Sadis! Remaja Diduga Aniaya dan Paksa Temannya Minum Alkohol Berujung Maut, Videonya Viral di Medsos

- 20 Februari 2024, 10:45 WIB
Ilustrasi terkait video viral yang beredar di medsos remaja paksa temannya minum alkohol 96 persen dan aniyaya hingga berujung maut.
Ilustrasi terkait video viral yang beredar di medsos remaja paksa temannya minum alkohol 96 persen dan aniyaya hingga berujung maut. /Tangkapan layar/YouTube Muslimah Media Center

 

KABAR BANTEN - Baru-baru ini jagat sosial media dihebohkan dengan video viral yang isinya diduga penganiayaan seorang pelajar asal Makassar kepada teman-temannya.

Dalam video tersebut terlihat para korban sedang ketakutan dibalik pintu kamar karena ditampar dan ditendang oleh pelaku yaitu AD usia 16 tahun.

Video viral ini pun langsung ramai diperbincangkan nitizen, setelah ditelusuri ternyata kasusnya lebih parah dari penganiayaan tadi.

Baca Juga: Viral! Anak Publik Figur Ternama di Indonesia Diduga Terlibat Perundungan di SMA Swasta Kota Tangsel

Dikutip Kabar Banten dari channel YouTube Muslimah Media Center, menurut keluarga korban pelaku memcekoki korban dengan miras oplosan berkadar alkohol 96 persen dan pelaku juga mengancam akan membunuhnya korban jika tidak mau.

Lalu keesokan harinya para korban pun mual-mual dan lemas hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Dari kasus ini terdapat tiga orang yang tidak tertolong dan meninggal dunia.

 

Menurut WHO pada tahun 2020 setiap tahun nya ada 20.000 pembunuhan anak usia 12 sampai 29 tahun.

Dari total pembunuhan tersebut 84 persen pelakunya melibatkan laki-laki usia muda, wah ngeri banget kan.

Munculnya generasi-generasi amoral seperti itu tentu bukan masalah oknum atau kenakalan anak yang sepele, karena kasus-kasus ini makin menggejala hampir diseluruh penjuru dunia.

Dari sini kita bisa tahu bahwa ada yang salah dengan sistem kehidupan yang sedang melingkupi kita hari ini yaitu sekularisme.

Sekularisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini dampaknya membuat remaja mengalami kerisis jati diri, remaja jadi tidak kenal siapa dirinya, apa tujuan Allah menciptakannya di dunia.

Akibatnya bukannya menjadikan syariat menjadi standar berprilaku, remaja malah menjadikan kepuasan jasadiyah sebagai nomor satu.

Bila dengan menyakiti orang lain bisa memuaskan stresnya maka ya akan ia lakukan tidak peduli lagi apakah orang lain tersakiti atau bahkan terbunuh.

Nah mindset sekularisme yang merusak ini dibentuk dari lingkungan sekitar mulai dari orang tua masyarakat bahkan negara.

Baca Juga: Komnas Anak Banten Sebut Kasus Bullying Terus Meningkat

Kalau kita amati tidak sedikit remaja jaman sekarang yang kehilangan sosok orang tua bukannya karena mereka telah tiada tapi karena ibu dan ayahnya sibuk bekerja.

Akibatnya tidak ada yang mengajarkan kepada anak bagaimana bersikap benar nah karena sering tidak dapat pengakuan dari keluarga ini remaja jadi menyalurkan eksistensi dirinya dengan melakukan tindak kejahatan miriskan, sudah tidak dapat perhatian dari keluarga masyarakat kita sekarang ini juga cenderung individualis.

Mereka tidak peduli atas apa yang terjadi dengan sekitarnya, bila ada tetangga nya yang melakukan kesalahan masyarakat sekuler tidak terbiasa mengingatkan bahkan saking tidak pedulinya kadang mereka tidak tahu kalau tetangganya jadi pelaku pembunuhan, baru tahu ketika viral di sosmed.

Belum lagi jika berbicara sistem pendidikan sekarang ini bukannya mencetak generasi bertakwa, pendidikan malah mencetak generasi sekuler bagaimana tidak porsi pelajaran agama sangat minim yaitu hanya 2 jam perminggu itupun yang diajarkan hanya perkara ibadah ritual, di sekolah tidak diajarkan tentang siapa jati dirinya.

Mereka juga tidak pernah dipahamkan bagaimana bersikap benar dalam hidup, kalau seperti ini bagaimana cara bisa muncul generasi yang takut melanggar syariat apalagi kalau bicara keseharian remaja di luar sekolah medsos pasti sudah menjadi sahabat mereka, remaja sangat mudah mengakses film, anime atau webton yang berbau kekerasan.

Di film banyak digambarkan disenggol dikit langsung marah disakiti dikit langsung balas dendam.

Bukankah ini bikin remaja mudah terinpirasi untuk ikutan melakukan perbuatan keji itu?

Tadi itu masih dari segi buruknya upaya preventif alias pencegahan, terkait penanganan setelah terjadi kriminalitas remaja ini juga masih belum maksimal.

Soalnya hukum hari ini tidak disandarkan pada aturan sang pencipta kita tapi malah menjadikan akal manusia yang terbatas sebagai sandaran jadinya hukum hari ini cenderung mengikuti kepentingan manusia dan sangsinya tidak akan mampu memberi efek jera.

Sama dengan kasus remaja yang menganiaya dan mencekoki temannya dengan minuman alkohol 96 persen itu, pihak keluarga korban telah melaporkan penganiayaan yang berujung maut ini ke polisi namun nyatanya tidak kunjung ditindak lanjuti.

Menurut penuturan tetangga dan keluarga korban ini karena pelaku adalah anak polisi, makanya demi mencari keadilan tetangga korban pun mulai membuat utas di tweeter barulah setelah kasus ini viral aparat mulai menyelidikinya, ya beginilah hukum hari ini cenderung tumpul keatas dan tajam kebawah.

Bukanya ini bisa memicu munculnya kasus-kasus baru dari kalangan orang-orang yang punya privilege?

Wah rasanya remaja hari ini itu kaya digempur dari berbagai sisi, kira-kira masih ada harapan ga yab agar remaja atau generasi terselamatkan dari prilaku sadis dan menjadi generasi unggul yang mengisi hari-harinya penuh ketaatan.

Sebenarnya Islam punya solusinya, lembaran sejarah mencatat khilafah Islamiyyah mampu mencetak generasi cerdas dan berkepribadian Islam yang mampu membawa peradaban Islam sebagai mercusuar dunia selama 13 abad.

Salah satu rahasianya yaitu dengan penerapan pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam.

Pendidikan ini bertujuan untuk mencetak generasi muslim yang berakhlak mulia, sehingga generasi yang lahir di dalamnya akan selalu berpikir dan berperilaku dengan standar Islam.

Dalam pendidikan Islam sejak dini generasi dipahamkan terkait jati dirinya bahwa manusia adalah hamba Allah yang pasti akan kembali kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan segala amalannya di dunia.

Sehingga remaja akan terbiasa untuk taat mereka tidak akan pernah terbesit untuk menyakiti dan membunuh orang lain karena ngeri akan balasan diakhirat kelak.

Dari sistem pendidikan Islam ini akan lahir keluarga-keluarga yang paham betul peran mereka sebagai madrasatul ula (sekolah pertama bagi anak adalah keluarga) orang tua akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anaknya agar memiliki keimanan yang kokoh dan tidak mudah goyah mereka juga akan menyayangi dan memberikan perhatian lebih kepada anaknya.

Sehingga si anak tidak akan kurang dengan kasih sayang dan tidak akan mencari eksistensi penyaluran pada sesuatu yang salah.

Selain keluarga masyarakat juga akan bersikap peduli dan melakukan amar makruf nahi munkar, nasihat baik akan biasa terdengar dalam lingkungan tetangga mereka juga tidak segan mengingatkan apabila ada yang hendak bermaksiat dengan begitu lingkungan sekitar akan terjaga dalam kondisi takwa.

Negara pun harus berperan dalam mengelola media akan tidak menayangkan tayangan-tayangan sampah seperti film yang bermuatan kekerasan dan sadis akan blokir, nedia akan digunakan sebagai sarana edukasi yang mendidik.

Baca Juga: Bullying Semakin Meresahkan, Benarkah Sistem Pendidikan Sekuler Gagal Melindungi Generasi?

Dengan adanya peran keluarga, masyarakat, sistem pendidikan Islam dan juga media islami maka akan tercipta benteng yang kokoh bagi para remaja generasi berikutnya, sehingga para remaja akan selalu dalam suasana takwa dan jauh dari perbuatan kriminal.

Namun jika masih ada saja remaja yang nakal yang melakukan kriminal maka akan ada sangsi dan sangsi ini tidak pandang bulu dan menindak tegas seluruh pelaku kriminal.

Para aparat pun akan bersikap adil tidak semena-mena karena ngeri akan ada balasan di akhirat kelak mereka akan menindak pelaku kriminal sesuai aturan, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Youtube Muslimah Media Center


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah