Kenapa Pengungsi Rohingya Ditolak Tinggal di Aceh Padahal Mereka Sesama Muslim? Ternyata Ini Alasannya

- 10 Desember 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi terkait beberapa alasan pengungsi Rohingya yang ditolak tinggal di Aceh meski mereka sama-sama muslim.
Ilustrasi terkait beberapa alasan pengungsi Rohingya yang ditolak tinggal di Aceh meski mereka sama-sama muslim. /Tangkapan layar/YouTube Jazirah Ilmu

KABAR BANTEN - Pengungsi Rohingya akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan di Indonesia.

 

Bagaimana pengungsi Rohingya dengan kapalnya menyusuri lautan yang ganas hingga pada akhirnya sampai di Aceh.

Tapi saat ini warga Aceh menolak kedatangan pengungsi Rohingya, padahal mereka sesama muslim.

Baca Juga: Masyarakat Resah, Apa yang Sebenarnya Terjadi Terkait Pengungsi Rohingya di Aceh?

Kira-kira apa yang salah dengan pengungsi Rohingya? Berikut informasi lengkapnya Sebagaimana dikutip Kabar Banten dari YouTube Jazirah Ilmu.

Sejarah Rohingya
Rohingya adalah istilah yang digunakan untuk menyebut komunitas orang-orang muslim yang berada di wilayah bagian Rakne atau Arakan, lebih tepatnya berada di Myanmar bagian barat yang berbatasan langsung dengan negara Banglades.

Nama Rohingya bersal dari kata Rohai atau Roshangee yang berarti penduduk muslim Rohang atau penduduk muslim Roshangee.

Rohang ini adalah nama sebuah daerah sebelum diganti namanya dengan namanya dengan nama Arakan.

Suku Rohingya ini memiliki tulang pipi yang tidak begitu keras mata yang tidak sipit dan hidungnya tidak terlalu pesek, tubuhnya tinggi dengan kulit berwarna gelap beberapa diantaranya memiliki kulit kemerahan namun tidak terlalu kekuningan.

Masyarakat Rohingya mengalami upaya pengusiran dari wilayah Arakan sejak tahun 1942, ketika itu terjadi pembantaian muslim Rohingya oleh pasukan pro Inggris.

Setidaknya waktu itu ada sekitar 100 ribu muslim Rohingya tewas dalam satu kawasan, sejak saat itu muslim Rohingya selalu hidup dalam ketakutan.

Menurut Asep Ahmad Hidayat dalam bukunya yang berjudul "sejarah sosial muslim minoritas di kawasan Asia" berpendapat ada 4 kelompok besar komunitas muslim di Myanmar yaitu kelompok muslim keturunan Burma(Myanmar), kelompok muslim keturunan India, kelompok muslim keturunan Rohingya dan kelompok muslim keturunan China.

Pada masa kerajaan 'Marauk U' di abad ke 14 yang dipimpin oleh seorang raja Budhis bernama Naramaekla atau biasa disebut dengan 'Min Saw Mun'.

Komunitas muslim telah ada dan tinggal di daerah Arakan sebelum Naramaekhla menjadi raja selama 24 tahun dia diasingkan di kesultanan Bengal, tetapi atas bantuan Sultan Bengal yang bernama Nasiruddin Naramakhla pun mendapat tahta kerajaan di Arakan.

Kesultanan Bengal ini adalah kerajaan Islam pada abad pertengahan dimulai didirikan di Bengal pada tahun 1342.

Daerah Kesultanan Bengal ini meliputi wilayah Bangladesh, India bagian timur, dan bagian barat Myanmar.

Baca Juga: Indahnya Islam, Hanya Melalui Makan dan Minum Bisa Mendapat Pahala

Setelah Naramakhla menjadi raja di Arakan dia pun yang tadinya seorang seorang Budha akhirnya memeluk agama Islam, setelah mengucapkan syahadat namanya diganti menjadi Sulaiman Shah kemudian dia membawa orang-orang Bengal untuk membantu administrasi di pemerintahan nya hingga terbentuk komunitas muslim pertama di Arakan pada saat itu.

Lalu di tahun 1420 Arakan memproklamirkan diri sebagai kerajaan Islam yang merdeka dibawah kepemimpinan Raja Sulaiman Shah.

Namun kekuasaan kerajaan Arakan yang Islam hanya bertahan selama 350 tahun, karena di abad ke 17 Arakan berhasil ditaklukkan oleh seorang Raja Myanmar yang beragama Budha yang bernama Bodawpaya.

Tahun 1784 Badawpaya menginvasi Arakan dan sebagian besar rakyat Arakan ditangkap dan dijadikan budak.

Kemudian di tahun1824 Arakan sepakat menjadi koloni kerajaan Inggris, sejak saat itulah populasi kaum muslim di kawasan Arakan mulai berkurang secara perlahan.

Apakah etnis Rohingya adalah bagian dari Myanmar? Sebenarnya pertanyaan ini masih penuh dengan kontroversi.

Dari kalangan sejarawan pun terjadi beberapa perbedaan pendapat, bahwasanya apakah etnis Rohingya ini sudah menetap di Myanmar sebelum kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Pendapat pertama mengatakan:
Kalau etnis Rohingya sudah tinggal di Myanmar selama berabad-abad hal ini diyakini dari komunitas Rohingya sendiri mereka mengatakan bagian dari salah satu etnis Myanmar.

Pendapat kedua mengatakan:
Mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir hal ini yang diyakini oleh pemerintah di Myanmar, kalau etnis Rohingya ini adalah pendatang baru yang berasal dari sub kontingen India.

Jadi kira-kira mana yang benar?
Tahun 1982 menjadi sebuah momentum paling penting bagi komunitas Rohingya saat pemerintah Myanmar menerbitkan undang-undang tentang kewarganegaraan.

Dari kebijakan ini etnis Rohingya tidak dimasukan sebagai ras nasional Myanmar akhirnya mereka menjadi populasi tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia atau bisa disebut dengan 'stateless' atau penduduk gelap.

Sebuah organisasi global yang berdedikasi untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi hak-hak pengungsi yang dikenal dengan nama UNHCR turun tangan mengatasi masalah ini.

Baca Juga: Mengenal Talmud yang Dikenal Kitab Hitam Yahudi, Ternyata Ini Isinya

UNHCR berpendapat: "sebagai populasi tanpa kewarganegaraan orang-orang Rohingya tidak memiliki hak-hak dasar perlindungan serta sangat elrentan terhadap ekploitasi,kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender, serta pelecehan terhadap wanita"

Secara de facto mayoritas Rohingya hidup di negara bagian termiskin di Myanmar yaitu di wilayah Rakine

Dari sisi historis keberadaan Rohingya sebenarnya tidak disukai oleh mayoritas penduduk Rakhine yang di dominasi penganut agama Budha.

Rohingya dipandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain kebencian terhadap etnis Rohingya dari mayoritas penduduk di Rakhine ini kemudian mulai meluas di seantero negara Myanmar.

Rohingya manusia tanpa negara.

Setelah Burma merdeka pada tahun 1948 ketegangan antara pemerintah dengan etnis Rohingya berlanjut dengan gerakan politik dan bersenjata, setidaknya sekitar 13.000 orang Rohingya mencari perlindungan di kamp pengungsian di India dan Pakistan hal itu menyebabkan orang-orang Rohingya Ditolak hak warga negara nya untuk bisa kembali ke Burma.

Sejak periode itu etnis Rohingya menyandang status manusia tanpa negara, sejak Burma merdeka muslim Rohingya mengalami banyak pengucilan dalam hal pembangunan bangsa.

Pada tahun 1962 Jendran Ne Win mensitetiskan penindasan terhadap Rohingya dengan membubarkan orgasasi politik dan sosial mereka.

Kemudian pasukan pemerintah Burma mengusir ribuan muslim Rohingya secara berutal mereka membakar pemukiman melakukan pembunuhan hingga melakukan pemerkosaan hingga pada tahun 1978 tercatat lebih dari 200 ribu muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Hingga saat ini upaya pengusiran yang dilakukan pemerintah Burma (Myanmar) terus dilakukan hingga ribuan muslim Rohingya memilih untuk mengungsi kesejumlah negara sayangnya tidak semua negara mau menerima mereka.

Sejak etnis Rohingya tidak punya kewarganegaraan tapi masih tetap tinggal di Myanmar UNHCR menyebut hidup dan kehidupan mereka selama puluhan tahun mengalami kekerasan, diskriminasi dan persekusi di Myanmar.

Orang-orang Rohingya perlahan-lahan mulai meninggalkan Myanmar sejak tahun 1990 -an.

