1549852

Tak Paham Gunakan KIS, Anak Elpiyana tak Tertolong

- 7 Oktober 2017, 10:00 WIB
Elpiyana menunjukan KIS
Elpiyana menunjukan KIS

Nasib malang di terima pasangan Armani dan Elpiyana, warga Kampung Cidokdok Ranca Kamurang, Desa Mekar Baru, Kecamatan Petir. Putra bungsunya yang lahir premature di usia kandungannya yang ke delapan bulan pada Rabu (27/9) lalu meninggal dunia. Hal itu terjadi karena buah hatinya itu terlambat mendapatkan perawatan untuk dirujuk ke rumah sakit akibat tak paham mengenai penggunaan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Saat didatangi di kediamannya, dirinya pun tidak tahu jika selama ini sudah memiliki kartu KIS yang bisa digunakan untuk jaminan kesehatan. Namun saat dijelaskan terkait model kartunya, dirinya baru menyadari jika telah mendapatkan kartu tersebut. Akan tetapi dirinya pun masih belum tahu bagaimana cara menggunakan kartu tersebut. Elpiyana mengatakan, buah hatinya tersebut lahir di rumah tanpa pertolongan dokter. Namun kemudian, karena usia kelahirannya yang belum sampai 9 bulan, sang buah hatinya tersebut perlu mendapatkan perawatan khusus yakni dihangatkan dalam incubasi dan juga mendapatkan bantuan oksigen. "Ya enggak kenapa-napa cuma intinya lahiran premature," ujarnya kepada Kabar Banten, Jumat (6/10/2017). Si jabang bayi pun kemudian dibawanya ke Puskesmas terdekat. Namun malang baginya, saat sampai di lokasi, oksigen yang dibutuhkan pun kebetulan sedang habis. Pihak puskesmas pun menyarankan agar bayi laki-lakinya tersebut segera dirujuk ke rumah sakit di Kota Serang. Namun sebelumnya dirinya harus mengurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk dapat dirujuk ke rumah sakit. Pada saat itu pihak puskesmas pun menanyakan terkait kepemilikan kartu jaminan kesehatan. Namun malangnya, karena tak memahami terkait penggunaan kartu sakti tersebut, dirinya pun mengatakan jika tidak memiliki kartu BPJS ataupun jaminan kesehatan. "Ternyata KIS mah ada, enggak dibawa pas ke puskesmas, kan dimintanya SKTM, tapi bukan nama saya di KIS-nya juga itu atas nama suami sama anak cuma dua pula. Kalau saya belum punya," katanya. Karena tak paham terkait penggunaan kartu tersebut, akhirnya bayinya pun tidak buru-buru dibawa ke rumah sakit. Sebab, selama ini dirinya pun belum pernah menggunakan kartu tersebut. "Selama ini lahiran sampai anak ke empat selalu di rumah, jadi enggak tahu cara pakai kartu KIS nya," ucapnya. Sementara itu, adiknya, Kholiyah yang pada saat kejadian mendampingi Elpiyana mengatakan jika pada saat itu, sesampainya di puskesmas dokter pun langsung sibuk melakukan pemeriksaan terhadap keponakannya tersebut. Namun kemudian saat sang bayi baru sekitar 5 menit mendapatkan penghangatan (incubasi), tiba-tiba saja aliran listrik di sana padam. "Tiba-tiba mati lampunya itu, dan dinyalain lagi terus mati lagi enggak kuat lampunya, apa mati lampu atau gimana, baru juga berapa menit belum ada 5 menit sudah mati lagi. Tiga kali atau empat kali itu," tuturnya. Setelah sekitar 5 menit mendapatkan penyinaran di incubasi, tubuh sang bayi pun terlihat segar. Pihak puskesmas pun berniat memasangkan infus, namun karena mati lampu akhirnya tidak jadi dipasangkan. "Terus yang lainnya juga sibuk ngurusin oksigen, kalau di oksigen mah kayanya normal bayinya. Oskigen itu pas disana habis, pas datang itu bayinya oksigen baru mau di isi sekitar pukul 12.00. Setelah bayinya meninggal itu datang (oksigen)," ujarnya. Karena aliran listrik di puskesmas terganggu, akhirnya dokter menyarankan agar dirujuk ke RSUD dengan membuat SKTM terlebih dahulu. Namun karena merasa awam, dirinya pun bingung terkait penggunaan kartu BPJS yang dimilikinya. "Saya enggak ngerti, soalnya dulu pernah dapat kartu KIS itu tapi alamatnya salah makanya dikembalikan lagi. Ibu kader juga bantuin pas buat SKTM itu tapi ya mungkin sudah takdir," katanya.  Walau amat menyesali kejadian itu, namun dirinya pun mengikhlaskannya, dan menganggapnya sebagai pembelajaran untuk kedepannya. (DH)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah