Dinkes Klaim Angka Stunting di Kota Serang Turun

- 20 Juni 2023, 12:30 WIB
Petugas Dinkes saat memberikan imunisasi terhadap balita.
Petugas Dinkes saat memberikan imunisasi terhadap balita. /Dokumen Puskesmas Kasemen/

KABAR BANTEN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang jumlah stunting tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.732 kasus per Februari.

 

Sedangkan per Februari 2023 tercatat sebanyak 799 kasus stunting, berdasarkan data penimbangan balita di enam kecamatan di wilayah Kota Serang.

Kepala Dinkes Kota Serang Ahmad Hasanudin mengatakan, angka stunting di Kota Serang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: 7 Bulan Tak Dibayarkan, Sejumlah Patriot Olahraga Kota Serang Tuntut Pemkot Bayarkan Bonus Porprov VI Banten

Berdasarkan data yang tercatat pada Dinkes Kota Serang per Februari 2023 sebanyak 799, sedangkan pada Februari tahun 2022 sebanyak 1.732 balita terkena stunting.

"Hasil penimbangan bulan Februari 2023 sebanyak 799. Cukup ada penurunan signifikan untuk tahun ini," katanya, Senin 19 Juni 2023.

Namun, dikatakan dia, saat ini pihaknya belum melakukan pendataan secara menyeluruh terkait wilayah di enam kecamatan yang angka stuntingnya tertinggi.

Termasuk angka gizi buruk, yang diklaim jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun 2022.

"Yang sekarang belum saya maping. Tapi tahun lalu itu memang di Kecamatan Taktakan yang paling tinggi stuntingnya. Gizi buruk di bawah dari jumlah stunting, dan sudah turun juga," ujarnya.

Dia menjelaskan, adanya stunting karena kurangnya asupan gizi terhadap anak, khususnya bayi di bawah lima tahun atau balita.

Kemudian, faktor lainnya berkaitan dengan penyakit bawaan kronis yang diderita anak atau balita, sehingga berpengaruh pada asupan yang dimakan.

"Jadi mereka sulit makan, dan mau tidak mau terkena stunting. Cuma, memang penyabab lainnya juga banyak," tuturnya.

Dalam dunia medis, kata dia, gizi buruk dan stunting memiliki perbedaan yang saling berkaitan.

Misalnya, stunting dilihat dari pertumbuhan kognitifnya, sedangkan gizi buruk lebih tampak jelas.

Seperti penderitanya, apatis, kemudian mudah menangis, dan memiliki warna rambut mirip jagung serta rapuh.

"Lalu mudah rontok kalau gizi buruk, rambutnya juga sama kayak rambut jagung warnanya. Stunting berbeda, dia tampak fisiknya keliatan sehat dan aktif. Tapi pertumbuhan kognitif atau tumbuh kembangnya tertinggal," ucapnya.

Menurut dia, penurunan tersebut, karena saat ini kesadaran masyarakat mulai meningkat untuk membawa anak balitanya ke Posyandu yang ada di lingkungannya masing-masing.

"Jadi sekarang ini sudah ada perbaikan gizi terhadap balita yang terkena stunting," katanya.

Untuk menyelesaikan permasalahan stunting, dikatakan dia, harus dimulai dari hulu hingga hilir dan melibatkan banyak pihak serta elemen masyarakat di lingkungan.

"Makanya ini menjadi convergensi, dan semua organisasi perangkat daerah (OPD) ikut berperan. Mulai PDAM kaitan air bersih dan dinas lainnya," ujarnya.

Baca Juga: APBD Kecil, Dewan Kota Serang Desak Pemprov Banten Usulkan PP Kota Serang Sebagai Ibu Kota

Sementara itu, Kepala Dinas Selanjutnya Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang Anthon Gunawan mengatakan, tingginya angka stunting di Kota Serang karena rata-rata Posyandu yang ada tidak memiliki ketersediaan alat yang memadai, seperti antropimetri.

Alat tersebut digunakan untuk mengukur tinggi bayi, berat badan bayi dan lingkar lengan anak, dengan keakuratan yang nyaris 100 persen.

"Posyandu itu wajib ada. Kota Serang alatnya baru akan datang nanti, dan kami akan melakukan pelatihan para kader. Dengan adanya alat itu pengukuran lebih akurat. Contohnya SSGI melihat angka prevalensi stunting Kota Serang tinggi, karena memang setengah dari posyandu kami tidak memiliki alat itu. Sehingga ukuran tidak akurat," ucapnya.***

 

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x