Sejarah Jalan Daendels Antara Anyer Sampai Panarukan, Benarkah 0 km Berada di Bawah Mercusuar?

20 November 2023, 16:41 WIB
Illustrasi berkaitan dengan tulisan Sejarah Jalan Daendles Antara Anyer Sampai Panarukan, Benarkah 0 km Berada di Bawah Mercusuar? /YouTube /Garis Besar


KABAR BANTEN - Dalam sejarah perjalanan Gubernur Jenderal Belanda ke-36 wilhelm Herman Daendels telah membangun jalan raya sepanjang 1000 km antara Anyer, Serang, Banten hingga Panarukan Banyuwangi Jawa Timur.

Jalan Daendels dibangun mulai bulan Mei 1809 sampai 1810 Masehi, sejauh 1000 km membentang antara Anyer, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Cadas Pangeran, Cirebon, Pekalongan, Surabaya dan Panarukan.

Baca Juga: Wisata Alam Cipamor Menes Pandeglang, Terbaru Banyak Wahana Seru Tiket Terjangkau


Seperti dikutip Kabar Banten dari Youtube Mang Dhepi, berikut penelusuran sejarah Jalan Daendles.

Belakangan informasinya bertambah bahwa Jalan Raya Pos itu dibuat Daendels atas perintah Kaisar Prancis untuk melancarkan administrasi pemerintahan di Hindia Belanda dan mengantisipasi adanya serangan dari Kerajaan Inggris, yang saat itu pasukan Inggris telah berada di perairan Samudra Hindia.


Selain mempercepat waktu pengiriman surat-surat yang dari Anyar hingga Panarukan, jalan-jalan itu dalam perkembangan selanjutnya banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar dan telah berubah fungsinya antara lain menjadi Jalan ekonomi atau jalan umum.

Dan kini sudah banyak dibangun di sekitarnya rute Jalan Daendles di Kabupaten Serang sampai saat ini sebetulnya masih dihantui oleh kesimpangsiuran informasi, karena yang beredar di masyarakat ada dua informasi.

Ada yang berpendapat bahwa Jalan Daendels melewati Kabupaten Lebak namun ada juga yang menyatakan hanya melewati Kabupaten Serang saja.

Memang menelusuri jalan Daendels dari titik 0 Km Anyar hingga 1000 km di Panarukan. Banyak orang sering bingung untuk menentukan rute yang benar. Apakah melalui Serang ataukah melalui Lebak.

Dan beberapa masyarakat yang dihubungi hanya mengenal Jalan Daendels dari Anyar sampai Serang, tidak itu saja di daerah Banten juga banyak jalan-jalan yang bercabang dan masyarakat setempat menamakannya Jalan Daendles.

Kesimpangsiuran informasi itu menurut Halwani Mihrab wajar-wajar saja, sebab pembuatan jalan Daendels saat itu melakukannya dalam dua tahapan. Pada tahap pertama merupakan pembuatan jalan untuk membuka poros Batavia Banten pada tahun 1808.

Pada masa itu Daendels memfokuskan kegiatannya pada pembangunan dua pelabuhan di utara dan di Selatan atau Ujung Kulon.

Jalan ini melalui garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin menembus Gunung Pulosari, Jiput Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga atau Bogor.

Tahap kedua dimulai pada tahun 1809 dengan rute Anyer melalui Pandeglang, di Pandeglang jalan bercabang dua yang satu menuju Serang Utara dan yang satu lagi menuju Lebak arah selatan dari Serang.

Rute selanjutnya ke Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Pekalongan, Surabaya hingga Panarukan.

Sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa inilah jalan yang disebut jalan utama atau jalan protokol, akan tetapi itu tidak berarti bahwa tidak ada cabang-cabang jalan lainnya yang dilewati oleh Daendels.

Apalagi di daerah tertentu banyak rute khusus yang sengaja dibangun oleh Daendels. Pada masa itu beberapa jalan daerah dan pusat kabupaten dibangun. Karena untuk mempermudah transportasi pengangkutan rempah-rempah ke luar daerah tersebut.

Banten merupakan tempat yang paling banyak memiliki cabang-cabang Jalan Daendels, sebab Banten cukup banyak menghasilkan rempah-rempah.

Anyar dijadikan titik 0 Km karena kota ini sudah di pola Daendels untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi dari Wilayah Banten menuju dua Pelabuhan, yaitu Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Ujung Kulon.

Banten sendiri sudah dilokalisasi dalam segi hasil bumi oleh Daendels, karena Banten subur dan kaya akan hasil buminya, terutama rempah-rempah.

Dan hingga saat ini sebagian besar Jalan Daendels masih terpakai bahkan yang lama sengaja diperbarui supaya dapat digunakan.

Jalan Daendels yang tidak dapat digunakan sama sekali adalah rute jalan arah ke Pontang dan arah ke Bayah, dikarenakan rute jalan tersebut hancur dan tidak dapat diperbaiki kembali.

Sementara itu Daendels sempat memerintahkan pembuatan jalan di Selatan Pulau Jawa, rutenya dimulai dari sebelah Barat Jawa yaitu dari Bayah menuju Pelabuhan Ratu terus ke Selatan ke daerah Sukabumi Cimanuk dan seterusnya, hingga ke Pangandaran, Purwokerto dan Yogyakarta.

Jalan Daendels yang lebih dikenal oleh masyarakat adalah Jalan bagian Utara Jawa ini disebabkan karena jalan di Utara melalui rute yang berhadapan langsung dengan rute Batavia, sedangkan Jalan bagian Selatan Jawa selain kondisi jalannya rusak berat dan juga banyak yang terputus, seperti jalan dari Bayah sampai Citorek.

Ada beberapa versi mengenai sejarah pembuatan jalan ini, ada yang mengatakan bahwa Daendels membuat Jalan Anyar Panarukan ini karena ingin mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, sehingga Pulau Jawa perlu dibangun, untuk menghubungkan suatu daerah ke daerah lain agar dapat mempercepat kabar berita dan alur transportasi.

Menurut Dr Hj Degf secara kronologis menerangkan pada tahun 1808 datanglah Herman Willem Daendels dari Belanda ke Banten, waktu Ia datang ke Nusantara, negaranya yaitu Belanda tengah dijajah oleh Prancis.

Sebagai murid yang disayangi Napoleon akhirnya Daendels dikirim ke Nusantara untuk menggantikan gubernur jenderal dari Belanda yang ada di Indonesia.

Oleh Napoleon Bonaparte dengan segala upaya akhirnya Daendels mendapatkan bantuan dari rakyat Banten berupa rempah-rempah untuk dikirim ke Prancis dan Belanda sebagai upeti.

Jadi tidak mengherankan jika Daendels membuat kerja rodi dan tanam paksa karena jika tidak ia tidak bisa memberikan upeti pada kedua negara itu.

Pada tahun 1808 sampai 1809 Daendels mulai pembuatan jalan dengan rute Batavia ke Banten tahap pertama, pada saat itu rakyat masih mau menghimpun kekuatan untuk melaksanakan perintah paksa Daendels.

Namun setelah terjangkitnya penyakit malaria dan banyak yang tewas, maka rakyat menghentikan bantuannya karena banyaknya korban dan pembuatan jalan Batavia Banten masih simpang siur.

Menurut beberapa sejarawan Indonesia yang meninggal sekitar 15.000 orang dan banyak yang meninggal tanpa dikuburkan secara layak. Walaupun demikian, Daendels semakin keras menghadapi rakyat ia tidak segan-segan memerintahkan tentaranya menembak mati rakyat yang lalai atau tidak mau bekerja dalam pembuatan jalan apapun alasannya.

Sementara itu ada yang beranggapan Jalan Daendels dibuat untuk Jalur Pos atau Jalan Pos Raya, namun Halwani beranggapan bahwa Jalan Daendels sebagai siasat untuk memperlancar jalur ekonomi, politik dan pemerintahan.

Berdasarkan buku-buku sejarah Gubernur Jenderal Daendels dikenal sebagai seorang diktator yang sangat kejam, tidak berperi kemanusiaan dan selalu menindas rakyat demi keuntungan pemerintah kolonial Belanda dan pribadinya.

Sebelum meninggalkan negeri Belanda menuju Jawa, Daendels menerima dua tugas yang diberikan oleh Napoleon yang menjadi raja di negeri Belanda pada saat itu.

Kedua tugas itu adalah mempertahankan pulau jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris dan memperbaiki sistem administrasi negara di Jawa.

Dan pada tanggal 1 Januari 1808 setelah menempuh perjalanan selama 10 bulan, Daendels mendarat di Anyer hanya dengan didampingi oleh seorang ajudannya, dan tanpa memiliki surat-surat dari Anyer, Daendels melalui jalan darat menuju ke Batavia untuk menemui Gubernur Jenderal saat itu yaitu Henricus Albertus Wies.

Tampaknya Wies telah menerima berita pengangkatan Daendels. Kemudian pada tanggal 14 Januari 1808 Wies menyerahkan kekuasaannya kepada Daendels.

Pada masa Deandels menjadi gubernur jenderal, oleh Daendels para penguasa kerajaan tidak diizinkan menggunakan sebutan Sultan lagi melainkan menggunakan sebutan Pangeran.

Menurut sumber sejarah kesultanan Banten mulai berada di bawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda, semenjak Sultan Banten menandatangani perjanjian dengan Belanda yang dilakukan oleh Sultan Safiuddin pada tanggal 28 November 1808.

Baca Juga: Wisata ALam Leuwi Jatatan Cinangka yang Belum Banyak Orang Tahu, Cocok Untuk Camping Ground Seru

Itulah sejarah Jalan Daendles yang terbentang dari Anyer, Serang, Banten sampai ke Panarukan. ***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi

Tags

Terkini

Terpopuler