Ramadan Segera Tiba, Yuk Siapkan Bekalnya dengan Amalan Utama Ini

5 Maret 2024, 06:23 WIB
Ilustrasi Ramadan /Pixabay

KABAR BANTEN – Bulan Ramadan 1445 Hijriyah sebentar lagi akan tiba. Bulan puasa yang mulia ini selalu dinanti umat Islam karena memiliki banyak keutamaan.

Namun demikian, dalam menyambut datangnya bulan Ramadan, umat Islam perlu mempersiapkan bekal dengan amalan-amalan agar nanti mampu menjalani ibadah puasa dan meraih keutamaannya.

Bekal menyambut datangnya bulan Ramadan itu yakni mencakup amalan psikis maupun fisik. Dikutip dari laman nu.or.id, setidaknya ada 3 amalan utama yang perlu dilakukan umat Islam menyambutnya datangnya bulan Ramadan.

Bekal pertama yang menyangkut bekal batin. Yakni amalan hati, yaitu niat menyambut bulan Ramadan dengan lapang hati (ikhlas) dan gembira. Hati yang ikhlas dan rasa gembira datanya bulan mulia ini menjadi pintu masuk amalan lainnya.

Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan:

 مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ  

"Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka".

Begitu mulianya bulan Ramadan sehingga untuk menyambutnya saja, Allah telah menggaransi kita selamat dari api neraka. Oleh karena itu wajar jika para ulama salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:  

 اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ  

"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadan".  

Perjumpaan dengan Ramadan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena hanya di bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Kenikmatan yang tidak dirasakan pada bulan-bulan selain Ramadan.

Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadan dengan tangis.  

Kemudian yang bekal batin yakni berziarah ke makam orang tua mengirim doa untuk mereka yang oleh sebagian daerah dikenal dengan nyekar. Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawassul kepada mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa selama sebulan mendatang.

Tawassul dalam berdoa merupakan anjuran dalam islam. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 35:

  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. al-Maidah: 35).  

Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulallah Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa :  

 اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ  

“Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah  Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain”.  

Berkal batin yang selanjutnya yakni sikap saling memaafkan. Mengingat bulan Ramadan adalah bulan suci, maka tradisi bersuci pun menjadi sangat seseuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci secar lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat kembali mushala, maupun bersuci secara bathin yang biasanya diterjemahkan dengan saling memaafkan antar sesama umat muslim. Terutama keluarga, tetangga dan kawan-kawan. Hal ini sesuai dengan anjuran Islam dalam al-Baqarah ayat 178;

    ...فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ  

“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”.(QS. 2:178).

Dikutip dari unissula.ac.id, kedua, menyangkut bekal ilmu. Untuk meraih amalan di bulan Ramadan secara maksimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam tentang fiqh puasa. Oleh karena itu, dengan memahami fiqh puasa dengan baik seseorang akan  memahami denganbenar mana perbuatan-perbuatan yang dapat merusak nilai puasanya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas puasanya.

Ketiga, yakni bekal secara fisik. Tak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik. misalnya untuk puasa, qiyamullail, membaca Al-Quran dan berbagai macam ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang prima kita dapat melakukan ibadahtersebut tanpa terlewatkan sedikitpun.

Karena jika kondisi fisik tidak baik, makakemungkinan besar kita  tidak akan melakukan amalan Ramadan dengan maksimal, bahkan akan terlewatkan sia-sia. Padahal amalan di bulan Ramadan tak dapat digantikan dengan amalan di bulan-bulan yang lain. Oleh sebab itu,sebaiknya kita menyiapkan kondisi fisik dari jauh-jauh hari sebelum Ramadan.

Keempat menyangkut bekal harta. Persiapan menyiapkan dan mengatur keuangan untuk berinfak, sedekah dan membayar zakat. Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits:“Rasulullah pernah ditanya, ‘Sedekah apakah yang paling utama? Beliau menjawab,“Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadan”.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler