Sumbu Filosofi Yogyakarta: Konsep Tata Ruang yang Jadi Warisan Budaya Dunia UNESCO

- 24 September 2023, 18:20 WIB
Keraton Yogyakarta menjadi pusat atau titik tengah dari Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta menjadi pusat atau titik tengah dari Sumbu Filosofi Yogyakarta. /Dokumen Keraton Yogyakarta

KABAR BANTEN - Sumbu Filosofi Yogyakarta baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada Sidang ke-45 World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi.

Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan konsep tata ruang berbentuk garis lurus yang membentang antara Tugu Golong Gilig (Pal Putih) di sisi utara, Keraton Yogyakarta di tengah, dan Panggung Krapyak di sisi selatannya.

Sultan Hamengku Buwono I melakukan penataan Kota Yogyakarta dengan menarik garis lurus arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya. Sultan juga mendirikan Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak sesuai konsepsi Jawa.

Sejarah Sumbu Filosofi Yogyakarta
Pada tahun 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I memulai pembangunan Kota Yogyakarta. Konsep tata ruang Kota Yogyakarta dihasilkan dari proses perjalanan hidup (menep) Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pembangunan di awali dari Keraton Yogyakarta yang menjadi pusat atau inti kota, sekaligus tempat sultan menjalankan pemerintahannya. Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan konsepsi Jawa dengan mengacu pada bentang alam yang ada, seperti gunung, laut, sungai, serta daratan.

Prinsip utama yang dijadikan dasar pembangunan Keraton Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah konsepsi Hamemayu Hayuning Bawono. Artinya membuat bawono (alam) menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari).

Setelahnya dibangun Tugu Golong Gilig di sisi utara Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak yang dibangun di sisi selatan Keraton Yogyakarta. Pembangunan Tugu Golong Gilig, Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak yang berada dalam satu garis lurus merupakan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Makna Sumbu Filosofi Yogyakarta
Secara simbolis, konsep tata ruang ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, maupun manusia dengan alam.

Sementara secara filosofis, konsep tata ruang ini mencerminkan perjalanan dari Panggung Krapyak menuju Keraton Yogyakarta yang mewakili konsep sangkan (asal) dan proses pendewasaan manusia. Sementara perjalanan dari Tugu Golong Gilig menuju ke Keraton Yogyakarta mewakili filosofi paran (tujuan), yaitu perjalanan manusia menuju penciptanya.

Halaman:

Editor: Kasiridho

Sumber: kratonjogja.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah