Yunus menjelaskan, aplikasi InaRISK ini merupakan data hasil kajian resiko bencana yang masa berlakunya 5 tahun. Masa berlaku selama 5 tahun dan harus di upgrade setiap 2 tahun.
"Jadi aplikasi InaRISK Ini potensi untuk mengurangi resiko ke depan. Karena sekarang InaRISK akan mengupdate itu secara otomatis," katanya.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika dan UPT BMKG Kelas I Tangerang, Urip Setiyono mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian, potensi tsunami menerjang wilayah pesisir pantai Lebak selatan itu sekitar 14-18 meter dengan kecepatan 12-18 menit sampai ke daratan.
"Untuk SMPN 1 Panggarangan (Kabupaten Lebak) berada dalam zona rendaman tsunami. Kita sempat ke lokasi ada bebrapa titik di Panggarangan di Pantai Cimandiri masuk zona penyangga daerah aman namun ada beberapa di Bayah, di Cisiih berada pada dataran cukup tinggi untuk evakuaai namun membutuhkan perjalanan terlalu lama karena 1 jam perjalanan," katanya.
Urip mengungkapkan, tempat evakuasi di Kecamatan Bayah sebagian besar masih berada dalam zona belum aman. Titik lokasinya perlu ditinggikan ke dataran lebih tinggi.
"Makanya kami kemarin memverifikasi karena masih ada beberapa sebagian besar di Bayah harus lebih ditinggikan lagi. Peta bahaya tsunami yang di simulasikan oleh BMKG dengan gempa bumi magnitudo 8,7 hasilnya tidak kurang jauh dari hasil penelitian ITB, dan LIPI juga," katanya.
Baca Juga: Canggih! Alat Deteksi Tsunami Siap Disebar di Selat Sunda, Pengirim Peringatan Itu Bernama InaBouy
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Hidayatullah mengapresiasi, kegiatan zoom meeting dengan tema Pembekalan Asesmen Kesi psiagaan Sekolah terhadap tsunanmi dengan STEP-A melalui aplikasi InaRISK .
"Aplikasi InaRISK ini cukup membantu untuk mengetahui resiko bencana di sekitar sekolah. Tapi inti dari itu bukan aplikasinya saja tetapi lebih kepada bagaimana satuan pendidikan dapat membekali siswa tentang memberikan pemahaman bagaimana memahami langkah menghadapi bencana," katanya.***