KABAR BANTEN - Cikande merupakan sebuah nama kecamatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Cikande terkenal sebagai kawasan industri ‘Modern Cikande Industrial Estate’, beberapa industri menengah dan besar membangun pabrik di sini karena posisinya yang strategis yaitu berada di poros Jalan Raya Serang – Jakarta.
Terdapat Swiss Belhotel Internasional, Hotel dan Resort sebagai sarana penunjang infrastruktur di Cikande.
Selain terkenal sebagai kawasan yang diminati oleh para pencari kerja, Cikande juga memiliki peninggalan prasejarah yaitu; Situs Patapan dan Batu Lumping.
Kedua peninggalan prasejarah ini berada di Kampung Parapan Pasir, Desa Nagara, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
Dikutip Kabar Banten dari video youtube channel Bujang Gotri, berikut sejarah Cikande, Banten:
1. Situs Patapan
Situs Patapan merupakan batu punden berundak yang berada di atas sebuah bukit dan terdapat batu pelinggih dan lapik atau altar.
Bangunan Situs Patapan ini diyakini sebagai peninggalan megalitik sebelum adanya bangunan candi.
Batu pundek berundak diletakkan atau didirikan di suatu tempat untuk mengenang yang sudah meninggal, tidak jarang menhir atau batu berundak ini sebagai simbol status strata seseorang dalam masyarakat.
Menhir atau batu punden berundak selalu berdampingan dengan bangunan lain seperti dolmen, peti kubur dan batu altar.
2. Batu Lumping
Batu Lumping ini berlubang tujuh, oleh masyarakat sekitar disebut sebagai batu paniisan.
Batu paniisan berfungsi sebagai pendingin logam setelah peleburan.
3. Sejarah Cikande
Pada tahun 1513; Tome Pires (Portugis) pernah berkunjung ke Cikande yang saat itu merupakan kota dagang pada masa Hindu di bawah kekuasaan Pajajaran dan barang dagangannya memiliki karakteristik sama dengan Banten dan Pontang.
Pada tahun 1829 - 1830; terjadi Perang Cikande yang dipimpin oleh Nyimas Gamparan dan masyarakat Banten menolak tanam paksa atau cultuurstelsel yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal van den Bosch.
Dengan taktik perang gerilya pasukan Nyimas Gamparan dan prajurit wanitanya membuat pasukan VOC Belanda kewalahan dan mengalami banyak kerugian.
Belanda dengan taktik politik devide et impera mengadu domba antara Nyimas Gamparan dan Raden Tumenggung Kartanata Nagara, seorang Demang dari Jasinga, Bogor yang sakti mandraguna.
Dalam pertempuran tersebut Nyimas Gamparan tewas dan disemayamkan di daerah Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten
Pada tahun 1845; Perang Cikande II di bawah pimpinan Mas Sarean dengan dibantu seorang wanita Nyi Tinah beserta 34 orang prajuritnya.
Demikian sejarah Cikande, Banten, Semoga menjadi inspirasi yang bermanfaat.***