Di Zona Megathrust Sunda, BMKG: Tiga Daerah Ini Lebih Aktif, Waspada Gempa Destruktif dan Tsunami

10 Juni 2021, 07:20 WIB
Infografis titik-titik gempa yang muncul di daerah dekat Zona Megatrust Sunda. /Tangkap layar Twitter/@Daryonobmkg/

KABAR BANTEN - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan, aktifitas gempa di tiga daerah dekat Zona Megathrust Sunda ini lebih aktif dari Jawa Timur.

Tiga daerah dekat Zona Megathrust Sunda yang dimaksud oleh BMKG adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Yogyakarta.

BMKG pun mengingatkan akan pentingnya kewaspadaan dan solusi terhadap potensi gempa destruktif dan tsunami di daerah dekat Zona Megathrust Sunda.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Banten, Kamis 10 Juni 2021: Waspada Sambaran Petir Saat Cuaca Ekstrem Siang Hingga Dinihari

"Upaya mitigasi tetap wajib dan harus diwujudkan di daerah rawan," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami pada BMKG Daryono, dikutip dari akun Twitter @Daryonobmkg.

Menurut Daryono, potensi gempa bumi dan tsunami pada dasarnya dapat terjadi secara merata di seluruh daerah dekat Zona Megatrust Sunda.

Itu tidak lain di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, hingga Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

"Potensi gempa besar yang bersumber di Zona Megatrust Sunda, hampir sama untuk seluruh wilayah. Baik Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, hingga Sumba," ujarnya.

Melihat dari catatan sejarah, lanjut Daryono, gempa besar Jawa akibat aktivitas subduksi lempeng membuktikan Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat adalah yang paling sering dilanda gempa besar.

Bicara gempa kata Daryono, memang memiliki banyak ketidakpastian. Menurutnya, tidak semua zona aktif akan berakhir munculnya gempa besar.

"Tidak semua peningkatan aktivitas berujung terjadinya gempa besar. Tetapi upaya mitigasi tetap wajib dan harus diwujudkan di daerah rawan," tuturnya.

Baca Juga: Gempa Bumi di Banten dan Sekitarnya, BMKG: Dominan Terjadi di Selat Sunda Hingga Jawa Barat

Jika bertanya kapan gempa akan muncul, Daryono menyamakannya dengan pertanyaan kapan manusia menemui ajal.

"Kapan gempa kuat akan terjadi, itu seperti halnya bertanya kapan kita mati. Setiap yang hidup pasti mati. Pasti, tapi kapan itu tiba kita tidak tahu," ucapnya.

Sehingga terkait potensi gempa, lanjut Daryono, sebenarnya tidak perlu resah dan panik.
"Jalani hidup ini dengan optimis dan produktif. Meski demikian, mitigasi konkret wajib diwujudkan," katanya.***

Editor: Rifki Suharyadi

Tags

Terkini

Terpopuler