1549852

Lahan Kritis Capai 22.689,48 Hektare

- 29 September 2017, 17:15 WIB
lahan kritis ilustrasi
lahan kritis ilustrasi

SERANG, (KB).- Sekitar 22.689,48 hektare (ha) lahan di Kabupaten Serang kritis, yang sebagian besar, karena pembalakan liar dan pertambangan. Ribuan lahan kritis yang tersebar di 13 kecamatan tersebut, kini dalam penanganan pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dengan melakukan penanaman pohon khas masing-masing kecamatan. Kepala Bidang Konservasi DLH Kabupaten Serang, Susanti Diani mengatakan, lahan kritis di Kabupaten Serang mencapai 22.689,48 ha. "Tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Serang," katanya kepada Kabar Banten, Kamis (28/9/2017). Berdasarkan data DLH Kabupaten Serang, lahan kritis 22.689,48 ha tersebut tersebar di Kecamatan Mancak seluas 3.940,65 ha, Ciomas 3.312,03 ha, Anyer 2.711,02 ha, Waringin Kurung 2.555,96 ha, Gunung Sari 2.389,66 ha, Cinangka 2.247,68 ha, Puloampel 1.665,65 ha, Pabuaran 1.131,24 ha, Bojonegara 1.277,49 ha, Kramatwatu 600,48 ha, Padarincang 469,69 ha, Tunjungteja 392,58 ha, dan Baros 3,99 ha. Menurut dia, lahan kritis tersebut kebanyakan dampak dari banyaknya pembalakan liar dan penambangan, seperti permasalahan di daerah Rawadanau, pihaknya bekerja sama dengan BKSDA Jawa Barat mengungkap, bahwa permasalahan yang terjadi akibat pembalakan liar. "Itu terjadi di lima kecamatan, yang berada di DAS Cidanau, yaitu Mancak, Padarincang, Cinangka, Gunungsari, dan Ciomas. Jadi, di sana ada 545 kepala keluarga yang mendirikan permukiman liar di Cagar Alam Rawadanau, itu ada 48 bangunan," ujarnya. Untuk penanganan permasalahan tersebut, ucap dia, pihaknya sudah melakukan aksi dengan membuat surat dari bupati ke pihak kecamatan. Sebab, sebelumnya Pemkab Serang mendapat surat dari BKSDA Jabar dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Jadi, kami buat surat kelima kecamatan ditembuskan ke desa-desanya untuk mendukung penegasan, agar tidak ada yang merambah dan menempati wilayah cagar alam," ucapnya. Lahan kritis tersebut, tutur dia, kondisinya gundul. Oleh karena itu, dilakukan upaya rehabilitasi dengan penanaman pohon. "Seperti yang sudah dilakukan di Mancak sudah sekitar 9-70 ha, ditanam sekitar 4.500 pohon, multiguna seperti mangga, nangka, jadi selain kayunya menopang air, buahnya bisa dimanfaatkan masyarakat," tuturnya. Selain itu, yang digarap tahun ini juga di Padarincang, di dua desa, yaitu Kadu Kempong dan Kaduberem sekitar 1.500 pohon dengan ditanami pohon keanekaragaman hayati. "Ini pengamanan dengan spesifik upaya pemulihan, lokasinya ditanami pohon lokal misal asam keranji. Kemudian, nanti di Cinangka ada pengembangan bambu di Desa Curug Betung," katanya. Pemulihan lahan Sementara, Sekretaris DLH Kabupaten Serang, Kustaman menuturkan, pemulihan lahan kritis dengan menanam tanaman khas daerah masing-masing. Bukan hanya itu, juga sebagai upaya kembali memunculkan tanaman yang sudah langka.  "Jadi, nanti ada lagi pohon sawo kecik, kadu jurig, kemudian bambu khas yang ada di Kabupaten Serang. Ini juga upaya mengembalikan keanekaragaman hayati yang sekarang sudah mulai tidak ada. Untuk anggarannya tentu tidak bisa hanya oleh pemkab, jadi makanya ada yang menggunakan CSR perusahaan," ujarnya. Penanganan lahan kritis, ucap dia, dilakukan secara bertahap. Sebenarnya, jika seluruh perusahaan turut serta, maka permasalahan tersebut juga akan cepat selesai.  "Istilahnya kalau digempur berapa perusahaan untuk pemulihan lahan kritis, berapa luas lahan yang teratasi itu, jadi kalau semua perusahaan sadar banyak yang tertangani," tuturnya. (YY)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah