Legenda dan Asal Usul Gunung Pulosari Pandeglang Banten, Banyak Cerita Misteri hingga Mistis

30 Agustus 2023, 13:57 WIB
Gunung Pulosari /dispar.bantenprov.go.id

KABAR BANTEN - Gunung Pulosari menjadi tempat bersejarah bagi Kerajaan Banten Girang dan Kerajaan Sunda Padjajaran tempo dulu.

 

Selain itu menjadi awal masuknya Islam ke tanah Banten yang dibawa oleh Sunan Gunung Djati dan putranya yakni Maulana Hassanudin, Sultan Banten pertama.

Baca Juga: Maulana Hasanuddin, Raja Pertama Banten, Dinobatkan tahun 1525, Disebut Pangeran Saba Kingkin

Seperti dikutip Kabar Banten dari channel YouTube Borin Vlog, berikut ini akan diulas mengenai legenda dan asal-usul Gunung Pulosari dan juga terkait dengan sejumlah mitos dan juga misteri yang ada di Gunung Pulosari.

Gunung Pulosari adalah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Walaupun tidak ada letusan yang pernah terjadi tetapi terdapat aktivitas 10 marol yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.

Adapun asal usul nama Pulau Sari diyakini berasal dari kata Pulasari yang merujuk pada nama sebuah tanaman, yaitu tanaman Pulasari.

Pulasari merupakan tanaman liar di daerah pegunungan yang namanya sering disebut dengan nama Palasan.

Dan tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang merambat dengan kulit batang putih yang memiliki wangi tertentu dan rasanya sangatlah pahit.

Selain itu kulit batangnya mengandung zat-zat Tsamarin zat pahit dan juga Alkaloida.

 

Adapun asal usul Gunung Pulosari juga dapat merujuk pada kisah legenda tanah Jawa, yaitu berkaitan dengan Gunung Semeru dan kisah para dewa.

Kisah ini berasal dari kisah pada naskah kuno Tangtu Panggelaran yaitu naskah kuno yang ada di tanah Jawa. Konon Gunung Pulosari dahulunya disebut sebagai gunung Kalisa, yang diceritakan sebagai penggalan dari Gunung Mahameru di India atau yang kala itu disebut sebagai tanah Jambu Dwipa.

Konon saat itu para dewa melihat bahwa Pulau Jawa yang indah hanyalah dataran yang sangat datar, tidak ada bukit, manusia, hewan dan pepohonan yang tinggi.

Dan tidak hanya itu, kondisi Pulau Jawa saat itu pun tidak stabil, selalu bergerak bergetar dan terombang-ambing di lautan, sehingga akan merepotkan penghuninya bila pulau tersebut kelak diisi.

Padahal Pulau Jawa yang disebut sebagai Yapaduwipa adalah pulau yang sangat elok dan cocok dijadikan tempat bersemedi.

Karena merasa sayang dengan pulau yang elok tersebut, kemudian para dewa pun berkehendak untuk mengisi pulau yang elok itu dengan manusia, hewan dan juga tumbuhan.

Dan agar kelak manusia bisa hidup dengan nyaman, disiapkan pula bentang alam seperti bukit dan gunung.

Dalam kisah itu gunung difungsikan sebagai pasak bumi agar Pulau Jawa bisa berdiri dengan stabil dan tidak bergerak serta bergetar lagi.

Maka dari itu para dewa pun berencana untuk memotong puncak Gunung Mahameru di India dan berencana memindahkannya ke Pulau Jawa sebagai pasak bumi yang akan menstabilkan pulau Jawa.

 

Gunung Mahameru kala itu diceritakan setinggi 100.000 meter, saking tingginya sampai menyentuh langit dan di puncaknya konon tinggallah Dewa Siwa atau Mahadewa.

Maka setelah dipotong bagian puncaknya, tinggi Gunung Mahameru India tersebut hanya setengahnya atau seperti setinggi saat ini.

Lalu agar mudah dipindahkan Batara Wisnu berubah menjadi sesosok naga yang panjang dan besar naga itu kemudian membelitkan bagian tubuhnya ke penggalan Gunung Mahameru.

Namun upaya itu masih belum membuahkan hasil, sehingga Dewa Brahma membantu dengan berubah menjadi kura-kura raksasa.

Baca Juga: Menguak Sejarah Situs Batu Ranjang ‘Nyi Ratu Siti Badariah’ di Lereng Gunung Pulosari Pandeglang Banten

Kura-kura raksasa yang menyangga penggalan Gunung Mahameru yang akan dibawa ke Pulau Jawa di atas tempurungnya.

Dalam naskah tersebut juga diceritakan proses pengangkutan penggalan Gunung ini tidak hanya dilakukan oleh Dewa Wisnu dan juga Dewa Brahma, namun dibantu oleh dewa lainnya seperti Dewa Bayu atau dewangin para resi Bidadari bidadara bahkan golongan Gandarwa atau makhluk gaib berjenis kelamin lelaki.

Lalu sampai di Pulau Jawa penggalan Gunung Mahameru diletakkan di ujung barat Pulau Jawa atau kini terletak di Provinsi Banten.

Lantaran diangkat dan dipijak oleh para dewa, di sepanjang tubuh penggalan Gunung Mahameru itu terlihat jejak kaki dewa yang bersinar-sinar sehingga gunung tersebut sontak dinamakan sebagai Gunung Kelasa atau Kailasa yang berasal dari kata Makalah atau bersinar-sinar.

 

Namun karena diletakkan di ujung barat maka bagian timur Pulau Jawa menjadi terjangkit ke atas.

Dan melihat hal ini para dewa akhirnya memotong lagi penggalan Gunung Mahameru yang kini sudah bernama Kaylasa tersebut.

Adapun sisa penggalannya yaitu bagian pangkal hingga kini tetap berdiri kokoh di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten sebagai Gunung Kailasa alias gunung Pulosari.

Sementara penggalan lainnya diangkut lagi oleh para dewa ke bagian ujung timur Pulau Jawa, tiba-tiba saat diangkut sisa penggalan puncak Gunung Mahameru yang dibawa terbang oleh naga jelmaan Dewa Wisnu dan disangga kura-kura raksasa jelmaan Dewa Brahma itu, ambrol bagian bawahnya.

Baca Juga: Wisata Alam, Religi sekaligus Kuliner Kaki Gunung Pulosari Pandeglang, Ada Cafe, Situs, Kolam Ikan, Pemandian

Dan tanah yang ambrol itu saat jatuh ke tanah Jawa seketika berubah menjadi deretan gunung berapi yang berjajar di wilayah timur Pulau Jawa.

Adapun bagian utama dari puncak Gunung Mahameru yang di bawah dari India tersebut kemudian akhirnya diletakkan di bagian timur Pulau Jawa yang kemudian kita kenal saat ini dengan nama Gunung Semeru.

Itulah legenda Gunung Semeru dan juga terkait dengan Gunung Kaliasa. Gunung Kaliasa yang kita kenal dengan nama Gunung Pulosari sekarang.

Selain berdasarkan kisah legenda tersebut, Gunung Pulosari juga diperkirakan sebagai tempat keramat Kerajaan Sunda yang pernah ada di antara tahun 932 hingga 1579 Masehi.

 

Gunung Pulosari hingga kini terkenal sebagai gunung keramat dengan berbagai cerita yang dahulunya banyak beragam peristiwa sejarah berkaitan dengan kerajaan Sunda.

Bahkan masyarakat sekitar Banten dan juga luar banten masih meyakini dan merasakan betapa keramatnya Gunung Pulosari.

Adapun terkait dengan Legenda dan sejarah Gunung Pulosari juga banyak diceritakan bahwa Gunung Pulosari memainkan peran yang sangat penting terutama pada masa kerajaan Sunda di Banten Girang.

Tercatat bahwa sampai abad ke-16 Gunung Pulosari merupakan tempat yang masih menjadi tempat keramat di Banten dan sebagai pusat Suci kerajaan Hindu dan kemudian seiring perjalanan waktu Gunung Pulosari merupakan tempat yang berperan dalam proses Islamisasi Banten yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati bersama anaknya yaitu Maulana Hasanuddin.

 

Gunung Pulosari ini merupakan salah satu tempat yang dijadikan sebagai pusat berlangsungnya serangkaian upacara keagamaan.

Gunung Pulosari juga dinyatakan Sunan Gunung Jati sebagai tempat yang tinggal 800 ajar atau Domas yang dipimpin oleh Pucuk Umun, konon merupakan seseorang yang berhasil dikalahkan oleh Maulana Hasanuddin.

