Pelajaran Berharga dari Kisah Kakek Penjual Pisang di Pasar

12 April 2024, 14:05 WIB
Ilustrasi terkait pelajaran berharga dari kisah kakek penjual pisang yang tak pernah ingkar janji. /Pexels/mehmet-turgut-kirkgoz

KABAR BANTEN - Mungkin anda bertanya-tanya ada dengan kakek penjual pisang, bukankah hal itu biasa kita jumpai di pasar-pasar?

Ada pelajaran penting dari kisah kakek penjual pisang ini, penasaran dengan kisahnya berikut informasinya sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui laman Instagram @qolbu_muslim

Pada suatu hari ketika saya pergi ke pasar tradisional di Cilengsi, ada seorang kakek penjual pisang yang sering mangkal di Pasar Cilengsi menghampiri begitu aku turun dari mobil, lalu si kakek menawarkan pisang.

Baca Juga: Suami ataupun Istri Mesti Baca Kisah Handuk Basah di Atas Kasur Ini

"Pisangnya neng mateng di pohon" kata si kakek menawarkan dagangannya.

"Saya belanja dulu kek, nanti balik baru beli"

"Iya neng kakek tungguin yaa!"

Akupun langsung bergegas untuk belanja berjalan dengan sedikit jingjit, karena semalam hujan, jadi pasar agak becek.

Belanja di press market sih jauh lebih nyaman, tapi harganya selangit boo, tentu beda jauh dengan di pasar tradisional ini, meskipun ya harus rela berbecek-becek ria.

Setelah belanja, aku pulang, dalam perjalanan menuju kota wisata macetnya minta ampun.

Saat perjalan pulang dari pasar, di depan pom bensin aku lihat banyak pisang yang tergantung, tiba-tiba aku ingat janjiku pada si kakek penjual pisang.

Astagfirullah, mau putar balik tapi macet, pikiranku bercambang, jika tidak balik lagi bagaimana kalau si kakek terus menunggu.

Tapi, kalau nunggu lama, kan si kakek pasti bosan dan pulang, tidak mungkin dia tunggu sampai pasar bubar, pekik batinku.

Macet belum juga usai, rasa lapar juga menyerang, bayangan kakek tua penjual pisang dengan kopiah miring dengan kameja putih yang usang terus menari di pikiranku.

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan klakson dan teriakan orang dibelakangku 'mba jangan melamun dong, jalaaan dong, nambahin macet ajaaa?'

Aku terkejut, ku injak gas mengikuti antrian panjang kendaraan, hatiku belum juga tenang ingat si kakek penjual pisang.

Aku masuk area perumahaan kota wisata lewat ruko Canadian, begitu melewati jembatan seorang melintas begitu hampir tertabrak.

Sesampainya di rumah mbak Eni menurunkan belanjaan, Bani ponakanku yang memanggil aku ibu keluar dia memeriksa belanjaan.

"Ibu tidak beli pisang!"

Aku terdiam terbayang wajah si kakek penjual pisang mungkin dia masih menungguku.

Baca Juga: Kisah Nyata Cinta dan Pengorbanan Seorang Ibu yang Melindungi Anak dari Bahaya Hingga Bertaruh Nyawa

"Kaka mau pisang?"
Dia mengangguk matanya penuh harap.
Ya Allah jika Bani saja menyiratkan harapan yang tiap hari bisa makan pisang, bagaimana dengan si kakek penjual pisang yang jualan demi memenuhi kebutuhannya sendiri meski sudah tua renta.

Lalu aku meneguk segelas air, lalu bergegas ke kamar mengambil jaket dan masker.

Kupacu motor, kebutuhan sudah tidak terlalu macet, terik matahari mampu menembus tebalnya jaketku, tapi tidak kuhiraukan, dipikirkanku hanya ada kakek penjual pisang dengan kayu di pundaknya.

Setibanya di pasar hatiku pilu bagaimana kalau aku tidak kembali si kakak penjual pisang masih duduk menunggui beberapa sisir pisang uli dan raja.

"Kek pisangnya masukin ke kantong ini ya!"
Aku berjongkok kurentangkan kantong plastik putih, tanganku meraih lima sisir pisang.

"Jangan neng, jangan semua, tadi kakek sudah janji sama si Eneng yang pakai mobil hitam, tadi juga banyak yang mau beli tapi kakek sudah janji".

Ku lepas masker helm dan kaca mata hitam.

"Kek maafkan saya sudah membuat kakek menunggu lama, pasti kakek belum makan karena nungguin saya!".

Si kakek penjual pisang melihaku dengan seksama dari mulai kaki hingga kepala.

"Kok Eneng berubah" ujar si kakek.

"Iya tadi pulang dulu kek!"

Tidak ku katakan kalau aku lupa, setelah aku membayar harga pisang, ku selipkan satu lembaran merah disaku bajunya.

"Jangan neng kan pisang kakek sudah diborong!".

Tangannya menahan tanganku, tapi tetap kutinggalkan disakunya.

Baca Juga: Benarkah Jawaban Solat Istikharah Melalui Mimpi? Begini Jawaban Buya Yahya

Dari kisah Kakek penjual pisang ini tentu ada pelajaran yang berharga si kakek begitu setia pada janjinya pisangnya mau dibeli orangpun dia tolak karena dia sudah janji, dan dia menungguku kebayang kalau aku tidak balik lagi mungkin dia akan terus menunggu.

Untuk itu kita mesti hati-hati jangan asal janji sekiranya kita akan ingkar janji karena janji adalah hutang.

Ingatlah disetiap janji kita karena janji adalah hutang, semoga kisah dari kakek penjual pisang ini bermanfaat dan menjadikan diri kita semakin bijak.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Instagram @qolbu_muslim

Tags

Terkini

Terpopuler