KABAR BANTEN - Indonesia kini tengah dihebohkan dengan banyaknya berita perselingkuhan, dimulai dari pilot dan pramugari, dokter yang sedang koas, hingga selebgram tanah air.
Dari viralnya berita ini, seringkali kita bertanya-tanya, mengapa orang bisa terlibat dalam tindakan yang merusak hubungan mereka?
Bukankah perselingkuhan hanya akan merugikan diri sendiri dan menghancurkan keluarga? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita eksplorasi pandangan psikologi yang mendasari perselingkuhan.
Dikutip Kabar Banten dalam instagram cellaish, berikut adalah alasan mengapa seseorang bisa selingkuh menurut psikologi.
1. Selingkuh bukan penyakit, tapi terkait dengan Kepribadian
Banyak yang beranggapan bahwa selingkuh dapat dianggap sebagai suatu penyakit, namun sebenarnya, ini lebih berkaitan dengan kepribadian seseorang.
Menurut teori kepribadian Big 5, orang yang cenderung selingkuh memiliki skor tinggi dalam Neuroticism, Openness to Experience, dan Extraversion. Sebaliknya, skor rendah ada pada Agreeableness dan Conscientiousness.
2. Narcissist Lebih Rentan terhadap Perselingkuhan
Terdapat persepsi bahwa orang yang pernah selingkuh sekali akan selalu kembali melakukannya. Namun, hal ini lebih berlaku pada individu narsistik.