Kain Tenun Baduy, Bukti Ketaatan Perempuan Suku Baduy Terhadap Adat

- 17 Oktober 2023, 14:29 WIB
Seorang perempuan Suku Baduy sedang membuat kain tenun Baduy Kabupaten Lebak Banten.
Seorang perempuan Suku Baduy sedang membuat kain tenun Baduy Kabupaten Lebak Banten. /Tangkap layar/Kemendikbudristek

KABAR BANTEN - Suku Baduy atau Urang Kanekes merupakan kelompok etnis masyarakat adat di wilayah Kabupaten Lebak Banten. Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok masyarakat adat, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam.

 

Baduy Luar umumnya lebih terbuka menerima modernisasi dari dunia luar seperti penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik hingga layanan internet.

Sementara Baduy Dalam umumnya lebih tertutup dan tidak menerima modernisasi. Baduy Dalam masih memegang teguh konsep pikukuh yang berlandaskan pada ajaran Sunda Wiwitan.

Suku Baduy memiliki kain tenun yang disebut dengan Tenun Baduy. Kain Tenun Baduy ini memiliki makna yang erat hubungannya dengan tradisi dan kepercayaan mereka.

Masyarakat Suku Baduy memiliki kepercayaan bahwa menenun merupakan wujud dari ketaatan yang dilakukan para perempuan Baduy terhadap adat yang mereka junjung.

 

Bagi masyarakat Suku Baduy, kain tenun ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sandang saja, tapi menjadi identitas khusus yang mencerminkan nilai-nilai adat Suku Baduy.

Sekilas, aktivitas menenun tampak sebagai kegiatan sampingan yang seolah-olah hanya merupakan aktivitas mengisi waktu luang bagi kaum perempuan Baduy. Namun ternyata setelah ditelusuri secara lebih dalam,aktivitas menenun mengandung sejumlah nilai yang lebih penting.

Bagi masyarakat Suku Baduy, aktivitas menenun dapat mengajarkan kedisiplinan. Tidak heran, sedari kecil anak-anak perempuan Suku Baduy sudah dikenalkan dengan aktivitas menenun.

Kain tenun Baduy memiliki corak yang khas dari bahannya yang agak kasar dan warnanya cenderung dominan. Bintik-bintik kapas dari proses pemintalan tradisional telah menghasilkan tekstur khas kain tenun Baduy.

Baca Juga: Sejarah dan Fakta Menarik Suku Baduy yang Harus Diketahui

Para perajin tenun Baduy menggunakan gedogan atau raraga, sebuah alat pemintal untuk memintal kapas menjadi benang. Alat pemintal ini merupakan ciptaan sendiri masyarakat Suku Baduy, dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Ciri khas tenun Baduy terdapat pada motifnya yang geometris, seperti garis berbentuk kait, spiral atau disebut juga pilin, garis lurus, segi tiga, segi empat, dan bulatan.

Tenun Baduy tak ubahnya ungkapan estetika dan alam sekitar pegunungan Kendeng, tempat masyarakat Baduy bermukim.

Keistimewaan tenun Baduy terletak pada coraknya yang mencerminkan adat istiadat warisan nenek moyang yang masih dijaga. Corak tenun Baduy juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Suku Baduy.

 

Proses menenun untuk menghasilkan kain tenun Baduy membutuhkan waktu berbulan-bulan. Lamanya proses menenun disebabkan oleh kerumitan membuat motif kain yang berbentuk garis warna-warni yang terinspirasi dari alam.

Baca Juga: Bank Padi atau Leuit, Lumbung Padi Bank Tradisional Suku Baduy dan Masyarakat Sunda

Kain tenun Baduy juga digunakan sebagai bahan utama pembuatan baju adat. Untuk Suku Baduy Dalam, kain tenun yang dihasilkan didominasi dengan warna putih. Warna ini diartikan dengan suci dan aturan yang belum terpengaruh dengan budaya luar.

Suku Baduy Luar menggunakan kain tenun yang didominasi warna hitam dan biru tua. Sedangkan baju adat yang digunakan kaum perempuan memiliki bentuk menyerupai kebaya.

 

Selain sebagai sandang masyarakat Suku Baduy, kain tenun Baduy juga dijual sebagai cinderamata yang dapat dibawa pulang oleh wisatawan saat berkunjung ke perkampungan Baduy.

Harga jual sehelai kain tenun Baduy berkisar dari Rp800 ribu hingga Rp1 juta. Untuk membuat sehelai kain tenun berukuran 32 meter persegi rata-rata dibutuhkan waktu sekitar satu minggu.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah