Teologi Politik Pandemi

- 20 September 2020, 20:28 WIB
Fadlullah Untirta edit
Fadlullah Untirta edit /

Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi secara luas di seluruh dunia. Penyakit ini sudah menjadi masalah bersama bagi seluruh warga dunia. Dalam perspektif teologi, wabah terjadi karena manusia tidak menepati janji primordialnya kepada Allah, tergerusnya budaya silaturahim sehingga kohesi sosial rusak dan pembangunan ekonomi yang dirasuki jiwa keserakahan.

Dalam Al Qur'an surat Ghafir [40] ayat 28 terdapat dialog antara seorang mukmin dengan Fir'aun. Seorang mukmin ini mengingatkan kepada Fir'aun dan kaumnya untuk tidak melakukan persekusi kepada Musa apalagi berencana untuk membunuhnya: "Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia menyatakan: Tuhanku adalah Allah!" Seorang mukmin ini mengingatkan Fir'aun dan kaumnya karena khawatir terjadi azab Allah kepada mereka.

Dalam kisah Al Qur'an berbagai wabah terjadi karena tindakan dzalim penguasa dan kaumnya terhadap Nabi dan ulama yang mewartakan Kebenaran ajaran Allah. Mereka mempersekusi Nabi dan ulama serta menolak syariat Allah yang diajarkan. Al Qur'an mengisahkan tragedi kaum Nabi Nuh yang ditenggelamkan dengan banjir bandang, kaum 'Ad yang memusuhi Nabi Hud dibinasakan dengan angin topan,  kaum Tsamud yang memusuhi Nabi Sholeh diporak-porandakan dengan gempa, dan lain lain.

Firaun dan kaumnya diuji dengan kemakmuran lalu berlaku sombong. Sok kuasa dan menentang syariat Allah yang dibawa oleh Nabi Musa. Akibatnya, Allah mengadzab mereka dengan kekeringan. Rakyatnya kelaparan dan jatuh miskin. Namun, Firaun tetap saja sombong dan berpidato: "Akulah tuan kalian, aku menyediakan semua kebutuhan kalian. Lihatlah (Nabi) Musa, ia tak memiliki emas. Ia hanyalah orang miskin," kata Firaun dalam satu pertemuan dengan rakyatnya termasuk bani Israil.

Bangsa Israil pun terpesona dengan janji politik Fir'aun yang akan memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, meski janji itu palsu belaka. Dalam keteperdayaan dan kebodohan itu, Bangsa Israil serta-merta menaati Firaun dan mengabaikan panggilan Musa. Mereka mencela Nabi Musa sang utusan Allah. Maka, keesokan hari setelah pertemuan itu, tanah Mesir heboh. Air di Sungai Nil tiba-tiba habis begitu saja. Nil terus kering hingga tanah pertanian gagal panen, rakyat kelaparan, Mesir dirundung panceklik.

Anehnya, ujian kekeringan itu tidak menyadarkan mereka untuk bertaubat agar terbebas dari azab Allah. Firaun dan pengikutnya tetap sombong dan berbangga diri. Mereka malah menuding Musa sebagai pembawa sial bagi negeri Mesir. Maka, Allah pun melanjutkan azab-Nya. Allah menimpakan banjir besar kepada rakyat Mesir. Lahan subur habis terkikis. Ketika mereka tak tahan lagi dengan banjir, mereka pun mendatangi Musa: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu," ujar para pengikut Firaun. Musa pun kemudian memanjatkan doa dan segera terijabah.

Azab banjir reda seketika. Namun begitu azab sirna, mereka ingkar janji. Mereka tetap tidak beriman kepada kenabian Musa. Allah pun kembali menurunkan azab.

Allah mengirimkan sekawanan belalang yang kemudian memakan habis tanaman. Warga Mesir kembali kelaparan. Lalu, mereka pun kembali kepada Musa dan meminta hal sama: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu," kata mereka. Azab belalang pun usai. Namun lagi-lagi, mereka kembali ingkar. Allah memberikan azab kembali dengan mengirim sekawanan kutu. Tiba-tiba wabah penyakit akibat kutu itu menjalar ke seluruh wilayah. Saat merasa sulit, mereka pun kembali kepada Musa dan meminta hal yang sama. Musa dengan sabar mengabulkan dengan harapan mereka akan sadar.

Namun, mereka kembali ingkar. Allah pun tak segan mengirimkan kembali azab.  Kali ini, dikirimkan sekelompok katak. Tiba-tiba Mesir dipenuhi sesak oleh katak yang terus melompat-lompat, banyak sekali jumlahnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x