Itupun dengan ketentuan yang sangat ketat, misalnya bukan tokoh politik tertentu atau yang berpotensi menyebarkan paham nasionalisme antar pulau, kecuali breka berstatus tahanan dengan pengawalan ketat.
Hal itu dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, untuk mengantisipasi bersatunya masyarakat kedua pulau baik dari sisi ekonomi maupun sosial budaya. Dengan demikian arus perekonomian, hubungan sosial budaya dan politik antar pulau dapat dikendalikan.
Dari catatan sejarah Perahu Pustaka Bakauheni Lampung, Pelabuhan Merak sendiri dibangun oleh Staatsspoorwegen, sebuah perusahaan pengelolaan kereta api swasta saat itu.
Pelabuhan Merak pada dasarnya digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pendukung jalur kereta api Tanah Abang Jakarta dengan Merak di Banten.
Dijadikannya Merak sebagai lokasi pelabuhan, tidak terlepas dari dari beberapa pertimbangan.
Pertama, posisi Merak waktu itu jika dilihat dari ketersediaan sarana transportasi sangat berdekatan dengan Pulau Sumatera dibandingkan dengan daerah lainnya di pantai Utara di Pulau Jawa yaitu sejauh 105.79 Km dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Panjang.
Kedua, karena jarak yang dekat itulah maka otomatis jarak tempuh menjadi semakin dekat. Pemerintah Hindia Belanda memandang hal ini sebagai keuntungan dalam ekonomi maupun politik, misalnya untuk meredam jika ada pemberontakan atau bentuk perlawanan lainnya;