Kemudian rombongan Sultan Maulana Hasanuddin mengantar rombongan ayahnya dari Tanjung Watu Abang, menuju Cirebon.
Hanya saja rombongan Sultan Maulana Hasanuddin tidak ikut sampai Cirebon, melainkan mengantar hingga pelabuhan.
Sultan Maulana Hasanuddin tetap menunggu di pantai karena kekhawatirannya akan cuaca yang buruk.
Beberapa saat kemudian, apa yang menjadi kekhawatiran Sultan Maulana Hasanuddin menjadi kenyataan.
Setelah keberangkatan ayahnya, terdengar suara gemuruh dari arah timur, di mana arah tersebut adalah arah rombongan kapal Syekh Syarif Hidayatullah menuju Cirebon.
Sunan Gunung Jati dalam perjalanan mulai menyadari akan cuaca lautan yang ganas dengan badai dan gulungan ombaknya bisa mengancam keselamatan.
Perasaan ragu mulai menghinggapi, hingga kemudian ia memutuskan untuk menunda perjalanannya dan singgah di pulau yang terdekat, hingga cuaca buruk mereda.
Pulau yang disinggahi Syekh Syarif Hidayatullah tersebut saat ini bernama Pulau Tunda.
Setelah kondisi badai dan ombak ganas mulai mereda, rombongan Syekh Syarif Hidayatullah memutuskan kembali ke tempat asal. Dan Sultan Maulana Hasanuddin masih setia menunggu sang ayah karena rasa khawatirnya.
Setelah berhasil kembali ke Banten, Syekh Syarif Hidayatullah menceritakan tentang kejadian yang menimpa rombongannya saat berada di lautan menuju Cirebon.