“Sepatu Orang Lain” Buku Karya Wanita Banten Dibedah di Swiss

- 17 November 2017, 20:17 WIB
IMG-20171117-WA0026
IMG-20171117-WA0026

Kita hanya mampu membeli tas tangan seharga lima ratus ribu rupiah. Ketika kawan kita membeli tas tangan seharga lima juta, kita bilang kawan kita berlebihan. Padahal, ia belanja tidak menggunakan uang kita. Dan, ternyata, ia sudah berhemat untuk tidak membeli tas seharga empat puluh juta rupiah yang sanggup ia beli. Kita hanya mampu hidup dengan selalu berada di dekat suami. Ketika kawan kita berpisah jarak dan waktu dengan suaminya, kita bilang dia gegabah. Kita bilang, dia menggadaikan rumah tangga demi materi. Namun, ternyata, kawan kita itu tetap hidup rukun dan bahagia dalam perjuangan rumah tangganya. Kita hanya mampu menjadi ibu rumah tangga. Ketika kawan kita memilih bekerja sebagai pegawai, kita bilang ia menggadaikan masa depan anak. Ternyata, ia bangun lebih pagi dari kita, belajar lebih banyak, berbicara lebih lembut pada anaknya, dan berdoa lebih khusyuk memohon pada Tuhan untuk penjagaan anak-anaknya. Kita hanya mampu memiliki anggaran uang belanja satu juta rupiah sebulan. Ketika kawan kita bercerita pengeluaran belanja bulanannya sampai enam juta rupiah, kita bilang ia boros. Padahal, dia tak pernah berutang pada kita. Pernah pinjam uang pun tidak. Ternyata, kawan kita itu sedekah lebih banyak dari uang belanjanya. Dan, ternyata, dia tak pernah lupa membayar zakat. Siapa yang rugi? Kita. Belum-belum sudah mudah menilai. Bahkan, sering kali kita buruk sangka. Padahal, kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain sedang hadapi. Jangan mengukur sepatu orang lain dengan kaki kita. Jangan pernah mengukur  kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Rawan tak tepat.
Tulisan tersebut adalah salah satu dari 24 tulisan pada buku “Sepatu Orang Lain” karya Mia Saadah yang dibedah di Bern, ibukota Swiss, pada Rabu (15/11) siang. Bertempat di gedung kampus Universitas Pendidikan Bern, sekitar 30 orang diaspora Indonesia berkumpul untuk mengikuti peluncuran dan bedah buku “Sepatu Orang Lain” karya Mia Saadah. Tidak hanya berasal dari Bern, puluhan peserta juga berdatangan dari kota-kota sekitar Bern, seperti Aarau, Baden, Soloturn, dan wilayah lain di Swiss.  Buku “Sepatu Orang Lain” berisi kumpulan tulisan keseharian Mia Saadah sebagai istri diplomat ketika mendampingi tugas suami di Kedutaan Besar Republik Indoensia (KBRI) Damaskus ketika konflik Suriah bergejolak tahun 2016, kemudian dipindah-tugaskan ke KBRI Bern-Swiss tahun 2017. Tulisan “Sepatu Orang Lain” sendiri sempat viral dibagikan di ribuan kali di media sosial sejak Mei 2016 tanpa menyebutkan penulis aslinya. “Buku ini terilhami dari berbagai kisah nyata saya sebagai ibu, anak, sahabat, perempuan, dan istri seorang diplomat,” tutur Mia Saadah, penulis Buku “Sepatu Orang Lain”. “Kesemuanya merupakan catatan harian ringan dan sederhana tentang beragam nilai-nilai kehidupan yang terinspirasi dari keseharian. Sangat sederhana, tetapi semoga tak miskin makna,” imbuh ibu dua orang anak ini. “Saya bangga salah satu pengurus Dharma Wanita Persatuan KBRI Bern, yaitu Mia Saadah, masih tetap bisa berkarya sementara mendampingi suami bertugas. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dan banyak perempuan Indonesia lainnya,” ujar Dona Sinaga, Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Bern pada sambutan pembukaan bedah buku ini. Para peserta bedah buku “Sepatu Orang Lain” mengungkapkan kekagumannya pada Mia Saadah yang masih tetap berkarya dan berbagi inspirasi di tengah kehidupan keluarga diplomat yang berpindah-pindah.  
Salah seorang peserta, Bella Friska mengungkapkan bahwa buku berjumlah 200 halaman ini penuh dengan tulisan inspiratif, menggugah, dan kaya makna. “Bab paling favorit saya adalah Diary Ayah dan Meminta Maaf pada Anak,” ujar professional fashion designer ini. “Tulisan Mia Saadah sangat natural. Orang yang tidak gemar membaca pun akan asyik membaca buku ini,” kata Dewi Basuki, perempuan Indonesia yang menjalani profesi sebagai motivator di Swiss. “Pengalaman hidup yang Mia tuliskan di buku ini, tidak hanya bermakna bagi penulisnya, tetapi juga menginspirasi banyak orang. Ini adalah buku yang ringan dan jujur. Tulisannya sangat mudah kita refleksikan dengan keseharian kita,” tambah Ervita Sumardjono, seorang trainer dan konsultan asal Indonesia. Ditemui pada kesempatan terpisah, Dubes RI untuk Swiss, Linggawaty Hakim mengucapkan selamat atas peluncuran buku Sepatu Orang Lain di Swiss ini. “Saya sudah baca bukunya. Tulisan Mia begitu philosophical dan maknanya sangat dalam, tetapi disajikan dengan bahasa yang mengalir. Tidak banyak orang yang bisa menulis seperti ini.” Meskipun diterbitkan oleh penerbit KataDepan Jakarta dan beredar di jaringan toko buku besar di seluruh Indonesia, buku “Sepatu Orang Lain” ini juga banyak beredar di Eropa, seperti Swiss, Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. “Book launching di Bern ini kick-off. Insya Allah bulan Desember, kami akan memulai book tour ke London, Leiden, Berlin, dan Paris. Mohon doa dari semuanya,” pungkas Mia Saadah. (SY)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah