BKKBN Ajak Keluarga Indonesia Kawal Kenormalan Baru

- 9 Juni 2020, 01:00 WIB
BKKBN logo baru
BKKBN logo baru /

JAKARTA, (KB).- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak Keluarga Indonesia untuk mengawal implementasi tatanan kehidupan baru (new normal) atau Kenormalan Baru. Sebab, Keluarga menjadi madrasah utama dan pertama bagi anak dan remaja untuk mewujudkan tatanan kehidupan baru.

Anak dan remaja Indonesia saat ini, akan menjadi kohor penduduk usia 35-50 tahun pada 2045 dan menjadi aset bagi Indonesia untuk memetik bonus demografi apabila mereka berkualitas dengan baik. Namun, di situasi pandemi Covid-19 ini, anak dan remaja dapat menjadi kelompok rentan apabila pengetahuan, sikap dan praktek keluarga dalam protokol kesehatan pencegahan Covid-19 rendah. Maka, perlu adanya suatu solusi yang terbaik dan komprehensif dari segala sektor untuk tetap dapat menjaga anak dan remaja di masa pandemi saat ini agar menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Dikutip dalam siaran pers Kementerian Sekretariat Negara RI, Jumat (15/5/2020), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat Indonesia untuk “Hidup Berdamai” dengan Covid-19. Menurut Presiden, hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimis. Justru dari situlah menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru (new normal) masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Harapan kami ketika memasuki era new normal, kita bisa berpikir yang se-komprehensif mungkin dan sebagai praktisi pelaksana program di lapangan apalagi mewakili keluarga dan juga masyarakat, tentu bisa mendapatkan solusi protokol yang sifatnya sederhana dan mudah diaplikasikan,” ujar Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo dalam kegiatan Webinar 'NEW' HEALTHY FAMILY ft. NEW NORMAL LIFE bertema "Mempersiapkan Anak & Remaja Sebagai Bagian Dari Keluarga Berketahanan untuk Mencapai Kesuksesan Di Era Tatanan Baru", yang diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS), BKKBN dan UNICEF, Sabtu (6/6/2020). Hadir dalam kegiatan tersebut narasumber lainnya dari Badan Pengurus YKIS sekaligus Ketua Umum IPADI dan Inisiator GenRe, Dr. Sudibyo Alimoeso, MA.

Menurut Hasto, pertimbangan yang komprehensif tentu akan sangat mengindahkan seperti apa penurunan reproduction rate untuk daya tular Covid-19. Apakah sudah mengalami penurunan dengan baik? apakah sudah di bawah 1?.

“Di Indonesia ini kan keluarga-keluarga kita tinggalnya di berbagai provinsi yang sangat bervariasi. Tentu kalau di hitung reproductive rate-nya juga akan sangat beda-beda antar kesenjangan satu provinsi dengan provinsi lainnya,” ujar Hasto.

Ia menambahkan,  protokol (new normal) juga mencirikan kerja gotong royong dan protokol ini dibuat dengan sederhana serta mampu dikerjakan tanpa tergantung bangsa lain.

“Kita bukan benci asing. Tapi kita cinta dengan kemandirian. Kemudian, berdayakanlah SDM dan SDA kita sendiri untuk mandiri dan protokol new normal harus bisa merakyat dan bisa untuk semua,” ujar Hasto.

Hasto mengungkapkan, berdasarkan hasil survey virtual BKKBN terhadap 20.600 keluarga Indonesia di perkotaan dan pedesaan mengungkap fakta luar biasa bahwa sebagian besar suami dan istri mampu bekerja sama dengan cukup bagus di rumah tangga selama pandemi Covid 19 ini.

“Hasil survey menunjukkan suami dan istri melakukan pekerjaan rumah bersama-sama secara seimbang sebesar 49,1% dari responden dan suami istri mengasuh anak bersama-sama sebanyak 71,5% dari responden. Diharapkan hasil survey BKKBN terhadap keluarga tersebut, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat protokol new normal nantinya,” ujar Hasto.

Sementara itu, Anggota Badan Pengurus YKIS sekaligus Ketua Umum IPADI dan Inisiator GenRe, Dr. Sudibyo Alimoeso mengatakan, beberapa upaya dapat dilakukan keluarga dalam meningkatkan ketahanan keluarga di masa Pandemi Covid19.

Di antaranya Pertama, menguatkan spiritualitas dan religiusitas (keimanan) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, menilai ulang kapasitas ekonomi keluarga untuk dapat bertahan di tengah situasi yang tidak menentu. Ketiga, memperluas ruang komunikasi dan mendorong komunikasi yang efektif antar anggota keluarga. Keempat, memperbaiki serta menguatkan fungsi-fungsi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan. Kelima, menyampaikan gagasan potensi krisis (akibat Covid-19) dan pastikan keluarga merespon secara memadai terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan.

Menurut Sudibyo, dalam situasi pandemi Covid-19, seorang ayah juga dituntut menjadikan dirinya sumber pendidikan bagi anak-anaknya (tidak meletakkan fungsi keluarga sepenuhnya pada ibu). Peran orangtua, kata dia, mencakup pada pengasuhan serta tumbuh kembang anak dan kepribadian remaja.

“Ayah milenial, ayah yang terbuka terhadap perubahan (open to change) dan memahami pengasuhan bersama,” ujarnya. (KO)*

Editor: Kabar Banten


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah