Kaum Hawa di Panggung Pilkada

- 12 Oktober 2020, 21:27 WIB
Masudi SR, Anggota KPU Banten
Masudi SR, Anggota KPU Banten /

Partisipasi perempuan dalam ranah kepemimpinan politik mengalami perubahan semenjak pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Meski berjalan sangat lambat, tetapi realitas politik mulai berpihak. Keberadaan politisi perempuan tidak lagi berada di pinggir. Mereka mulai bisa mengakses dan masuk dalam lingkaran inti kekuasaan politik.

Jabatan politik sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah di tingkat provinsi, kabupaten dan kota banyak dijabat kaum perempuan. Kehadiran mereka tidak lagi hanya sebagai penyumbang suara. Perempuan ikut mengambil perannya yang lebih substantif, menjadi calon kepala daerah. Masuk ke dalam kontestasi politik yang selama ini dihegemoni kaum laki-laki.

Seseorang yang ingin menjadi kandidat kepala daerah tidaklah mudah, terutama dari jalur partai politik. Ia harus berhasil melewati setidaknya tiga tangga ujian, yakni penjaringan, penyaringan, dan penetapan. Ini merupakan titik paling krusial dalam proses kandidasi yang ada dalam partai politik. Masing-masing parpol memiliki instrumen penilaian dan mekanisme yang berbeda satu sama lain.

Proses pencalonan masing-masing parpol dilaksanakan secara demokratis. Ini perintah undang-undang dan peraturan turunan yang dikeluarkan komisi pemilihan. Bagaimana mekanisme dan standar demokratisnya, diserahkan kepada setiap partai.  Hanya beberapa hal yang diatur secara eksplisit oleh ketentuan perundangan, yakni tidak dibenarkan adanya praktik politik uang. Bila terbukti secara hukum, calon bisa dikenakan sanksi diskualifikasi, dikeluarkan sebagai peserta pemilihan.

Baca Juga : Partisipasi di Saat Pandemi

Di tengah atmosfer politik yang sangat kental aroma patriarki itu, ada perempuan kader parpol bisa masuk dan menjadi calon yang diusul, merupakan sebuah capaian yang menggembirakan. Masalahnya, tidak semua kader perempuan parpol bisa masuk dalam bursa pemilihan dan  nominasi yang dilakukan internal partai. Meskipun memiliki kapasitas intelektual, loyalitas, dan lulus semua jenjang kekaderan, tidak bisa menjadi garansi ditetapkan sebagai kandidat kepala daerah. Butuh modal lain seperti jaringan dan strategi. Inilah yang sering menjadi batu sandungan kader perempuan parpol. Sering kali mereka harus puas ditempatkan sebagai tim pemenangan calon.

Tiga kekuatan yakni modal, strategi, dan jaringan ini adalah kunci untuk bisa memenangkan kompetisi politik. Modal tidak hanya berupa uang atau materi lain. Bisa pula dalam bentuk kapasitas individu. Termasuk latar belakang keluarga, pengaruh di masyarakat dan keberadaan di komunitas (modal sosial). Modal finansial, individu, dan sosial tidak banyak membantu, jika tidak ditopang strategi bagaimana masuk ke lingkaran inti pembuat dan pengambil keputusan. Untuk bisa masuk ke dalam lingkaran tersebut, dibutuhkan jaringan di internal dan eksternal partai politik.

Kemampuan mengoperasikan tiga kekuatan ini mutlak diperlukan oleh kader perempuan partai politik,  jika hendak tampil dalam kepemimpinan politik di jabatan-jabatan publik. Menurut Kurniawati Hastuti Dewi dalam buku Modal, Strategi, dan Jaringan: Perempuan Politisi dalam Kandidasi Pilkada Langsung (2018 : 191-192), dengan modal individu dan modal sosial yang kuat menjadi dasar bagi perempuan politisi untuk menembus proses pencalonan, memahami aktor-aktor kunci yang harus dijalin dan diajak berkomunikasi. “Seorang politisi perempuan” kata Kurniawati, “Dengan modal individu dan sosial yang hebat, tetapi tidak memiliki kemampuan  dan ber-strategi ke dalam jaringan aktor-aktor, maka tidak akan dapat menembus kandidasi”.

Baca Juga : Cegah Covid-19 Klaster Pilkada, Ini Yang Dilakukan Bawaslu Kota Tangsel

Jika melihat data pencalonan dan keterpilihan perempuan dalam pilkada, jumlahnya masih sangat sedikit. Dalam pilkada tahun ini misalnya, dari 1.482 calon, sebanyak 151 (11%) diantaranya adalah perempuan yang ada diposisi calon kepala daerah atau wakil kepala daerah. Berapa persen dari jumlah itu yang akan terpilih, sangat dipengaruhi  kemampuan calon mengelola modal, strategi, dan jaringan yang dimiliki. Dalam hal ini bagaimana memutar seluruh mesin partai politik untuk meraih kemenangan.

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x