Atas dasar itu pula akhirnya penduduk percaya bahwa Nian takut terhadap segala sesuatu yang berwarna merah.
Setelah kejadian tersebut, para penduduk memulai tradisi menggantung lentera dan gulungan kertas merah di pintu atau jendela setiap tahun baru.
Selain itu, penduduk juga menggunakan kembang api sebagai sarana lain untuk membuat Nian takut dan menjauhi desa.
Tradisi-tradisi yang berkaitan dengan warna merah untuk menakuti Nian ini, akhirnya selalu dilakukan setiap tahun baru tiba dan menjadi perayaan yang wajib dilakukan.
Istilah 'Guo Nian' pun muncul setiap perayaan Imlek. Guo Nian berarti menyambut tahun baru, atau secara harfiah juga dapat diartikan mengusir Nian.
Puncak acara perayaan Tahun baru Imlek sendiri berlangsung selama 3 hari, dari sehari sebelum Imlek sampai sehari sesudah Imlek.
Hingga saat ini, tradisi menggunakan atribut dominan merah pun masih dilakukan dalam menyambut tahun baru Imlek.
Tradisi saat Imlek tidak hanya berkembang di Tiongkok. Pengaruhnya meluas ke negara-negara tetangga akibat dari meluasnya pengaruh budaya yang dibawa orang Tionghoa.
Perayaan Imlek di Indonesia pun mengikuti menggunakan atribut dominan merah. Atribut berupa pakaian, hiasan, tempat persembahan hingga angpao pun didominasi warna merah.***