Floating Air Mancur Ranca Lentah Mubazir

21 Juli 2020, 17:00 WIB
Air Mancur Menari di Balong Ranca Lentah Rangkasbitung

LEBAK, (KB).- Keberadaan floating air mancur di Balong Ranca Lentah, Rangkasbitung dinilai mubazir. Sebab, air mancur menari yang seharusnya menjadi kebanggan warga Lebak itu, kini sudah tak berfungsi.

Salah seorang aktivis di Lebak, Farid menilai, upaya pemerintah daerah menciptakan destinasi wisata ikonik di Lebak dinilai telah gagal. Sebab, floating air mancur yang seharusnya bisa menjadi andalan wisata, kini sudah tidak bisa difungsikan dengan baik.

"Keberadaan floating air mancur kini tak ubahnya hanya sebatas menjadi barang rongsokan. Karena, saat ini sudah tidak bisa difungsikan," kata Farid, Senin (20/7/2020).

Baca Juga : Floating Air Mancur Balong Ranca Lentah Segera Dibangun

Menurut dia, anggaran yang telah dikucurkan Bank BJB melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 754.500.000 kepada pemerintah daerah cukup besar. Artinya, melihat kondisi floating air mancur seperti itu, pemerintah daerah dinilai hanya menghambur- hamburkan anggaran.

"Anggarannya cukup besar. Katanya keberadaan floating air mancur itu sebagai ikonik wisata. Tetapi, paktanya mubazir seperti itu," katanya.

Baca Juga : Air Mancur Menari Tarik Pengunjung Balong Ranca Lentah

Jika faktanya seperti itu, kata dia, ada baiknya dana CSR sebaiknya dialokasikan untuk sektor rill yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Hal itu, tentu sangat miris, karena faktanya air mancur itu terbengkalai seperti itu.

"Apa manfaatnya?. Melihat dari aspek ikon wisata, faktanya seperti itu. Lebih baiknya ya CSR sebaiknya dialoksikan untuk sektor rill saja," ucapnya.

Ia menerangkan, pemberian dana CSR tersebut jelas sudah melenceng jauh dari substansi. Karena sejatinya, CSR itu bukan hanya sekedar donasi atau bersifat charity, tetapiprogram CSR harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Bukankah CSR dalam pengelolaanya harus sesuai dengan ISO 26000, harus dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan secara berkelanjutan. Bukan malah dibangun hanya untuk memanjakan visualisasi pejabat dan kelompok tertentu. Kami berharap program CSR tdapat menyentuh aspek kesejahteraan masyarakat," paparnya.

Ia mengaku prihatin atas kebijakan yang ditempuh pemerintah daerah yang terburu-buru dalam mengambil keputusan menggunakan anggaran CSR yang begitu besarnya hanya untuk dibelikan air mancur. Kebijakanan itu jelas-jelas jauh dari mensejahterkan atau membantu perekonomian masyarakat.

"Saya tentu prihatin atas hal ini. Karena saya sebagai warga Lebak dan selaku aktivis di Lebak tentu sangat miris melihat kebijakan yang menurut saya kurang tepat," tegasnya.

Dana CSR sebesar itu sebaiknya digunakan untuk membangun perekonomian masyarakat, seperti mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMK). Itu lebih baik dan pasti akan bermanfaat bagi masyarakat.

"Semoga ke depan dana CSR dapat dirasakan oleh masyarakat," ujarnya. (PG)*

Editor: Kabar Banten

Tags

Terkini

Terpopuler