Dwikorita mengungkap bahwa kerugian sektor air dapat dikurangi dengan upaya adaptasi maksimal sebesar 17,77 T selama periode 2020-2024.
Krisis air bersih terjadi akibat tingginya kebutuhan air baku, terutama di kawasan perkotaan dan padat penduduk.
Sedangkan perubahan iklim mengakibatkan kekeringan, dan pencemaran air yang mempengaruhi ketersediaan air bersih untuk air minum dan sanitasi.
Dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 Bappenas, kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan meningkat hingga 2030.
Tentunya, air tidak hanya dibutuhkan untuk rumah tangga, namun juga industri dan pertanian.
Dengan permintaan yang lebih besar dari ketersediaan, maka krisis air terjadi.
Penurunan tidak hanya dari sisi kuantitas, namun kualitas air yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan.
Dwikorita mengungkap tren kenaikan suhu udara di Indonesia terjadi di sebagian besar wilayah.
Menggunakan data observasi BMKG (1981-2020), terdapat tren positif dgn besaran bervariasi dgn nilai sekitar 0.03 derajat celsius setiap tahunnya.