Perbedaan Idul Adha Ustadz Adi Hidayat dan Pemerintah, Buya Yahya Simpulkan Siapa Sebenarnya yang Salah

9 Juli 2022, 00:11 WIB
Buya Yahya menjelaskan perbedaan Idul Adha yang mengungkap siapa sebenarnya yang salah. /YouTube Al-Bahjah TV

KABAR BANTEN-Ustadz Adi Hidayat mengumumkan bahwa dirinya melaksanakan puasa salat Idul Adha 9 Juli 2022.

Dengan demikian, Ustadz Adi Hidayat menetapkan puasa sunnah arafah jatuh pada Jumat 8 Juli dan Idul Adha pada 9 Juli 2022.

Hal tersebut resmi diumumkan Ustadz Adi Hidayat lewat sebuah cuplikan video, dalam akun Instagram pribadinya, @adihidayatofficial.

Berbeda dengan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag), menetapkan Hari Raya Iduladha 1443 H jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022.

Baca Juga: Cara Menghitung Daging Kurban, Panitia Penting Mengetahuinya, Ini Bagian yang Bisa Diserahkan ke Mustahik

Ketetapan tersebut, juga berbeda dengan Arab Saudi yang menetapkan 10 Zulhijah 1443 H jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag Adib menjelaskan soal perbedaan waktu tersebut.

Dalam penjelasannya, perbedaan waktu itu disebabkan karena letak Arab Saudi lebih barat dari Indonesia.

Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, sehingga hilal justru mungkin terlihat di Arab Saudi,” katanya dikutip dari laman resmi Kemenag, pada Jumat, 1 Juli 2022.

Semakin ke arah barat dan bertambahnya waktu, maka posisi hilal akan semakin tinggi dan semakin mudah dilihat. 

Sedangkan letak geografis Arab Saudi, berada di sebelah barat Indonesia.

Sehingga, pada tanggal yang sama posisi hilal di sana lebih tinggi.

“Jadi kurang tepat jika memahami Indonesia lebih cepat 4 jam dari Arab Saudi," ucapnya. 

Maka,Indonesia melaksanakan karena Hari Raya Idul Fitri 1443 H juga lebih awal. Jelas pemahaman ini kurang tepat,” katanya.

Berdasarkan data hisab, kata dia, pada akhir Zulkaidah 1443 H ketinggian hilal di Indonesia antara 0 derajat 53 menit sampai 3 derajat 13 menit.

"Dengan perpanjangan antara 4,27 derajat sampai 4,97 derajat," ucapnya 

Sementara, posisi hilal di Arab Saudi pada tanggal yang sama lebih tinggi dengan posisi yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Ibu Hamil Boleh Makan Daging, tapi Jangan Sate Kambing, Apa Resikonya?

"Jadi kemungkinan hilal terlihat di Arab Saudi sangat besar,” jelasnya.

Perbedaan hari raya Idul Adha, juga dijelaskan Buya Yahya di channel YouTube Al-Bahjah TV.

Video berjudul 'Idul Adha Ikut Pemerintah Indonesia atau Arab Saudi?'-Buya Yahya Menjawab', diunggah pada 21 Agustus 2018.

Dia mengatakan, setiap tahunnya terjadi perbedaan dari Hari Raya Idul Fitri hingga puasa Arafah yang ada di Indonesia dengan di Arab Saudi.

"Itu akan selalu jadi ada perbahan. Tapi bagi ada ilmu,, nyantri," kata Buya Yahya.

Menurutnya, buat orang yang memiliki ilmu tidak masalah. Buya Yahya pun mengungkapkan dari mana perbedaan itu terjadi.

"Ketahuilah bahwa, berkenaan tentang penetapan Hari Raya Idul Adha, sekaligus di dalamnya ada puasa Arafah," katanya.

"Memang kalau puasa Arafah kalau terlambat, masuk puasa Arafah di Hari Raya Idul Adha," katanya.

"Puasa di hari raya hukumnya harom, kan seperti itu," kata Buya Yahya.

"Kalau hari ini hari raya, ko Anda puasa. Hukum puasa Anda adalah harom," ucapnya.

Baca Juga: Transaksi Hewan Kurban Menegangkan, Wisanggeni Sapi Terberat di Indonesia Dibeli Irfan Hakim, Harganya?

Namun apakah serta merta yang puasa hukumnya harom, kata Buya Yahya, nanti dulu.

"Ini permasalahannya apa. Sebab, sekarang begitu mudahnya orang mengatakan. Itu sudah rame-rame, yang puasa besok harom. Karena besok di Saudi adalah hari raya," katanya.

Padahal, menurut dia, permasalahannya adalah perbedaan itu terjadi berangkat dari menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah dengan rukyatul hilal.

"Melihat rembulan, atau kalau yang menggunakan hisab, ada hitungan," katanya.

Kemudian ulama berbeda pendapat. Apalagi, yang berbeda pendapat bukan ulama kecil melainkan ulama besar.

"Madzhab Syafi'i ulama besar, begitu pun madzhab Maliki ulama besar. Ulama-ulama hebat semuanya," kata dia.

Adapun ulama yang berbeda pendapat mengatakan bahwa jika tanggal 1 ada di suatu tempat, maka yang lainnya boleh menyeragamkan tanggal 1 tersebut.

“Jadi tidak ada perbedaan tanggal dan bisa diseragamkan, ini pendapatnya Imam Malik,” jelas Buya Yahya.

Berbeda dengan madzhab Imam Syafi, tempat keluarnya rembulan dilihat. Jika suatu wilayah terlihat rembulan yang berbeda, maka tanggal satunya juga berbeda.

“Kalau kita ingin berpuasa karena melihat bulan maka puasalah di bulan ramadhan, jika ditempat lain belum terlihat rembulan maka tidak diperkenankan untuk berpuasa,” jelasnya.

Pada bagian berikutnya, perihal puasa Arafah dilakukan, jika hari raya Idul Adha Arab Saudi dan Indonesia berbeda.

"Maka lakukan puasa Arafah sesuai dengan tempat yang anda tinggal," katanya.

Puasa Arafah adalah puasa tanggal 9 Dzulhijjah. Jika sedang berada di Mekah, maka puasa Arafah dilakukan berbarengan dengan orang yang wukuf di Arafah.

Namun jika sedang berada di luar Arab Saudi, kata dia, maka puasalah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Jadi jika Indonesia ingin mengikuti Arab Saudi perihal hari raya Idul Adha, menurutinya tidak masalah.

Baca Juga: Tips Memilih Hewan Kurban Sapi, Kerbau, Kambing, Termasuk Tata Cara Penyembelihannya di Tengah Wabah PMK

"Karena ini sesuai dengan madzhab Imam Maliki," kata Buya Yahya menambahkan.

“Secara fiqih itu sah jangan ada yang menyebutnya tidak sah,” tegas Buya Yahya.

Buya Yahya akhirnya menyimpulkan siapa sebenarnya yang salah.

“Karena dua-duanya adalah pendapat ulama, yang salah itu adalah yang saling menyalahkan,”ujarnya.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler