Leuweung Sancang Hutan Angker yang Menyimpan Keindahan Alam Luar Biasa Ada Legenda Maung Sancang

- 4 September 2023, 17:24 WIB
Ada legenda Maung Sancang di Leuweung Sancang
Ada legenda Maung Sancang di Leuweung Sancang /Tangkapan layar YouTube Adrasa ID/

 


KABAR BANTEN - Di ujung Kabupaten Garut terdapat hutan yang sangat melegenda dan sangat terkenal karena keangkerannya, yaitu Leuweung Sancang.

Leuweung Sancang ini merupakan salah satu hutan yang paling keramat di Indonesia.

Baca Juga: Lirik Lagu Sadarkah - Erkha, Air Matamu Takkan Membuat Ku Kembali

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Adrasa ID, berikut pembahasan Leuweung Sancang yang memiliki keindahan alam luar biasa.

Di hutan yang keramat ini banyak sekali melekat dengan cerita mistis legenda serta mitos di dalamnya

Salah satunya Leuweung Sancang ini dipercaya menjadi tempat menghilangnya Prabu Siliwangi sang raja dari kerajaan Sunda beserta pasukan harimaunya yang sering kita sebut Maung Sancang.

Tapi dibalik semua cerita angker tersebut Sancang memiliki keindahan yang sangat luar biasa serta hutan ini menjadi rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna yang terancam punah.

Informasi ini menyadarkan kita untuk membantu menjaga kelestariannya.

Dalam Bahasa Indonesia arti leuweung ini adalah hutan, jadi Leuweung Sancang ini artinya Hutan Sancang.

Hutan ini adalah cagar alam yang terletak di bagian paling Selatan Kabupaten Garut, secara administratif Leuweung Sancang berada di Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Tasikmalaya.

Dan berdasarkan SK Menteri Pertanian pada tahun 1959, Leuweung Sancang ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan status cagar alam dengan luas wilayah sekitar 2.157 hektar.

Kemudian yang paling terbaru pada tahun 2014 oleh SK Menteri Kehutanan Leuweung Sancang kembali ditetapkan sebagai cagar alam, dengan luas wilayah 2.313 hektar.

Di Leuweung Sancang ini membentang hutan yang masih sangat perawan, sungai yang masih sangat asri serta pantai-pantai yang sangat indah.

Leuweung Sancang ini memiliki beberapa kawasan, diantaranya hutan dataran rendah, hutan mangrove serta hutan pantai.

Di dalamnya juga ada berbagai kekayaan alam, pohon-pohon raksasa, batu-batu besar serta tebing-tebing yang sangat curam. Hutan Sancang ini menjadi rumah bagi ribuan flora dan fauna, serta rumah bagi flora dan fauna yang merupakan endemik asli dan hanya hidup di leuweung Sancang.

Di balik semua mitos angkernya, Leuweung Sancang memiliki keindahan alam yang sangat mengagumkan.

Leuweung Sancang dibelah oleh beberapa sungai yang tembilang masih sangat asri dan yang paling terkenal adalah keindahan pantainya dan lautnya yang sangat keren.

Oleh sebagian orang hutan Sancang ini dijadikan sebagai destinasi wisata religi, di sini banyak sekali tempat-tempat yang sering dijadikan destinasi untuk berziarah dan berwisata religi.

Salah satu yang paling terkenal adalah Goa Sancang Hutan Rancakalong atau Hutan Cibaho.

Tidak hanya pemandangannya saja yang eksotis, kawasan Sancang ini adalah rumah bagi kekayaan flora yang sangat beraneka ragam.

Di dalam kawasan ini terdapat beberapa jenis flora seperti Palahlar yang merupakan satu-satunya dari jenis family Dipterocarpus sp yang masih asli dan tumbuh alami di Pulau Jawa.

Di sini juga ada Warajit (Excoecoria Ocha) tanaman yang mengandung racun dan sangat berbahaya bagi manusia. Dan para peneliti dari IPB Bogor juga pernah meneliti flora yang paling sangat dicari dan paling langka di dunia yaitu Rafflesia Padma, dan tidak lupa juga pohon Kapua. Tanaman jenis bakau yang sangat langka yang hanya hidup di Leuweung Sancang.

Hutan Sancang juga menjadi rumah bagi satwa-satwa langka khas Jawa, diantaranya Owa Jawa yang masih bisa kita temukan di daerah kawasan-kawasan Sancang.

Demikian pula dengan satwa yang dilindungi lainnya, seperti Macan Tutul Jawa, Merak, Rusa dan satwa-satwa yang lainnya.

Di samping itu di bagian perairan juga dapat ditemukan beberapa fauna terumbu karang, seperti Spongia, Leptosen, Favia, serta beberapa jenis ikan hias lainnya.

Dalam satu cerita rakyat mengatakan setelah Raden Kian Santang memeluk agama Islam, maka Raden Kian Santang yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi mencoba untuk mengajak sang ayah untuk memeluk agama Islam, tapi Prabu Siliwangi menolaknya.

Kemudian Prabu Siliwangi beserta prajuritnya melarikan diri dari kejaran Raden Kian Santang hingga ke hutan paling selatan di Pulau Jawa, yaitu Leuweung Sancang.

Lalu Prabu Siliwangi dan para prajuritnya menjelma menjadi Maung Bodas, konon katanya Maung Sancang ini tidak akan hadir di sembarangan waktu.

Maung Sancang akan menampakan diri ketika Prabu Siliwangi hadir, katanya hanya orang-orang yang berilmu tinggi yang mampu memanggil Maung Sancang ini.

Di dalam satu kawasan, diceritakan ada satu wilayah yang tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke sana.

Banyak orang yang tidak selamat dari kawasan tersebut dan disebut juga itu adalah kawasan yang paling angker di sana.

Lalu ada cerita yang lain di suatu kawasan Hutan Sancang jika kamu melihat ayam jago, maka segeralah pulang atau sesuatu yang tidak baik akan menimpa kamu.

Selain hutan, lautan Sancang juga menyimpan berbagai misteri bahkan salah satu wilayah di laut Sancang sekarang masih menjadi kuburan bagi kapal-kapal besar.

Pernah tercatat sudah ada tiga kapal besar yang kandas di laut Sancang dengan lokasi yang hampir berdekatan, yang paling terbaru adalah kapal Enrico Tiga.

Kapal tank besar ini kehilangan arah lalu kandas di pantai Sancang. Si suatu kawasan di Leuweung Sancang hidup satu jenis pohon bakau yang hanya hidup di hutan saja, yaitu Kapua.

Pohon ini tidak hidup di sembarangan tempat, pohon ini sangat dilindungi karena katanya tempat hidup pohon Kapua adalah tempat petilasan terakhir dari Prabu Siliwangi.

Dan menurut cerita ketika Raden Kian Santang mengejar Prabu Siliwangi hingga ke ujung pantai Sancang, Raden Kian Santang hanya menemukan para prajuritnya saja.

Kepada para prajurit itu Raden Kian Santang bertanya tentang keberadaan Prabu Siliwangi, tapi para prajurit ini menggelengkan kepala sembari menunjuk sebuah pohon kayu.

Lalu Raden Kian Santang mengeluarkan perintah kepada siapa saja yang mengikuti dirinya akan terus menjadi manusia, sementara yang ikut ayahnya yaitu Prabu Siliwangi akan menjadi pohon.

Dan demikianlah pohon Kapua ini dipercaya sebagai jelmaan dari para prajurit Siliwangi. Hingga sampai sekarang pohon Kapua ini masih hidup di satu wilayah di Leuweung Sancang.

Tempat di mana hidup pohon Kapua ini sangat dilindungi dan dijaga oleh Polisi Hutan. Sebetulnya masih banyak cerita-cerita angker Leuweung Sancang.

Masyarakat Sancang berdiam dan hidup bersama dalam kedamaian walaupun terbilang sangat jauh dari pusat Kota Garut, tapi masyarakat Sancang yang telah hidup selama puluhan tahun di sini telah berkembang menjadi masyarakat yang modern seperti masyarakat Garut pada umumnya.

Masyarakat Sancang menggantungkan hidup dari berdagang, bercocok tanam, berkebun dan sebagian lagi menjadi nelayan dan mencari ikan.

Di Desa sanca juga sudah memiliki infrastruktur yang menunjang seperti kantor desa, Puskesmas dan beberapa sekolah.

Pada setiap tanggal 1 Muharram atau pada tahun baru Islam masyarakat desa saja akan melakukan sebuah pesta rakyat yang kita sebut syukuran laut.

Semua masyarakat Sancang akan berkumpul di pantai Cibako untuk melakukan syukuran laut, di sini masyarakat akan memotong kerbau serta beberapa hewan ternak lainnya serta beberapa sajen dari hasil bumi.

Bagi masyarakat pesisir ini adalah bentuk rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang melimpah, dan secara tradisi acara syukuran laut ini adalah sebagai momentum untuk bersama-sama menjaga laut Sancang.

Setelah melakukan doa bersama, maka para nelayan akan membawa sajian ini ke laut untuk ditebar ke laut.

Setelah itu masyarakat Sancang yang hadir akan makan bersama di pantai Cibako. Walaupun Lau Sancang sangat melekat dengan mitos dan cerita angker, tapi tetap saja Leuweung Sancang tidak lepas dari ancaman yang sangat nyata yaitu manusia.

Karena pada dasarnya luas wilayah Leuweung Sancang masih terjaga dan sama sekali tidak mengalami penyusutan, ini bisa kita buktikan dengan mengukurnya secara langsung via Google Earth.

Dimana luas wilayahnya sama sekali tidak berkurang sejak ditetapkan sebagai cagar alam, tapi perburuan liar adalah ancaman yang paling serius di sini.

Walaupun luas wilayah Sancang tidak mengalami penyusutan tapi kekayaan alamnya sudah semakin sulit ditemukan.

Dan ini dibuktikan dengan sulitnya menemukan hewan-hewan yang merupakan endemik Sancang, Maung Sancang, Macan Tutul Jawa sudah semakin sulit ditemukan.

Bahkan Banteng Sancang yang dipercaya pernah hidup di hutan ini, dikabarkan telah tidak ada dan tidak pernah ditemukan lagi satwa yang lain.

Seperti Rusa dan Merak juga semakin sulit untuk ditemukan, walaupun hutan Sancang ini telah dijaga oleh Polisi Hutan dan petugas dari dinas BKSDA tapi pada kenyataannya para pemburu liar ini sulit untuk diberantas.

Baca Juga: Lirik Lagu Lesung Pipi - Raim Laode, Lesung Pipi Itu Menikmati Imaji Bersamamu

Itulah cerita Leuweung Sancang yang memiliki banyak sejarah. Mari kita jaga dan melestarikan keindahan ini agar bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Youtube Adrasa ID


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah