Sejarah Gunung Pinang Serang Banten, Ada Kisah Si Anak Durhaka

3 Agustus 2023, 19:00 WIB
Panorama Gunung Pinang. /Tangkap layar YouTube Dongeng Kita/

 

KABAR BANTEN - Tempat wisata alam di Gunung Pinang, merupakan salah satu kebanggaan warga Kota Serang. Selain berwisata, ada juga kisah tentang legenda Gunung Pinang yang merupakan cerita legenda rakyat.

Gunung Pinang merupakan sebuah bukit yang tingginya 300 mdpl, dengan luas 222 hektar. Gunung Pinang dikelola oleh Perum Perhutani dan jarak dari gerbang wisata Gunung Pinang ke lokasi sekitar 3 km, dengan medan menanjak, jalan berbatu dan sedikit rusak.

Jika Anda pernah mendengar Legenda Maling Kundang, legenda Gunung Pinang ini memiliki cerita yang mirip dengan cerita Malin Kundang tersebut. Namun legenda Gunung Pinang ini tidak setenar cerita Malin Kundang.

Baca Juga: 6 Deretan Handphone Flagship yang Baru Rilis di Pasar Gadget Indonesia Periode Agustus 2023

Tidak banyak yang mengetahui tentang legenda ini, seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Ayo ke Banten, berikut sejarah cerita maupun legenda yang ada di tanah Banten dapat menjadi cerita legenda yang tersohor.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah pesisir pantai kota Banten. Hiduplah seorang janda dengan anak laki-lakinya. Anak laki-laki itu bernama Dampu Awang. Saat itu kehidupan mereka sangat miskin dan serba kekurangan.

Namun, meskipun kehidupan mereka sangat miskin Dampu Awang memiliki cita-cita yang sangat tinggi. Ia ingin sekali menjadi seorang saudagar kaya raya.

Tetapi, cita-cita tersebut sangat sulit untuk di raihnya. Jangankan untuk menjadi saudagar kaya raya. Pekerjaan yang tetap saja ia tidak punya.

Suatu hari, ada sebuah kapal layar berlabuh milik seorang saudagar kaya yang bernama Teuku Abu Matsyah. Saudagar kaya itu akan berdagang di Banten.

Melihat kapal saudagar kaya itu, timbul sebuah keinginan untuk bekerja di sana sebagai awak kapal. Ia segera kembali ke rumah dan mengutarakan keinginannya kepada sang ibu.

Namun, sang ibu menolak keinginannya karena khawatir anaknya akan berubah dan melupakan ibunya sendiri.

Dampu Awang terus saja merengek agar diijinkan untuk pergi berlayar. Akhirnya, dengan berat hati sang ibu pun mengalah. Sang ibu mengizinkan Dampu Awang untuk ikut berlayar bersama saudagar itu.

Tetapi, sang ibu meminta Dampu Awang untuk berjanji agar ia selalu memberikan kabar. Sebelum berangkat, sang ibu menitipkan Burung kesayangan milik ayahnya.

Sang ibu pun menangis dan memeluk anaknya dengan sangat erat. Dampu Awang pun langsung naik kapal dan siap untuk berlayar ke Malaka.

Selama di kapal, Dampu Awang dikenal sebagai pekerja yang sangat rajin. Ia selalu menjalankan perintah majikannya dengan baik.

Saudagar Teuku Abu Matsyah sangat senang melihat semangat Dampu Awang. Jabatannya terus naik dan selalu memuaskan.

Suatu hari, saudagar kaya itu memanggil Dampu Awang. Saudagar kaya itu mengutarakan maksud untuk menjodohkan Dampu Awang dengan anaknya, Siti Nurhasanah.

Dampu Awang sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan majikannya tersebut, Ia pun sangat senang. Akhirnya, pernikahan pun dilaksanakan dengan sangat meriah.

Setelah menjadi menantu saudagar kaya. Ia di percaya untuk menyimpan seluruh harta mertuanya tersebut. Setelah mereka menikah, Teuku Abu Matsyah jatuh sakit dan meninggal dunia. Dampu Awang yang menggantikan posisi ayah mertuanya tersebut.

Setelah menjadi saudagar kaya. Ia melupakan ibunya. Ia tidak pernah lagi memberikan kabar dan terlena dengan kemewahan.

Suatu hari, Dampu Awang dan istrinya berlayar ke wilayah pantai Banten. Tibalah mereka di daerah tempat tinggal Dampu Awang.

Seluruh penduduk sangat terpukau melihat kemewahan kapal Dampu Awang. Para penduduk beramai-ramai datang ke pelabuhan untuk melihat kapal layar yang sangat mewah tersebut.

Kabar tentang berlabuhnya kapal layar yang mewah itu terdengar oleh sang ibu Dampu Awang. Ia sangat yakin saudagar kaya itu adalah anak laki-lakinya. Ia pun langsung bergegas datang ke pelabuhan untuk bertemu dengan Dampu Awang.

Setibanya di pelabuhan, ibu Dampu Awang melihat anaknya berdiri di pinggir kapal dan mengenakan pakaian yang sangat mewah.

Selain itu, sang ibu pun melihat ada seorang wanita yang sangat cantik berdiri di sampingnya. Sang ibu sangat senang karena anaknya, sekarang sudah memiliki seorang istri. Ia langsung berlari ke arah kapal mendekati anaknya tersebut. Ia berlari dengan cepat dan berteriak memanggil nama anaknya.

Dampu Awang sangat terkejut melihat seorang perempuan tua yang pakaiannya compang-camping dan sangat dekil sekali. Ia sangat mengenal wajah perempuan yang memanggil-manggil namanya tersebut. Ia tahu bahwa perempuan itu adalah ibunya. Namun, ia sangat malu mengakui perempuan yang seperti pengemis itu adalah ibunya.

Sang ibu terus-menerus memanggil namanya.

‘’ Hei, perempuan tua! Diamlah! Kau bukan ibuku. Aku sudah tidak memiliki ibu. Ibuku sudah lama meninggal!’’ kata Dampu Awang sangat kesal.

Sang ibu sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan anak laki-lakinya itu. Kini ketakutannya menjadi kenyataan. Hatinya bagaikan teriris-iris. Kini, anak kandungnya sendiri tidak mengakuinya sebagai ibunya. Air matanya pun membasahi pipinya. Tanpa sadar ia berdoa.

‘’Ya Tuhan, apakah aku salah? Jika dia bukan anakku Dampu Awang, biarkanlah dia pergi. Tetapi, jika dia anakku. Tolong berikanlah hukuman yang setimpal kepadanya!’’ doa sang ibu.

Tidak lama kemudian, bumi seketika bergetar. Langit bergemuruh. Petir pun menyambar sangat dahsyat.

Langitpun berubah menjadi sangat gelap. Tiba-tiba, terjadilah badai. Kapal layar Dampu Awang yang sagat mewah itu terombang-ambing di lautan. Seluruh isinya porak-poranda. Dampu Awang dan istrinya sangat panik dan bingung

Tiba-tiba, Burung peliharaan Dampu Awang berbicara.

‘’ Dampu Awang! Akuilah perempuan itu sebagai ibumu. Cepatlah akui dia!’’ kata sang Burung.

‘’ Tidak, ibuku sudah lama mati.’’ Teriak Dampu Awang.

Seketika, kapal layar Dampu Awang tiba-tiba terangkat ke udara dan terlempar ke sebelah selatan dan seluruh isinya. Kapal itu tertelungkup dan membentuk sebuah gunung.

Dampu Awang dan istrinya tidak dapat menyelamatkan diri. Setelah itu lautan kembali seperti semula dan seolah tidak terjadi apa-apa.

Gunung tersebut di kenal dengan nama Gunung Pinang. Dan hingga kini, gunung tersebut masih ada dan letaknya di antara kota Serang dan Cilegon.

Di Gunung Pinang ini terdapat beberapa fasilitas seperti Selfi deck, joging track, down hill, air soft gun, mushola, toilet, gazebo dan taman.

Tiket masuk sebesar Rp.5000 perorang. Jika ingin berfoto-foto disini membayar Rp5.000, per Spot foto.

Gunung Pinang ini dijadikan wisata alam yang buka jam delapan pagi tutup jam lima jam sore.

Jangan lupa siapkan kamera, karena Gunung Pinang ini pemandangannya sangat indah. Dari atas bisa terlihat pemandangan Kota Serang.

Di wisata alam Gunung Pinang ini sangat cocok dijadikan sebagai pilihan bermain untuk anak-anak karena disediakan juga taman dengan kursi kayu.

Baca Juga: LAZ Harfa dan Kabar Banten Tingkatkan Kerja Sama

Sejuknya udara dan hijau pepohonan yang rindang membuat merasa nyaman dan segar.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Ayo Ke Banten

Tags

Terkini

Terpopuler