Pisahkan Pulau Jawa dan Sumatera, hingga Gelombang Setinggi 30 Meter, Kejadian dan Sejarah Tsunami Selat Sunda

- 2 Desember 2021, 21:01 WIB
Ilustrasi berbagai kejadian dalam sejarah tsunami Selat Sunda .
Ilustrasi berbagai kejadian dalam sejarah tsunami Selat Sunda . /REUTERS/Mainichi Simbun/

KABAR BANTEN-Potensi tsunami setinggi 8 meter di Selat Sunda mengingatkan sejarah memilukan dengan jejak yang ditinggalkan dari bencana gelombang air laut besar di selat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera tersebut.

Jurnal Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi berjudul 'Sejarah Tsunami Selat Sunda: Jejak Masa Lalu dan Kondisi Saat Ini', yang ditulis oleh Yudhicara, diungkapkan sejarah dan berbagai keajdian bencana yang memakan banyak korban jiwa tersebut.

Dalam sejarah tsunami Selat Sunda, berikut uraian kejadiannya sejak 416 hingga 22 Desember 2018, peristiwa terakhir  yang disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau  menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung.

Baca Juga: Doa Agar Terhindar dari Bencana, Minta Dilindungi dan Selamat dari Tsunami, Rasulullah Panjatkan Ini

Berikut berbagai kejadian dalam sejarah tsunami Selat Sunda:

Tahun 416

Kitab Jawa yang berjudul ‘Book of Kings’ (Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa kali erupsi dari Gunung Kapi (Gunung Api Krakatau saat ini), yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan, dan memisahkan Pulau Jawa dengan Sumatera.

Oktober 1722

Sekitar pukul 8:00 WIB terjadi gempa bumi kuat di laut, yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air mendidih.

24 Agustus 1757

Sekitar pukul 2:00 WIB, gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama 5 menit. Pada 2:05 WIB, selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota Jakarta.

4 Mei 1851

Sekitar pukul 9:00 WIB, di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung, di pantai selatan pulau Sumatera, teramati gelombang pasang naik 1,5 meter di atas air pasang biasanya. Pada pukul 13:30 WIB atau sekitar 5 jam kemudian, dirasakan guncangan gempa ringan di bawah Jakarta.

9 Januari 1852

Segera setelah 18:00 WIB, dirasakan gempabumi yang menyebar dari bagian barat Jawa hingga bagian selatan Sumatera. Dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan Serang. Pada 20:00 WIB, terjadi fluktuasi air laut yang tidak seperti biasanya.

16 Februari 1863

Terjadi gempa kuat dirasakan di Pulau Jawa. Terasa kuat di Lebak, terasa sedang di Jakarta, Pulau Kapal di Teluk Jakarta, dan terasa lemah di Serang dan Caringin. Sebelum gempa bumi, teramati gelombang laut yang bergulung di pantai dengan suara yang keras.

27 Agustus 1883

Sekitar pukul 10:02 WIB, terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau, yang diikuti oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera, 2-2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 m di Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia.

10 Oktober 1883

Sekitar pukul pukul 22:00 WIB, teramati air laut menggenangi daratan sejauh 75 m, di Pantai ‘Selamat Datang’ di daerah Cikawung.

Februari 1884

Tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.

Agustus 1889

Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat.

26 Maret 1928

Kejadian erupsi gunung api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunung api.

22 April 1958

Sekitar pukul 5:40 dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur.

22 Desember 2018

Peristiwa tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung. Sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 terluka dan 23 orang hilang akibat peristiwa ini.

Baca Juga: Kota Cilegon Zona Rawan Tsunami, Wilayah Industri Dipenuhi Objek Vital Nasional, Begini Profil Geografisnya

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tsunami disebabkan pasang tinggi dan longsor bawah laut karena letusan gunung tersebut.

Itulah berbagai kejadian dalam sejarah tsunami Selat Sunda, yang kin kembali muncul potensi terjadinya bencana gelombang air laut besar di selat penghubung Pulau Jawa dan Sumatera tersebut.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah