1549852

Sejarah Klub Olympique Lyon, Jatuh Bangun Tim Dalam Meraih Kesuksesan di Eropa

- 2 Februari 2022, 10:32 WIB
Stadion markas klub Olympique Lyon.
Stadion markas klub Olympique Lyon. /Tangkapan layar /footballhistory.org

KABAR BANTEN - Salah satu klub raksasa Olympique Lyon, memiliki era keemasannya di awal abad 2000-an.

Hal itu ditandai oleh Olympique Lyon dengan memenangkan tujuh gelar Liga Prancis berturut-turut, tanpa jeda.

Membuat Olympique Lyon tercatat sebagai rekor terpanjang di salah satu liga sepakbola terbesar di Eropa.

Baca Juga: Sejarah Klub Olympique De Marseille, Fanatisme Tim, Serta Simbol Rakyat Pesisir Kota di Prancis

Dilansir Kabar Banten dari Football History, pada dekade pertama abad ini kata-kata "Lyon" dan "Gerland" (stadion lama klub Olympique Lyon) praktis identik dengan sepakbola Prancis.

Pemain terkemuka Olympique Lyon pun tak hanya identik dengan Juninho Pernambucano dan Karim Benzema saja, namun ada Serge Chiesa, Fleury Di Nallo, Bernard Lacombe, Alexandre Lacazette, Gregory Coupet, Yves Chauveau, Sidney Govou, Aime Mignot, Sonny Anderson, Bafetimbi Gomis, Michael Essien, Florent Malouda, Lisandro Lopez, Nengstorel Combin Rambert, dan Anthony Reveillere.

Lalu juga Eric Abidal, Manuel Amoros, Fred, Milan Baro, Hatem Ben Arfa, Mahamadou Diarra, Jean Djorkaeff, Giovane lber, Marc-Vivien Foe, Ludovic Giuly, Yoann Gourcuff, Fabio Grosso, Frederic Kanoute, Samuel Umtiti Kanoute.

Rekor klub Olympique Lyon secara pribadi adalah yang paling banyak dimainkan Serge Chiesa (541 penampilan) dan pencetak gol terbanyak Fleury Di Nallo (222 gol).

Sejarahnya, Olympique Lyon didirikan pada 1950, tetapi tahun ini setengah menipu, mengingat bahwa klub dapat melacak asal-usulnya kembali ke abad ke-19, dan lebih khusus lagi ke Lyon Olympique Universitaire.

Ya, historis klub bersamaan dengan sebuah kampus ternama di Kota Lyon, Prancis, yang dapat dilihat sebagai pendahulu dari tim Olympique Lyon itu.

Tahun lima puluhan berlalu dengan promosi penghasilan Olympique Lyon ke divisi teratas Prancis serta memantapkan diri mereka sebagai peserta yang konsisten di sana.

Tahun enam puluhan adalah dekade dimana Olympique Lyon harus meningkatkan level mereka, dengan mendapatkan satu gelar Coupe de France pertamanya di 1964.

Saat itu Olympique Lyon diperkuat dengan Nestor Combin dari Prancis-Argentina, yang mencetak dua gol di final melawan Bordeaux.

Tiga musim berikutnya, Olympique Lyon mengulangi kesuksesan mereka, dengan Fleury Di Nallo mencetak gol terakhir dari 222 gol yang dia cetak untuk tim sepanjang karirnya, lebih banyak dari pemain lain yang pernah mengenakan jersey klub. 

Baca Juga: Sejarah Klub SL Benfica, Si Elang Dari Portugal yang Melanglang Buana ke Eropa

Musim ini juga merupakan dekade pertama Olympique Lyon membuat nama mereka terdengar di tingkat internasional. Meskipun kalah dari Monaco di final Coupe de France pada 1963, mereka mewakili Prancis di Piala Winners edisi 1963-1964.

Karena Monaco memenangkan piala ganda (federasi FIFA sempat mengulangi laga final), lawannya tersebut meninggalkan satu gelar kehormatan Eropa untuk Olympique Lyon.

Pada musim yang sama, Olympique Lyon mengangkat trofi besar pertama mereka di final Piala Prancis melawan Bordeaux, plus mereka juga berhasil mencapai semifinal Piala Winners.

Padahal, Olympique Lyon dibutuhkan tiga pertandingan lagi untuk merebut mahkota pemenang yang sebelumnya diraih Sporting CP (wakil Portugal).

Laga pertama di Prancis berakhir imbang tanpa gol, leg kedua juga tidak ada pemenang (1-1), sehingga kedua tim harus bertemu untuk ketiga kalinya, di Madrid yang netral, di mana akhirnya Olympique Lyon jatuh ke tangan Portugal.

Keberhasilan terbesar lain Olympique Lyon di tahun tujuh puluhan adalah memenangkan Coupe de France untuk ketiga kalinya di 1973.

Kali ini giliran pemain hebat Olympique Lyon lainnya, Bernard Lacombe, yang mencetak salah satu gol yang membawa OL menang di final melawan Nantes.

Sisa tahun tujuh puluhan serta tahun delapan puluhan adalah waktu tanpa trofi bagi Olympique Lyon, dengan klub gagal secara konsisten untuk memenuhi targetnya.

Namun, di tengah periode abu-abu itu, perubahan kepemilikan dan kepemimpinan dimaksudkan untuk meninggalkan bekas yang tak terhapuskan pada sejarah sepakbola Lyon dan Prancis.

Pengusaha Jean-Michel Aulas mengambil alih pada 1987, menetapkan rencana yang sangat ambisius untuk menjadikan Olympique Lyon bukan hanya klub top Prancis, tetapi juga kekuatan sepakbola Eropa yang sesungguhnya.

Yang terbaik yang mereka kelola di tahun sembilan puluhan adalah Olympique Lyon finis kedua pada musim 1995-1996 Liga Prancis atau Ligue 1.

Akan tetapi, Aulas terus bermimpi dan berinvestasi, dan akhirnya, pada musim 2002-2003 ia melihat timnya mencapai kejayaan, memenangkan gelar Ligue 1 pertama mereka .

Kali berikutnya Prancis memiliki juara baru, itu adalah tujuh tahun penuh yang luar biasa, dengan Olympique Lyon mendominasi kancah sepakbola nasional hingga 2008, ketika mereka memenangkan kejuaraan ketujuh berturut-turut.

Mereka merayakan rekor Olympique Lyon yang belum pernah terjadi sebelumnya dan praktis tidak mungkin untuk mengulang (apalagi memecahkan) rekor.

Bonusnya ialah memenangkan ganda musim itu, mengalahkan PSG di final Coupe de France, dengan gol Sidney Govou di perpanjangan waktu.

Ironisnya, kesuksesan besar kedua Olympique Lyon di kompetisi UEFA, semifinal Liga Champions, datang setelah dominasi mereka di Ligue 1 berakhir.

Di musim 2009-2010, karena tidak memenangkan kejuaraan untuk pertama kalinya dalam delapan tahun, Olympique Lyon harus memulai perjalanan Eropa mereka di babak play-off.

Hasilnya Olympique Lyon dapat finis kedua di fase grup Liga Champions, di bawah Fiorentina dan di depan Liverpool.

Melawan segala rintangan, Olympique Lyon lolos ke perempat final, di mana mereka menulis halaman emas lain dalam sejarah mereka dengan menyingkirkan juara Ligue 1, Bordeaux.

Baca Juga: Ukir Sejarah, Pesepakbola Putri Indonesia Direkrut Klub Italia, Roma CF

Hanya Bayern Munich terbukti terlalu perkasa untuk Olympique Lyon di Liga Champions musim itu, mengalahkan OL dua kali di semi-final, baik di Prancis dan Jerman.

Pada 2012, Olympique Lyon merayakan gelar Coupe de France kelima mereka. Sejak itu, mereka tidak berhasil menambah lebih banyak trofi ke koleksi mereka, tetapi mereka tetap berada di elit Prancis.

Fakta pada Januari 2016, pihak klub Olympique Lyon memasuki stadion baru yang mengesankan, Parc Olympique Lyonnais, untuk memberi mereka harapan kembali ke posisi puncak prestasinya.***

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Football History


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah