kawah candradimuka yang menguji, yang mengajarkan, dan sekaligus mengasah. 
 
"Pandemi memberikan beban yang berat kepada kita, beban yg penuh dengan risiko, dan memaksa kita untuk menghadapi dan mengelolanya," katanya.
 
Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya diuji dan sekaligus diasah.
 
Ujian dan asahan menjadi dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri juga diajarkan kepada kita.
 
Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelombang pertandingan.
 
Dikatakan Jokowi, perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah melalui etape-etape ujian yang berat. 
 
"Alhamdulillah kita berhasil melampauinya. Kemerdekaan Republik Indonesia bukan diperoleh dari pemberian ataupun hadiah," katanya.
 
Tetapi, kita rebut melalui perjuangan di semua medan. Perang rakyat, perang gerilya, dan diplomasi di semua lini dikerahkan, dan buahnya membuat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
 
Resesi dan krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka, juga berhasil kita lampaui. 
 
Setiap ujian memperkokoh fondasi sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi bangsa Indonesia.
 
 
Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan.
 
"Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yg dianggap tabu selama ini," ucapnya.
 
"Memakai masker, menjaga jarak, tidak bersalaman, dan tidak membuat keramaian, adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu,"katanya menambahkan.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: YouTube Sekretariat Presiden


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah