Dibalik Kokohnya Kesultanan Banten, Ada Peran 2 Panglima Perang Mantan Punggawa Elit Pajajaran

2 Agustus 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi terkait dibalik kekuatan pasukan perang Kesultanan Banten yang tak lepas dari peran penting 2 panglima perang mantan punggawa elit Pajajaran. /Tangkapan layar/Instagram @kesultananbanten

KABAR BANTEN - Di dalam alur perjalanan Kesultanan Banten dari masa ke masa terdapat banyak kisah yang di dalamnya menyinggung banyak persoalan.

 

Salah satu diantaranya adalah beberapa tokoh penting di dalam pembentukan dan tegaknya kekuatan besar Kesultanan Banten.

Kesultanan Banten yang memiliki sejarah panjang juga termasuk sebuah wilayah dengan peradaban masyarakat yang terbilang tua.

Baca Juga: Asal Usul dan Rahasia Dibalik Gelar Tubagus di Kesultanan Banten

Penasaran dengan sejarah Kesultanan Banten yang tak lepas dari kiprah 2 panglima perang mantan punggawa elit Pajajaran?

Begini sejarahnya sebagaimana dikutip Kabar Banten dari Channel YouTube Bujang Gotri.

Sejarah mengenai Kesultanan Banten terbagi menjadi beberapa bagian yang berdasarkan pada rentang waktu kepemimpinan.

Banten pada masa Kerajaan Salaka Nagara dan Taruman Nagara, Banten pada masa Kerajaan Sunda Pajajaran serta Banten pada masa Kesultanan Banten dan VOC Belanda.

Dari beberapa masa mengenai sejarah Kesultanan Banten yang jarang diceritakan yakni mengenai sejarah Banten pada masa Pajajaran.

Pada saat itu mayoritas masyarakatnya masih memeluk ajaran leluhur.

Sebelum menjadi Kesultanan Banten secara utuh yang berbasis Islam, Banten pada saat itu dipimpin oleh dua orang raja yang masing-masing memimpin di dua wilayah yang berbeda, yaitu Banten Girang dan Banten Basisir.

Banten Girang dipimpin oleh Sang Suranggana atau Ratu Ajar Wahanten Girang atau Limas Junjunan atau Prabu Pucuk Umun, beliau merupakan putra dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya Nyai Palagan Angris.

Adapun wilayah Banten Basisir dipimpin oleh Sang Surosowan Adik dari putra mahkota Pakuan Pajajaran Raden Surawisesa putra Prabu Siliwangi dari istrinya Nyai Kentring Manik Mayang Sunda.

Dari Sang Surosowan inilah cikal bakal lahirnya perpaduan garis keturunan antara Pajajaran dan Cirebon yang kelak terbentuknya Kesultanan Banten.

Putri Sang Surosowan yang bernama Nyimas Kawung Hanten dinikahi oleh Syekh Sarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati yang jika dilihat dari garis keturunan mereka berdua merupakan sama-sama cucu Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istri yang berbeda.

Kemudian dari pernikahan tersebut lahirlah putra yang kelak menjadi seorang raja atau Sultan di Kesultanan Banten ia adalah pangeran Saba Kinkin atau yang lebih dukenal dengan nama Maulana Hasanuddin Bin Sarif Hidayatullah.

Pembentukan awal Kesultanan Banten dikawal dan di prakarsai oleh Kesultanan Cirebon yang juga melibatkan Kesultanan Demak.

Setelah penguasaan beberapa titik di wilayah Banten oleh Maulana Hasanuddin atas perintah dari Sunan Gunung Jati.

Kemudian pada akhirnya kawasan Banten Basisir yang pada saat itu dipimpin oleh Arya Surajaya putra Sang Surosowan dengan sukarela ia menyerahkan kekuasaannya kepada Kesultanan Cirebon.

Selanjutnya menyusul wilayah Banten Girang yang sudah terlebih dahulu bergabung dengan Sunan Gunung Jati.

Dengan demikian pada tahun 1526 kedua kekuatan besar Banten pada saat itu yakni Banten Basisir dan Banten Girang disatukan menjadi satu wilayah kekuasaan atas nama Banten atau Kesultanan Banten yang pada saat itu berstatus sebagai kadipaten dibawah pemerintahan Kesultanan Cirebon.

Setelah kepengurusan wilayah Banten di serahkan kepada Maulana Hasanuddin oleh Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk, Alat Tempur Kesultanan Banten Hadiah dari Para Wali

Sejak saat itu pula Maulana Hasanuddin menjadi penguasa di Kesultanan Banten.

