Golkar & PAN Masuk Koalisi Dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024, Begini Peluangnya Menurut Pengamat Politik

15 Agustus 2023, 21:08 WIB
Pengamat politik Untirta Leo Agustino menyampaikan terkait peluang Prabowo Subianto di Pilpres 2024 usai Golkar dan PAN bergabung dalam koalisi. /Kabar Banten

KABAR BANTEN - Partai Golkar dan PAN bergabung dengan koalisi Gerindra PKB untuk mendukung Prabowo Subianto maju sebagai bakal calon presiden pada Pilpres 2024.

 

Walau memiliki koalisi gemuk dengan jumlah kursi di parlemen mencapai 250 kursi, masuknya Golkar dan PAN dinilai belum bisa memastikan menambah margin keunggulan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Prabowo Subianto sendiri akan menjadi poros yang menantang dua kandidat bakal calon presiden lainnya yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.

Pengamat politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Leo Agustino mengatakan, ada banyak pengalaman di pemilu sebelumnya. Dimana koalisi tidak selalu merepresentasikan kemenangan calon presiden.

"Misalkan tahun 2004, ketika pak SBY menjadi presiden pertama yang dipilih melalui sistem pemilu secara langsung di Indonesia. Itu sebenarnya partai kecil dan relatif berbeda dengan 2009 ketika orang melihat pak SBY sebagai pilihan yang relatif oke," ujarnya kepada Kabar Banten, Senin 14 Agustus 2023.

 

Kedua, ada pula contoh 2014 ketika Jokowi didukung empat partai yang punya komposisi berbeda dengan koalisi Prabowo kala itu.

Kini coba dibandingkan dengan kondisi saat ini, dimana ada tiga calon presiden dari tiga koalisi berbeda.

Dimana Prabowo Subianto punya dukungan sangat besar dengan 250 kursi di parlemen, kedua ada koalisi yang mendukung Anies Baswedan dan ketiga koalisi yang mendukung Ganjar Pranowo.

Sehingga, kata dia, apabila melihat komposisi kursi di parlemen kemungkinan besar Prabowo Subianto akan menang.

 

"Tapi kalau kita merujuk pada kasus yang saya sebutkan boleh jadi gak begitu. Karena ada tiga variabel yang menentukan," ucapnya.

Baca Juga: Gerindra Banten Sambut Gembira Sikap PAN dan Golkar Dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024

Tiga variabel tersebut pertama figuritas. Sebab ketika berbicara pemilihan presiden dan wakil presiden, yang dipilih bukan partai melainkan figurnya. Begitu pula saat memilih gubernur, bupati dan walikota.

"Ketika figurnya mempunyai kelekatan dengan pemilih, kan ada survei elektabilitas, maka sangat mungkin figur itu akan keluar sebagai pemenang," ujarnya.

 

Kedua variabel mesin partai. Mesin partai yang dimaksud adalah bagaimana kemudian ekosistem di dalam parpol membangun isu, melakukan counter terhadap narasi negatif seperti hoax.

Baca Juga: Soal Dukungan untuk Prabowo Subianto di Pilpres 2024, Empat Parpol di Banten Siap Rapatkan Barisan

Ekosistem partai menjadi penting, sehingga ketika bicara mengenai figuritas, harus ditopang mesin partai yang membangun ekosistem.

"Jadi bukan kemudian parpol yang hanya mendukung tapi ekosistem tidak mendukung. Mesin tidak bergerak, ketika ada narasi negatif dia tidak melakukan counter dan sebagainya," katanya.

 

Variabel ketiga adalah relawan. Relawan menjadi sangat penting, tapi harus dilihat relawan seringkali merupakan bentukan partai.

Tapi kata dia, ada juga relawan yang benar benar relawan. Menurut dia relawan yang benar benar relawan menjadi variabel penting untuk mengerek suara calon.

Baca Juga: Ratu Tatu Chasanah Ungkap Alasan Golkar Banten Dukung Prabowo di Pilpres 2024, Singgung Soal Historis

"Apalagi misalkan kita lihat 2024, ada 53 persen pemilih dari generasi milenial dan Z. Bahkan kalau kita lihat generasi Z yang early vooters pemilih pemula itu juga cukup signifikan jumlahnya. Sehingga kalau misalkan relawan bisa membangun kepercayaan kepada pemilih pemula terhadap capres yang dia dukung bukan tidak mungkin figur itu menjadi semakin kuat," tuturnya.

 

Menurut Leo, tiga variabel tersebut menjadi sangat mempengaruhi terhadap pemilihan presiden 2024 tanpa mengesampingkan partai yang mendukung.

Sebab apabila hanya melihat hitungan jumlah kursi di parlemen, sangat mudah menebak pemenang pemilu yakni Prabowo Subianto.

"Ketika Pemilu 2004 SBY menang bukan karena koalisinya, tapi karena ada figuritas, ekosistem partai yang sudah terinstitusional dan terlembagakan dengan baik. Kemudian faktor relawan yang bisa membangun kepercayaan terhadap pemilih pemula, pemilih baru itu mempengaruhi elektabilitas calon," ucapnya.

Leo Agustino mengatakan, bergabungnya PAN dan Golkar dengan koalisi Gerindra dan PKB merupakan hal wajar dalam konteks politik.

 

Sebab mereka memiliki hitungan yang dianggap sebagai sebuah patokan bahwa dengan bergabungnya PAN dan Golkar dalam koalisi, akan mempunyai kans atau kesempatan yang besar untuk menang, tanpa diembel-embeli variabel lain.***

 

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler