Pria yang akrab dipanggil Mumu tersebut, melanjutkan, alasan yang kedua adalah, potensi perubahan status Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta.
“Hal itu tentu sangat relevan jika dikembalikan kepada aspek sejarah dan ide gagasan serta khitoh perjuangan founding father. Dimana, kata dia, dulu DKI Jakarta berasal dari nama Sunda Kelapa yang kemudian pada tanggal 22 Juni 1527, diganti oleh Fatahillah menjadi nama Jayakarta,” tuturnya.
Nama Jayakarta dalam aksara Dewanagari, kata dia, yang berarti kota kemenangan. Jayakarta berasal dari dua kata Sansekerta yaitu Jaya , yang berarti kemenangan dan karta, yang berarti dicapai.
“Hingga kemudian Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten, sehingga wilayah Jayakarta jelas berada dalam kekuasaan Kesultanan Banten atau Bantheiin,” ucapnya.
Seiring dengan IKN, kata dia, maka ada peluang besar yang dapat menjadi momentum untuk mengusulkan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Ir.H.Jokowidodo agar mengembalikan Jayakarta menjadi satu dengan Provinsi Banten.
“Bisa saja dengan nama Banten Jayakarta yang kemudian dapat disingkat menjadi Provinsi BAJA agar mudah untuk disebut serta mudah diingat oleh masyarakat dalam penyebutanya,” ungkap Ali Mujahidin.
“Kemudian masih banyak lagi alasan lainnya, diantaranya pasokan listrik Jawa Bali dari Banten, bahan material hasil pertambangan untuk pembangunan infrastruktur bandara, jalan gedung, jembatan batu, dari banten. Saya sudah berdiskusi secara informal dengan Pj.Gubernur Banten DR.Al Muktabar, hanya tinggal perlu dikaji saja,” lanjut Ali Mujahidin.***