Tapi puncaknya terjadi pada tahun 2017 saat gelombang kekerasan besar-besaran di negara bagian Rakhine memaksa lebih dari 742.000 orang yang setengahnya adalah anak-anak untuk untuk pergi meninggalkan Myanmar.

Kemudian orang-orang Rohingya pun pergi mencari perlindungan di Bangladesh.

Peristiwa ini menjadi eksodus terbesar dalam dalam sejarah panjang Rohingya, seluruh desa dibakar, ribuan keluarga dibunuh dan dan pelanggaran hak asasi manusia membanjiri laporan-laporan lembaga kemanusiaan.

Seorang pengungsi Rohingya di kamp pengungsian Cox' Bazar Bangladesh mengatakan:"lebih baik mereka membunuh kami dari pada mendeportasi kembali ke Myanmar" perkataan ini menyatakan bahwa begitu mengerikan tentang apa yang terjadi di Myanmar sehingga mereka lebih memilih mati dari pada harus dipulangkan.

Baca Juga: Bikin Penasaran! Ternyata Ini yang Masyarakat Israel Katakan Tentang Orang-orang Indonesia

Negara mana saja yang jadi tujuan pengungsi Rohingya?

Dari laporan UNHCR per 31 Oktober 2023 menunjukkan ada sekitar 1,2 juta pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan dan mereka tersebar kesejumlah negara di dunia.

Negara Banglades menjadi negara paling banyak menampung mereka yaitu ada sekitar 967.842 orang pengungsi, kemudian Malayasia adasekitar 157.731 orang, Thailand 91.339, India 78.731 orang, dan Indonesia 882 orang.

Meskipun sebenarnya jumlah yang masuk ke Aceh sedikit tapi dalam satu pekan terakhir gelombang pengungsi Rohingya mengalami peningkatan lebih dari 100 persen dengan jumlah sekitar 1000 orang pengungsi.

Direktur Arakan Projek lembaga advokasi HAM Rohingya Chir Lewa mengatakan:" Indonesia bukanlah negara tujuan bagi pengungsi Rohingya dalam mencari perlindungan namun Indonesia menjadi tempat transit karena tidak bisa mendarat di Malayasia atau tidak bisa sampai di Malayasia".

Secara umum komunitas Rohingya di Malayasia juga lebih banyak dan mereka bisa bekerja disana walaupun secara gelap atau tidak resmi, rata-rata mereka bekerja di sektor industri seperti kontruksi, para pengungsi Rohingya itu memperoleh penghasilan sekitar 3,3 juta rupiah perbulannya, gaji sebesar itu sebenarnya tidak cukup untuk beelrtahan hidup di Malayasia.

Etnis Rohingya kemudian meminta pemerintah Malayasia untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik lagi bagi warga Rohingya yang ingin bekerja.

Mengapa gelombang pengungsi Rohingya makin banyak ke Indonesia?

Lebih dari 1000 pengungsi Rohingya tiba di Indonesia dengan menaiki perahu, mereka melarikan diri dari kamp-kamp pengungsian di Bangladesh, katanya di kamp itu talah penuh sesak pengungsi dan kondisinya semakin memburuk.

Kehidupan pengungsi Rohingya di Bangladesh sangatlah sulit karena banyak dari mereka yang kekurangan makanan, kurang adanya keamanan, pendudukan hingga kesempatan kerja yang sulit.

Laporan dari kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa geng-geng kriminal dan aplikasi dari kelompok-kelompok bersenjata islamis telah menimbulkan ketakutan menjelang malam hari di kamp-kamp pengungsian Cox's Bazar.

Seorang pengungsi Rohingya yang berusia 19 tahun yang baru-baru ini tiba di Aceh bersama keluarganya dengan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa para penjahat di Cox's Bazar itu mengancam dia dan keluarganya setiap hari dia bahkan membayar lebih dari 1.800 dolar atau sekitar 27,8 juta rupiah untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal usang menuju Indonesia.

Menurut kepolisian Bangladesh setidaknya 60 orang Rohingya telah terbunuh di kamp Cox's Bazar tahun ini.

Nay San Lwin salah satu pendiri jaringan aktivis Free Rohingya Cilotition mengatakan bahwa "banyak pengungsi Rohingya yang melarikan diri aksi kekerasan kamp-kamp tersebut, dia juga mengatakan geng-geng kriminal menguasai di malam hari sehingga tidak ada seorangpun disana yang merasa aman, hal ini menjadi tantangan signifikan bagi semua pengungsi".

