Jejak Sang Proklamator: Kisah Cinta Raden Soekemi dan Ida Ayu, Dua Turunan Bangsawan yang Menembus Tirani Adat

1 Agustus 2021, 11:38 WIB
Foto Raden Soekemi dan Ida Ayu, kedua orang tua Soekarno. /Tangkapan Layar/YouTube Channel @Calon Alumni

KABAR BANTEN - Nama Raden Soekemi dan Ida Ayu mungkin asing di telinga kita, mengingat dua nama ini jarang tercantum di dalam buku-buku sejarah.

Namun jangan salah, Raden Soekemi dan Ida Ayu merupakan dua nama penting yang memiliki keterkaitan sejarah dengan sang proklamator.

Raden Soekemi dan Ida Ayu tidak lain adalah kedua orang tua Soekarno, presiden pertama RI dan juga sang proklamator.

Baca Juga: Pertama Kena Covid-19, Istri Raffi Ahmad Nagita Slavina Nangis dan Panik, Tidak Mau Lakukan Hal Ini

Menarik untuk disimak, keduanya memiliki kisah cinta yang terbilang dramatis, tidak kalah saing dengan kisah si Midun dan Halimah pada miniseri Sengsara Membawa Nikmat, atau Saeful Bahri dengan Siti Nurbaya pada Kasih Tak Sampai.

Kisah orang tua Soekarno ini tentang dua orang keturunan bangsawan beda kerajaan, yang harus berjuang menembus tirani adat demi cinta mereka.

Untuk mengetahui kisah mereka, mari kita mulai dengan mengenal Ida Ayu, seorang perempuan yang pada akhirnya nanti mengajarkan Soekarno tentang arti perjuangan sejak kecil.

Baca Juga: 6 Kampus Swasta Terbaik di Tangerang Raya Versi Webometrics, Ada Pilihan Kamu?

Perempuan kelahiran Banjar Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Buleleng, Bali, pada 1881 ini, bernama lengkap Ida Ayu Nyoman Rai, ia adalah anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran.

Ida Ayu yang menganut Hindu-Budha termasuk keturunan bangsawan, pamannya adalah raja terakhir Kerajaan Singasari yang secara licik disingkirkan Belanda.

Baik kerajaan, harta, istana, serta tanah, semuanya dirampas Belanda, ini membuat keluarga besar Ida Ayu jatuh melarat.

Baca Juga: Syafrudin Prawiranegara, Putra Banten yang Pernah Jadi Presiden RI

"Karena itu, kebencian Ibu terhadap Belanda tak habis-habisnya dan ini disampaikannya kepadaku," kata Soekarno dalam autobiografinya yang tertuang pada buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

Berikutnya adalah Raden Soekemi, bapak kandung Soekarno ini bernama lengkap Raden Soekemi Sosrodihardjo.

Ia lahir di Desa Wirosari, Grobogan, Jawa Tengah pada 15 Juni 1873, Raden Soekemi merupakan keturunan raja di Kerajaan Kediri.

Baca Juga: Sinopsis Sianida The Series Genre Chrime Thriller, Mengungkap Kasus Pembunuhan Kopi Sianida

Sebagai seorang bangsawan, Raden Soekemi bisa bersekolah dan berhasil lulus dari Kweekschool, sebuah sekolah pendidikan guru.

Raden Soekemi pun diangkat menjadi seorang guru mata pelajaran pemerintahan pada 1893 di Surabaya, sejak saat itulah ia mengajar di sejumlah tempat di Jawa Timur dan Bali.

Hingga akhirnya terjadilah pertemuan antara Raden Soekemi dan Ida Ayu, di sebuah kolam air mancur depan pura, di Banjar Bale Agung pada 1897.

Baca Juga: Menikmati Indahnya Destinasi Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Soekarno bercerita jika kedua orang tuanya sering bertemu pada sore hari, saat Raden Soekemi melepas lelah usai mengajar.

"Bapak yang bekerja sebagai guru sekolah di Singaraja sering datang ke air mancur di muka pura setelah jam sekolah untuk menikmati ketenangannya," ujarnya.

"Suatu hari ia melihat Ibu, sore demi sore berlalu, dia mulai berani menegur Ibu. Segera dia merasa tertarik kepada Ibu dan begitu sebaliknya," tambah Soekarno.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Asmara Minggu 1 Agustus 2021: Leo, Pisces, dan Sagitarius Bakal Ada Ketegangan dan Emosi

Hubungan keduanya berjalan ke arah serius, Raden Soekemi kemudian mendatangi kedua orang tua Ida Ayu untuk melamar.

Namun jawaban Nyoman Pasek dan Ni Made Liran adalah tidak, alasannya karena Raden Soekemi adalah orang Jawa.

Dimata kedua orang tua Ida Ayu, pernikahan beda adat dan agama adalah tabu, saat itu perempuan Bali memang tidak pernah menikah dengan orang diluar Bali.

"Perempuan Bali tidak ada yang kawin dengan orang luar. Kalau pun bencana semacam itu terjadi, pengantin baru itu diasingkan dari rumah orang tuanya sendiri," tutur Soekarno.

Baca Juga: Mengenal Lada Banten, Alat Diplomasi Para Sultan, Disebut Tome Pires Lebih Istimewa Dibanding Cochin India

Keinginan Raden Soekemi untuk menikahi Ida Ayu terbilang mustahil, karena itulah satu-satunya jalan bagi keduanya adalah kawin lari.

Akhirnya menikahlah kedua kekasih tersebut tanpa restu orang tua, di Bali untuk melakukan kawin lari harus mengikuti tata cara tertentu.

Raden Soekemi dan Ida Ayu pada malam perkawinannya saat itu, menginaplah di rumah kediaman salah satu sahabat.

Sahabat Raden Soekemi ini menjabat sebagai kepala polisi, pasangan ini meminta perlindungan polisi di malam pertama mereka.

Baca Juga: Ingin Warnai Rambut Sendiri di Rumah? Cobain Rekomendasi Bubble Hair Color Ini, Gampang Banget Cara Pakainya!

Sementara itu, dikirimkan utusan ke rumah Nyoman Pasek dan Ni Made Liran untuk memberitahukan jika Ida Ayu telah menikah secara kawin lari.

Betapa kagetnya kedua orang tua Ida Ayu, ternyata anaknya telah kawin lari dengan seorang pria dari luar Bali.

Saat itu pula Nyoman Pasek dan Ni Made Liran mendatangi rumah si kepala polisi, namun mereka tidak bisa membawa pulang Ida Ayu.

"Kepala polisi itu berkata tidak, dia berada di dalam lindungan saya, begitu katanya," ucap Soekarno.

Baca Juga: Depay Sudah Nyetel, Barcelona Hantam Vfb Stuttgart 3-0

Meskipun Ida Ayu bisa lolos dari kejaran kedua orang tuanya, bukan berarti mereka bisa menghindari pengadilan.

Kasus pernikahan beda suku dan agama pun digelar, Ida Ayu ditanya apakah keputusan kawin lari yang ia lakukan berdasarkan ancaman.

"Ibu menjawab oh tidak, saya mencintainya dan melakukan kawin lari atas kemauan saya sendiri. Tiada pilihan lain kecuali mengijinkan perkawinan itu," kata Soekarno.

Raden Soekemi dan Ida Ayu memang lolos, namun pengadilan menetapkan denda sebesar 25 Ringgit, dimana nilainya sama dengan 25 dolar Amerika.

Baca Juga: 7 Tips Berpakaian ala Korean Style untuk Wanita Gemuk

Persoalan lainnya, pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu dikucilkan di Bali, akhirnya pasangan ini memutuskan pindah ke Surabaya.

"Bapak kemudian mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk pindah ke Jawa. Bapak dipindah ke Surabaya dan disanalah aku dilahirkan," ujar Soekarno.***

Editor: Yomanti

Tags

Terkini

Terpopuler