Menurut sejarah setelah diutus oleh Kerajaan Demak Bintoro, sesampainya di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan putranya yaitu Maulana Hasanuddin yang memiliki misi untuk mengislamkan Banten, kemudian mengunjungi Gunung Pulosari yang terletak di Kabupaten Pandeglang, pada saat itu merupakan tempat keramat bagi Kerajaan Hindu.

Di sana kemudian Sunan Gunung Jati menjadi pemimpin agama bagi masyarakat setempat yang kemudian dikenal dengan agama Islam.

 

Kemudian setelah itu Sunan Gunung Jati lalu menaklukkan Banten Girang secara militer dibantu oleh anaknya yaitu Maulana Hasanuddin, lalu anak dari Sunan Gunung Jati yaitu Maulana Hasanuddin kemudian menjadi raja atau Sultan Banten yang pertama dengan tentunya mendapatkan restu dari Kesultanan Demak Bintoro.

Adapun legenda lain menceritakan bahwa Gunung Pulosari juga merupakan tempat yang diperintah oleh raja bernama Ragamulya yaitu Prabu Surya Kencana sebagai tempat kedudukan Pajajaran atau yang disebut dengan Pucuk Umun atau Panembahan Pulosari, yang membuat pusat kerajaan tersebut sulit ditembus.

Namun pada akhirnya berhasil direbut oleh pasukan Islam pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin.

Selain berkaitan dengan sejumlah kisah legenda dan juga sejarah Banten, Gunung Pulosari juga menyimpan sejumlah misteri dan juga mitos yang menjadikan gilunung ini terkenal sebagai gunung angker di tanah Banten.

Baca Juga: Pemandian Cikoromoy Kabupaten Pandeglang Banten, Wisata Alam dengan Sumber Air dari Gunung Pulosari

Gunung Pulosari sendiri memang terkenal sebagai gunung angker ada beberapa cerita mistis, baik temuan dari para pendaki maupun dituturkan dari warga sekitar.

Berikut sejumlah misteri dan juga kisah mitos atau mistis yang ada di Gunung Pulosari yang pertama adalah adanya ocos si bola api, penuntun pendaki gunung yang tidak terlalu tinggi ini memiliki sisi angker yang tidak biasa yaitu adanya ocos.

Si ocos ini adalah bola api yang biasanya muncul pada malam hari, memang kalau siang hari tidak terlalu kelihatan bola api tersebut.

Anehnya si bola api ini katanya akan membimbing pendaki menuju puncak.

 

Berdasarkan cerita kita bisa menganggap si ocos ini termasuk makhluk yang berbaik hati. Selain itu ocos ini terkenal dengan kemunculannya yang berada di jalur pendakian 3.

Kemudian ada juga misteri mengenai babi sebesar kerbau hutan dan gunung bukan tempat yang asing bagi kita untuk menemukan adanya hewan semacam anjing, babi, singa, ular dan juga monyet.

Gunung Pulosari memang masih menyimpan banyak hewan endemik atau hewan liar yang menghuni hutan-hutan di Gunung Pulosari.

Dan konon ada sebuah hewan besar yaitu babi sebesar kerbau yang hingga saat ini masih menjadi misteri di Gunung Pulosari.

Lalu ada juga misteri mengenai suara tidak bertuan, suara angin, tangisan hewan, jeritan manusia, tawa, suara gaduh dan sejenisnya, bukan hal yang aneh bagi kita ketika mendaki gunung.

Jika kita mendengarnya di tempat biasa atau tahu sumbernya maka hal tersebut tentu menjadi hal yang biasa, namun ada di Gunung Pulosari suara-suara yang konon tidak bertuan atau tidak jelas sumbernya.

Hal ini menjadi misteri atau menghasilkan sejumlah kisah mistis yang melingkupi sekitar Gunung Pulosari.

Baca Juga: Lirik Lagu Kecelakaan Hati - Ashira Zamita, Kau Sahabat Ku Bukan Cinta

Itulah kisah legenda asal-usul Gunung Pulosari yang ada di Banten atau tepatnya di Kabupaten Pandeglang, juga terkait dengan sejumlah misteri dan mitos yang ada di Gunung Pulosari.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Borin Vlog

Tags

Terkini

Terpopuler