Etnis pengungsi Rohingya pun mulai pergi dari kamp tersebut dan menyebrangi lautan sejauh 1.800 kilometer menuju Indonesia dengan menggunakan perahu tua.

Baca Juga: Apa Itu Istidraj? Disebut Kenikmatan Dunia Padahal Azab Allah, Begini Penjelasan Ulama

Lantas mengapa warga Aceh menolak pengungsi Rohingya?

Baru-baru ini kita sering mendengar berita bahwa orang Aceh menolak kedatangan pengungsi Rohingya, kira-kira apa yang salah dari mereka?

Mereka para pengungsi Rohingya melanggar norma-norma syariat Islam yang ada di Aceh, kemudian mereka juga dikatakan memiliki perangai atau kelakuan yang tidak baik.

Tentu kita semua tahu kalau Aceh memegang teguh syariat Islam yang kuat termasuk dalam menjalankan roda pemerintahannya, mereka menerapkan norma-norma kehidupan yang tak lepas dari apa yang diajarkan dalam Islam.

Beberapa tokoh masyarakat Aceh menanggapi terkait gelombang kedatangan pengungsi dari etnis Rohingya di Aceh.

Misalnya saja kepala Desa Bireuen Mukhtar Yusuf yang mengatakan alasan mereka menolak karena tidak ada tempat yang mendukung para pengungsi itu di wilayahnya, selain itu alasan lain bahwa"kami menolak bukan karena masalah logistik tapi tempat ini kan tempat para nelayan beraktivitas saya rasa ini akan mengganggu para nelayan".

Kemudian Tengku Muslim seorang warga Aceh juga mengatakan:"kami atas kemanusiaan dia(Rohingya) orang Islam sudah kami terima tapi sekarang kami telah cukup menerima".

Sementara itu menurut kesaksian warga setempat dan juga Kapolsek Jangka yaitu Ipda Novijal mengatakan:"warga sering memberikan bantuan berupa makanan air minum dan mie instan kepada para pengungsi Rohingya itu tetapi mereka malah membuang bantuan itu ke laut".

Kemudian salah seorang juga mengatakan para pengungsi itu tidak menjaga kebersihan dan tidak mengindahkan syariat Islam dan adat dikalangan masyarakat Aceh.

Lantas apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk pengungsi Rohingya?

Di Aceh Utara ada sekitar 120 unit kamar yang berdiri dilahan 5 hektar pasilitas ini terdapat masjid besar, taman bermain anak-anak sekolah dapur umum lengkap dengan kompor gas, beberapa kamar mandi dan dilengkapi dengan air mengalir dengan takanan yang kuat, inilah penampungan pengungsi Rohingya di Blang Adoe Kabupaten Aceh Utara.

Kompleks ini sengaja dibangun untuk menampung pengungsi Rohingya pembangunannya memakan biaya sekitar 6 milyar rupiah tapi belum genap satu tahun unit-unit kamar penampung ini sekarang kosong, tadinya ada sekitar 319 pengungsi Rohingya tapi sekarang tinggal tersisa 75 orang termasuk 6 bayi yang lahir selama beberapa bulan terakhir.

Para pengungsi Rohingya diketahui kabur ke Medan Sumatera Utara dan bahkan sebagian sudah sampai di Malayasia.

Baca Juga: Benarkah Tembok Raksasa di Papua Ini Dibangun Raja Zulkarnain Untuk Mengurung Yakjud dan Makjuj

Akibatnya pasilitas yang telah disediakan pemerintah Indonesia ini menjadi mubajir.

Isa Ansori sekertaris Daerah Kabupaten Aceh Utara mengatakan:" sebenarnya kalau hutam diatas putih kita hitung bisa dibilang mubajir tapi disini kita tidak punya harapan dari informasi yang berkembang ada mereka yang sudah mondar-mandir di Medan, mereka ingin pulang lagi ke kita namun tidak punya ongkos bahkan ada pesan yang kita terima ada yang minta dijemput".

Bagaimana menurut kalian terkait pengungsi Rohingya? Yang ditolak tinggal di Aceh, sebagai sesama muslim sebenarnya kasihan tapi prilakunya menyebalkan, semoga informasi bermanfaat dan semoga pemerintah tidak salah dalam mengambil keputusan terkait pengusi Rohingya.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Jazirah Ilmu


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah