1549852

Mengenal Istilah-istilah dalam Kawalu Suku Baduy, Penamaan, Arti Hingga Maknanya

- 7 September 2021, 17:39 WIB
Upacara Kawalu merupakan upacara adat Suku Baduy yang dikenal sebagai ajang penyucian diri dari nafsu jahat sekaligus pembersihan.
Upacara Kawalu merupakan upacara adat Suku Baduy yang dikenal sebagai ajang penyucian diri dari nafsu jahat sekaligus pembersihan. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN - Kawalu merupakan salah satu tradisi adat yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Suku Baduy.

Bahkan, upacara Kawalu ini merupakan salah satu tradisi adat Suku Baduy yang begitu sakral dan hanya bisa diikuti oleh Suku Baduy.

Oleh karenanya, pada saat berlangsungnya tradisi Kawalu, semua akses ke Suku Baduy apalagi akses wisata di tutup untuk orang luar.

Dalam prosesi sakral upacara adat Kawalu, banyak unsur yang disertakan baik objek maupun subject, mulai benda, media, hingga seluruh Suku Baduy baik dalam maupun luar.

Dari berbagai unsur dalam prosesi sakral upacara Kawalu ini, banyak Istilah-istilah unik penuh makna yang berarti.

Termasuk arti Kawalu sendiri, berikut Istilah-istilah unik setiap unsur dalam Kawalu yang dapat Anda ketahui.

Baca Juga: Uniknya Tradisi Kawalu Suku Baduy, Patut Dicontoh! Persiapan Hingga Prosesi Ritualnya Begitu Terstruktur

Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, Kawalu, berasal dari kata Walu, yang artinya adalah balik atau pulang.

Jika dikaitkan dengan maksud dari upacara Kawalu adalah untuk menyucikan diri, untuk itu maksud Kawalu bisa juga diartikan sebagai ajang untuk kembali suci, bersih, dan membuat semua nafsu-nafsu jahat yang ada dalam diri masing-masing orang.

Dalam upacara Kawalu, prosesi sakral ini dipimpin oleh seorang Puun yang juga sebelumnya memiliki tugas dalam menentukan hari H diselenggarakannya upacara Kawalu.

Puun sendiri, merupakan pimpinan adat Suku Baduy, yang memiliki tingkatan paling tinggi dalam struktur masyarakat Suku Baduy.

Begitu tingginya gelar Puun, Suku Adat Baduy tentu akan mendengarkan semua titah dari Puun karena Puun sendiri merupakan pemegang kebijakan. Dalam upacara Kawalu, Puun ini di bantu oleh Girang Seurat.

Baca Juga: Sakralnya Upacara Kawalu, Ajang Penyucian Hingga Pembersihan Suku Baduy, Wajibkan Warganya Berpuasa 3 Bulan

Girang Seurat ini merupakan gelar yang diberikan kepada seorang terpilih untuk membantu Puun dalam tugas-tugas kepuunan.

Tugas khusus yang hanya bisa dilakukan oleh Girang Seurat itu, berkaitan dengan pengelolaan huma atau ladang.

Selain itu, ada Baresan Palawari, yang juga bertugas untuk membantu Puun dalam suksesi upacara Kawalu.

Tugas dari Baresan Palawari ini layaknya seorang panitia pelaksanaan, yakni mengundang para jaro tujuh dan kokolot disetiap kampung panamping untuk hadir dalam upacara Kawalu.

Ada juga kokolot, dalam Suku Baduy merupakan orang yang dianggap sesepuh kampung yang yang memiliki disiplin adat kuat dan disebut miliki kepatuhan kuat terhadap ajaran Sunda Wiwitan.

Baca Juga: Bukan Hanya Seba, Ternyata Suku Baduy Miliki 2 Upacara Sakral Lain, Orang Dewasa Hingga Janin Masuk Hitungan

Selanjutnya ada Jaro, yang tugasnya sama sebagai wakil Puun yang membantu Puun. Jaro sendiri memiliki arti kepala Dusun atau kampung.

Selain gelar-gelar yang yang disematkan terhadap seseorang terpilih dalam Suku Baduy sebagaimana disebutkan diatas, ada istilah penamaan lainnya yang memiliki arti dan tujuan masing-masing.

Selanjutnya ada istilah Tangtu dan Panamping, yang mana Tangtu sendiri disematkan sebagai gelar untuk Suku Baduy dalam, sementara Panamping, disematkan untuk Suku Baduy luar.

Dalam upacara Kawalu, karena disebut sebagai tradisi yang benar-benar suci, untuk itu upacara ini dilarang untuk perempuan yang sedang haid.

Jika ada yang melanggar, maka dikenai Kabendon, yakni sanksi adat yang dapat mendatangankan musibah yang berbahaya untuk pelanggarnya.

Baca Juga: Dikenal dengan 2 Kelompok, Ternyata Suku Baduy Terbagi 3, Begini Bedanya

Berhubung Kawalu ini dilangsungkan biasanya berkaitan dengan masa panen, maka anda akan mendengar istilah Nutu.

Nutu adalah proses dalam mengolah makanan yakni padi menjadi beras.

Cara mengolah beras yang dikenal dengan istilah nutu ini adalah dengan cara menumbuk, dan biasanya dilakukan oleh perempuan Baduy.

Selanjutnya, untuk menyimpan hasil panennya Suku Baduy memiliki tempat tersendiri yang biasa disebut sebagai Leuit.

Leuit ini merupakan lumbung padi, yang bentuknya sekilas seperti bentuk rumah panggung.

Baca Juga: Maulana Hasanuddin, Raja Pertama Banten, Dinobatkan tahun 1525, Disebut Pangeran Saba Kingkin

Selanjutnya, dalam prosesi upacara Kawalu, ada sesajen yang dipersembahkan berupa makanan dan seperangkat sirih.

Wadah yang digunakan untuk memisahkan beragam jenis makanan termasuk seperangkat sirih, disebut sebagai Ancak.

Selanjutnya, bagi warga Tangtu, ada tradisi lain yang harus dilakukan masyarakatnya saat prosesi upacara Kawalu.

Tradisi atau kebiasaan yang harus dilakukan tersebut adalah Nyeupah.

Nyeupah adalah tradisi mengunyah sirih yang biasa dilakukan Suku Baduy sebelum menyantap makanan saat berbuka puasa dalam prosesi upacara Kawalu.

Demikian istilah-istilah unik yang digunakan dalam upacara Kawalu Suku Baduy dengan arti atau makna tersendiri.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah