Di bagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini mengikuti jumlah shalat dalam satu hari yang dilakukan umat muslim.
Gerbang yang bergaya Jawa dan Bali ini memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk candi bentar sebagai motifnya.
Baca Juga: Sinopsis Film Hati Suhita, Perjodohan Santriwati dengan Putra Tunggal Pengasuh Pondok Pesantren
Gerbang ini disebut juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.
Ruang utama keraton adalah kamar tidur Ratu Aisyah dan dilengkapi dengan teknologi pendingin ruangan.
Hal ini bisa terlihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan. Lubang tersebut dahulu dapat diisi air untuk memberikan efek sejuk pada isi dalam ruangan.
Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur.
Walaupun telah hancur, beberapa reruntuhan di keraton ini masih terlihat pondasi dan pilar-pilar yang utuh.
Melansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada tahun 1832 Keraton Kaibon dihancurkan oleh pihak Belanda. Penyerangan dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak permintaan Belanda untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan.