Angka Covid-19 di Lebak Menurun, Museum Multatuli Mulai Ramai Pengunjung

- 12 Juni 2021, 16:10 WIB
Sejumlah anak TK mengunjungi Museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Jumat, 11 Juni 2021.
Sejumlah anak TK mengunjungi Museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Jumat, 11 Juni 2021. /Kabar Banten /Purnama Irawan

Baca Juga: Serunya Berkeliling Museum Multatuli Lebak Secara Virtual, Jangan Kaget Disambut Saijah dan Adinda

"Semoga saja Pandemi Covid -19 segera berakhir. Sehingga kita bisa kembali melaksanakan kegiatan secara normal," katanya.

Selanjutnya, Ubaidillah mengungkapkan, bahwasannya nama Museum Multatuli tidak terlepas dari sejarah Multatuli adalah nama pena atau amaran dari Eduard Douwes Dekker.

"Ia pertama kali tiba di Rangkasbitung pada 21 Januari 1856 dan bertugas sebagai asisten residen Lebak," katanya.

Selanjutnya Ia bekerja tidak lebih dari 84 hari, lalu mengundurkan diri setelah berselisih paham dengan pejabat-pejabat kolonial lainnya.

"Multatuli kemudian pergi ke Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar pada 1860," katanya.

Baca Juga: Dewan Kabupaten Lebak Pertanyakan Uang Rp10,9 Miliar, Dirut PDAM Tirta Multatuli tak Tahu Dimana Uangnya

Secara umum dan sudah menjadi bagian dari historiografi Indonesia, ceritanya memuat bagaimana bobroknya sistem kolonial (cultuurstelsel), khususnya persekutuannya dengan sistem feodal.

"Kisah Multatuli menjadi narasi sebagai aset di Lebak untuk dijadikan pembelajaran (tentang bagaimana kolonialisme bekerja dan bagaimana sistem itu diruntuhkan oleh gerakan nasionalisme) dalam bentuk pendirian museum," katanya.

Ide pendirian Museum Multatuli telah direncanakan sejak 2015. Pada tahun 2016, delegasi pejabat dan guru dari Pemerintah Kabupaten Lebak pergi ke Belanda untuk mengunjungi Arsip Nasional Belanda dan Multatuli Huis di Amsterdam.

Halaman:

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x