9 Fakta Menarik Seputar Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

13 Juli 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi terkait fakta menarik seputar Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. /Pixabay/Alan Pottinger

KABAR BANTEN - Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momen penting dan bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia.

Terlepas dari hal tersebut ada banyak fakta menarik pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang belum banyak diketahui.

Deretan fakta menarik seputar Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 ini tidak hanya seputar momen Proklamasi saja, tapi juga situasi kondisi yang ada sepanjang momentum bersejarah tersebut.

Baca Juga: 50 Macam Ide Lomba 17 Agustus Terbaru yang Kreatif, Dijamin Seru dan Meriah!

Lantas fakta menarik apa saja yang terjadi pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yang belum banyak diketahui orang.

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube HasbiTubeHD, berikut adalah 9 fakta menarik seputar Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

1. Suara Bung Karno membaca Teks Proklamasi di rekam ulang

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ini ditandai dengan detik-detik saat Presiden Soekarno atau Bung Karno membacakan teks Proklamasi secara lengkap.

Namun ternyata suara Bung Karno tersebut bukan direkam langsung ketika membaca teks Proklamasi.

Ternyata rekaman itu memang suara asli Bung Karno, namun dibuat pada tahun 1951 di Radio Republik Indonesia (RRI) untuk kebutuhan dokumentasi negara.

2. Pembacaan teks Proklamasi menggunakan mikrofon stasiun Radio Jepang

Upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama kali dilaksanakan dengan sangat sederhana tanpa musik, tanpa protokol khusus, bahkan tiang bendera untuk mengibarkan bendera merah putih pun hanya dibuat dari batang bambu.

Tidak hanya itu mikrofon yang digunakan Bung Karno saat membaca kan teks Proklamasi ternyata diperoleh dari stasiun radio milik Jepang.

3. Naskah teks Proklamasi asli sempat dibuang ke tong sampah

Naskah teks Proklamasi asli (klad) yang ditulis tangan oleh Soekarno rupanya tidak disimpan oleh pemerintah Indonesia.

Akan tetapi naskah teks Proklamasi tersebut malah dibuang ke tempat sampah di kediaman Laksamana Maeda.

Naskah teks Proklamasi asli itu ditemukan oleh seorang wartawan asal Aceh bernama B.M Diah, beliau menyimpan naskah teks Proklamasi asli itu selama hampir 47 tahun, hingga pada 29 Mei 1992 teks Proklamasi itu ia serahkan kepada negara.

Sampai hari ini, naskah teks Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia asli yang ditulis tangan Ir. Soekarno itu tersimpan rapi di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Baca Juga: 4 Senjata Tradisional Indonesia, Begini Keunikan dan Kekuatannya yang Dikagumi Dunia

4. Dokumentasi Proklamasi hampir disita Jepang

Sama halnya dengan naskah teks Proklamasi, dokumentasi proses Proklamasi juga tidak disimpan dengan baik.

Beruntung, seorang pemuda bernama Frans Mendoer berhasil menyelamatkan dokumentasi tersebut.

Beliau menanamnya di sebuah pohon di kantor Harian Asia Raja, tidak lama berselang, tentara Jepang sempat meminta negatif film di dokumentasi Proklamasi tersebut, namun beliau berkata bahwa beliau tidak memiliki dokumentasi itu.

5. Bendera merah putih dibuat dari kain sprei putih

Pengibaran bendera merah putih pertama kali dilaksanakan di kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56.

Istri Bung Karno, yakni Fatmawati adalah sosok yang berjasa menjahit bendera merah putih saat itu.

Namun ukuran bendera merah putih itu terlalu kecil yaitu hanya 50 sentimeter, alhasil Fatmawati mengambil kain sprei berwarna putih di dalam lemarinya.

Sementara seorang pemuda Indonesia bernama Lukas Kastaryo diminta mencari kain merah yang dibeli dari seorang penjual soto.

Hingga pada akhirnya terjahitlah bendera merah putih berukuran lebih besar dari sebelumnya.

Fatmawati sendiri menjahit bendera besar tersebut di ruang makan dengan kondisi fisik hamil besar.

Ketika bendera merah putih yang ia jahit itu dikibarkan usai Proklamasi dibacakan, menangis lah Fatmawati.

"Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera merah putih yang sedang saya jahit itu," kenangnya.

Saat ini bendera merah putih yang dijahit Fatmawati itu di simpan rapi oleh pemerintah Indonesia di Arsip Nasional Indonesia.

6. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tidak ada artinya tanpa pemuda ini

Wikana adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai juru bicara, beliau juga yang menculik para tokoh kemerdekaan Soekarno dan Hatta untuk kemudian diasingkan di Rengasdengklok.

Tanpa adanya keberanian dari sodok Wikana, rasanya kemerdekaan Indonesia mungkin saja diundur atau bahkan tidak pernah terjadi saat itu.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Pondok Pesantren Modern di Serang Banten

7. Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan pada bulan Ramadhan

Tanggal 17 Agustus 1945 dipilih sebagai hari pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ternyata bukanlah tanpa alasan ada makna mendalam dari tanggal tersebut.

Dimana sebelum membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno meminta saran dari para ulama yakni K.H Abdoel Morkti dari Muhammadiyah dan K.H Hasyim Asy'ari dari Nahdatul Ulama (NU).

Dari hasil diskusi tersebut, pembacaan Naskah teks Proklamasi pun ditetapkan pada Jumat, 17 Agustus 1945, bertepatan dengan bulan Ramadhan tanggal 9 Ramadhan 1364 H, pukul 10 pagi.

"Saya seorang yang percaya pada mistik, saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku, akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik, angka 17 adalah angka suci, pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita, tanggal 17 besok hari Jumat hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci, Al-Qur'an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia." terang Bung Karno.

8. Teks Proklamasi sempat ingin dibacakan di Lapangan IKADA

Setelah ditandatangani, naskah teks Proklamasi pun hendak dibacakan, Sukarni memberitahu Bung Karno bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya telah diserukan untuk datang berbondong ke lapangan IKADA.

Saat ini lapangan tersebut ditempati oleh kawasan Monas. Namun, hal itu lekas ditolak Soekarno. "Tidak, lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur, pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang." Ujarnya.

"Untuk apa kita harus memancing-mancing indiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mukin akan menimbulkan salah faham, suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi." Demikian keputusan Soekarno.

Atas dasar keputusan itu, pembacaan naskah teks Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pun dilangsungkan di kediaman Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.

9. Penulisan tahun '05 di teks Proklamasi

Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945, namun mengapa yang tertulis pada teks Proklamasi adalah tahun '05.

Ternyata penulisan tahun '05 yang tertera di teks Proklamasi merupakan singkatan dari angka 2605.

Baca Juga: Contoh Kata Sambutan Ketua Panitia Perayaan HUT ke-77 Republik Indonesia, Tertata, Elegan, dan Santun

Pada tahun penanggalan di zaman pemerintahan Jepang yang berlaku ketika itu.

Dari fakta menarik tersebut dapat disimpulkan bahwasanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada hari Jumat yaitu 17 Agustus 1945 (tahun Masehi) atau tanggal 17 Agustus 2605 (menurut tahun Jepang) pukul 10.00 WIB.

Itulah 9 fakta menarik seputar Proklamasi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube HasbiTubeHD

Tags

Terkini

Terpopuler