Merawat Kesenian Tradisional dengan GSMS

- 31 Agustus 2018, 05:15 WIB
GSMS
GSMS

SEBAGAI sebuah negara kepulauan, bumi Indonesia dihuni oleh berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia dan merupakan warisan adiluhung sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu itu, menunjukkan bukti Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Sebagai warisan dan kekayaan yang sangat bernilai, keragaman budaya daerah menjadi ciri khas dari suatu daerah sekaligus menjadi lambang dari kepribadian daerah atau dalam skala yang lebih besar menjadi lambang dan kepribadian nasional, yang tentu harus tetap dijaga dan dirawat agar dapat menjadi warisan dari generasi ke generasi. Untuk menjaga dan merawat warisan budaya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kesenian, telah melaksanakan kegiatan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) sejak Tahun 2017. Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) merupakan salah satu program yang memberikan peluang dan kesempatan kepada seniman dan sekolah bersinergi untuk melatih seni budaya di sekolah (SD, SMP, SMA/SMK). Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Wawan Rismunandi menyatakan, program GSS dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler agar para peserta didik dapat menyerap secara langsung ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seniman. ”Program ini dilaksanakan untuk menanamkan kecintaan dan wawasan yang lebih luas tentang karya seni budaya sehingga dapat memperkuat karakter para peserta didik. Hasil kegiatan ekstrakurikuler dapat dipresentasikan dalam bentuk pameran/pementasan dengan melibatkan publik (guru, tenaga pendidik, komite sekolah, masyarakat di sekitarnya) untuk diapresiasi,” kata Kadikbud Wawan, seusai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan para seniman. Wawan menjelaskan, rekrutmen seniman dilakukan oleh pihak kementerian secara daring. Sedangkan penetapan sekolah penerima program dan jenis kesenian yang dipilih, diserahkan sepenuhnya pada pihak Dikbud Kabupaten. ”Dalam program GSMS itu, para seniman berkewajiban melakukan pertemuan sebanyak 27 kali dan melaporkan hasilnya secara daring pada pihak kementerian. Kewajiban kami adalah memfasilitasi dan memastikan program itu berjalan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan,” ujarnya. Salah seorang sarjana seniman yang tergabung dalam GSMS, Wisnu menyatakan, keikutsertaannya pada GSMS merupakan yang kedua kalinya melalui pemberian materi pembelajaran musik tradisional angklung. ”Untuk tahun kedua ini, saya ditugaskan untuk memberikan pelajaran seni angklung di SDN 2 Bayah Barat. Rekan saya, Kang Somantri yang sebelumnya menjadi pendamping pada GSMS tahun sebelumnya, sekarang menjadi pengajar utama seni tari dn karawitan di SDN 2 Cikotok,” ucap Wisnu. Sarjana seniman lainnya, Budi menambahkan, dia mengikuti seleksi program GSMS setelah mengetahui adanya bidang sastra dan saat ini ditugaskan untuk memberikan materi pelajaran seni sastra di SMP N 1 Rangkasbitung. ”Satu hal yang sangat menggembirakan, Pak Sudirman selaku Kepala SMPN 1 tidak hanya antusias adanya program GSMS ini, tapi juga berharap kami bisa membuat jejak literasi, dengan membuat sebuah buku,” tutur Budi. Kepala SMPN 1 Panggarangan Suparman menyatakan, kehadiran sarjana seniman di sekolahnya diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi sekolah, khususnya dalam prestasi di bidang kesenian. ”Namun yang paling utama adalah bagaimana anak didik kami bisa belajar dan mencintai warisan kesenian tradisional,” kata Suparman. Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan pada Dikbud Kabupaten Lebak, Wawan Sukmara menyatakan, untuk tahun 2018 terdapat 26 sekolah yang mendapatkan program GSMS dengan rincian 10 SMP dan 16 SD dengan jenis pembelajaran seni tradisi yang sesuai dengan pilihan sekolah masing-masing. ”Seperti tahun sebelumnya, jenis seni tradisi pada program GSMS tahun 2018 meliputi seni rupa, seni media baru, seni sastra, serta seni pertunjukan yang terdiri dari seni musik, seni tari, dan seni teater,” kata Wawan. Wawan optimistis, melalui pengajaran yang oleh para praktisi yang telah mempelajari serta menguasai ragam jenis kesenian ragam jenis dan bentuk kesenian warisan budaya bangsa yang tak ternilai, dapat terus terjaga. (Nana Djumhana)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x