Pada masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin Kesultanan Banten mulai membentuk sistem kepemimpinan dan membangun kekuatan besar yang kemudian menjadi salah satu poros yang berpengaruh dalam dinamika kekuasaan di Nusantara.

Dalam menjalankan roda pemerintahan nya Sultan Maulana Hasanuddin selalu dibantu dan dikawal oleh dua orang Patih atau Mangkubumi kepercayaannya yaitu seorang kesatria jago tanding diberbagai medan pertempuran.

Kedua punggawa tersebut ialah Ki Masjong dan Ki Agusju, dua orang punggawa kesatria Banten tersebut merupakan mantan panglima perang Pajajaran yang pada awalnya ditugaskan diwilayah Banten Girang dan menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam dan bergabung dengan barisan Sultan Maulana Hasanuddin.

Adapun dengan status nya dan kedudukan mereka tidak lain adalah paman dari Sultan Maulana Hasanuddin yang tersambung dari garis keturunan kepada Prabu Siliwangi dari istri beliau yang bernama Nyimas Palagan Angris.

Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyimas Palagan Angris memiliki dua orang putra yang pertama adalah Sang Suranggana Pucuk Umun Banten Girang yang kemudian memiliki putra yaiti Ki Masjong, yang kedua adalah Tumenggung Jaya Menggala Senopati Pajajaran yang kemudian memiliki putra yaitu Ki Agusju.

Peran besar kedua panglima Pajajaran tersebut dalam mengawal serta menjaga kekuasaan Kesultanan Banten berlangsung pada dua masa kepemimpinan yaitu masa Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Maulana Yusuf.

Sebagai seorang panglima perang senior yang sudah melewati berbagai rintangan dan pernah mengemban tugas sejak masa Kerajaan Pajajaran tentu saja mereka tidak terlalu kesulitan dalam membentuk kekuatan serta membangun strategi militer di Kesultanan Banten.

Hingga pada masa kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf, Ki Masjong yang dibantu oleh Ki Agusju membentuk pasukan khusus yang dinamakan Laskar Singa Andaru.

Dari kata Singa yang berarti raja rimba dan Andaru yang artinya bintang yang bergerak dan melesat secepat kilat.

Kiprah dari Laskar Singa Andaru bentukan Ki Masjong dan Ki Agusju begitu gemilang dan membawa nama besar Kesultanan Banten menjadi semakin dikenal kekuatan nya sampai ke negeri seberang.

Salah satu peranan dan pencapaian terbesar dari Laskar Singa Andaru adalah ketika serangan demi serangan yang dilancarkan ke istana Pakuan Pajajaran dengan tanpa meninggalkan jejak hingga pada saat satu persatu lapisan pertahanan istan Pakuan Pajajaran berhasil dilumpuhkan.

Dari situlah kemudian pasukan Kesultanan Banten berhasil menduduki istana Pakuan Pajajaran.

Pembentukan Laskar Singa Andaru yang dilahirkan oleh bekas para punggawa Pajajaran tersebut ternyata bentuk dan polanya mengadopsi atau terinspirasi dari pasukan elit Pajajaran yang bernama Puragabaya.

Puraganaya adalah sebuah pasukan elit yang beranggotakan 40 orang pilihan yang tangkas, cerdas serta pintar.

Kemudian mereka dikarantina dan diberikan pendidikan militer khusus, pendidikan agama serta ilmu-ilmu kanuragan dan kesaktian.

Dari ke 40 orang tersebut dipilih 4 orang yang paling mumpuni untuk dijadikan panglima atau komandan pasukan yang juga dikenal dengan sebutan Kandaga Lante.

Salah satu tokoh besar dari Kadage Lante hingga masa akhir kekuasaan Pajajaran ialah Patih Jaya Perkasa.

Baca Juga: 6 Ciri Anak Kecil Pilihan dari Khodam Leluhur, Bisa Terlihat Sejak Masih dalam Kandungan

Pengaruh besar Laskar Singa Andaru Kesultanan Banten yang terinspirasi dari pasukan elit Pajajaran tersebut begitu membekas dan melekat pada kekuatan para pasukan Keamanan Banten.

Dengan kekuatan pasukan besar yang dimiliki tercatat Kesultanan Banten tidak pernah tunduk dan patuh kepada siapapun dan kekuatan manapun.

Itulah 2 Panglima Perang Kesultanan Banten yang ternyata merupakan mantan punggawa Pajajaran, maka patas saja Kesultanan Banten memiliki pasukan yang tangguh di medan tempur, semoga informasi bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Bujang Gotri

Tags

Terkini

Terpopuler