Hati-hati! 5 Perbuatan Ini Bisa Mencegah Keberkahan Puasa Ramadan

- 13 April 2021, 00:32 WIB
Ilustrasi Ramadan
Ilustrasi Ramadan /Lazuardi Gilang Gemilang/Kabar Banten

KABAR BANTEN - Bulan puasa atau Ramadan merupakan salah satu bulan Hijriah yang penuh berkah.

Namun, puasa di bulan Ramadan tak hanya dilimpahi keberkahan dan pahala saja. Juga beserta perbuatan yang dapat menghalangi isi dari amalannya.

Banyak orang yang belum menyadari akan perbuatan tersebut bisa menghilangkan pahala dari puasa di bulan Ramadan.

Tapi, itu semua sudah diingatkan oleh suri tauladan umat Islam, yakni baginda Nabi Muhammad SAW.

Dilansir Kabar-Banten.com dari laman kemenag.co.id, Allah SWT menciptakan alam raya ini sekaligus telah menentukan waktu dan mengaturnya menjadi tahun, bulan, dan hari.

Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…” (At Taubah [9]: 36).

Nama-nama bulan dalam satu tahun itu juga sudah ditentukan oleh Allah, termasuk juga nama Ramadan.

Masing-masing nama itu mempunyai makna dan maksud tersendiri, khususnya mengenai nama Ramadan, nama ini mempunyai arti sangat panas.

Bukan berarti cuacanya yang panas, belum tentu pula bulan Ramadan bertepatan dengan musim kemarau yang terik.

Tetapi yang panas adalah suasana kehidupan pada bulan Ramadan, banyak masalah yang kecil dan sepele mudah berkembang menjadi masalah besar, bahkan dapat meningkat menjadi pertengkaran.

Hubungan antara keluarga atau teman yang biasanya tenteram dan damai, dalam bulan Ramadan sangat mudah terpancing untuk berselisih lantaran sebab yang ringan.

Maka dari itulah, masyarakat harus lebih berhati-hati dan waspada dalam menjalani kehidupan di bulan Ramadan ini.

Baca Juga: Jalani Puasa di bulan Ramadan, Begini Sejumlah Fakta Menarik yang Terjadi pada Tubuh

Umat muslim harus lebih kuat mengendalikan diri, agar tidak mudah terjebak dalam makar syaithon yang terkutuk, yang selalu mengajak untuk mengotori bulan Ramadan dengan berbagai kemungkaran.

Caranya adalah dengan memupuk jiwa ikhlas beribadah, terutama keikhlasan dalam melaksanakan ibadah puasa.

Pengamalan puasa itu dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu segi ilmu fiqh (syari’ah) dan dari hakekatnya puasa (Hikmah Tasyri’ Al-Islamy).

Ilmu Fiqh mengajarkan cara-cara menjalankan puasa agar pengamalannya benar.

Dengan ilmu Fiqih ini dapat muslim ketahui, apakah puasa yang dilakukan seseorang itu sah ataukah batal.

Apabila terpenuhi syarat dan rukunnya dan tidak melanggar hal-hal yang membatalkannya, maka puasa seseorang itu sah.

Sebaliknya, jika salah satu syarat atau rukunnya puasa tertinggal, atau terpenuhi tetapi melanggar hal-hal yang membatalkan puasa, maka puasa yang dilakukan oleh seseorang itu batal.

Sah atau batalnya puasa seseorang, umat islam wajib mengetahui dengan ukuran ilmu fiqih.

Karena wajibnya puasa dilakukan, maka wajib pula mngetahui sah atau batalnya ibadah puasa ini.

Baca Juga: Tadarusan, Tradisi yang Masih Melekat di Masjid Darul Mutaqien Kota Cilegon

Adapun urusan apakah puasa itu diterima oleh Allah ataukah tidak, hal itu sudah bukan urusan ilmu fiqh, dan manusia tidak berhak menentukannya.

Karena menerima atau menolak ibadah puasa seseorang adalah hak Allah SWT secara mutlak.

Puasa yang tidak sah sudah jelas tidak akan diterima oleh Allah SWT, karena sama saja dengan tidak melakukan
puasa.

Sedangkan puasa yang sah menurut ukuran ilmu fiqh, untuk dapatnya diterima dan mendapatkan balasan pahala dari Allah, harus dibersihkan dari perbuatan-perbuatan yang
tercela.

Hanya puasa yang sah dan bersih saja yang diterima dan dapat memproleh pahala dari Allah SWT.

Ada lima dosa yang dapat menghapus pahala puasa, yang diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam Al-Hadits :

“Diriwayatkan dari Anas R.A, Rasulullah SAW bersabda : Ada lima perbuatan yang menghapus pahala puasa, yaitu : berbohong, menggunjing, mengadu orang, bersumpah palsu dan memandang (lain jenis) dengan syahwat”.

Baca Juga: Jaga Kekhusyukan Ibadah Ramadan, MUI Kota Serang Beri Sejumlah Rekomendasi, Begini Penjelasannya

Amalan yang keliru atau bahkan disebut dosa yang menjadi noda puasa tersebut di antaranya:

1. Berbohong

Mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Orang berbohong adakalanya hanya untuk iseng, untuk mempermudah urusan dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting.

Seperti ketika diajak makan mengatakan baru saja makan dan masih kenyang, walaupun sebenarnya belum makan, untuk menolak dengan sopan terhadap ajakan makan seorang teman.

Atau ketika ditegur sapa dari mana anda pergi, mengatakan dari pasar, walaupun
sebenarnya dari tempat yang lain.

Bohong jenis ini tidak apa-apa, tidak pula berdosa selama tidak menimbulkan akibat-akibat yang buruk.

Ada pula yang berbohong untuk menghindari bahaya, seperti ketika ada seseorang yang dikejar akan dibunuh, kemudian orang itu disembunyikan dan mengatakan tidak tahu atau mengatakan sudah pergi. Berbohong jenis ini hukumnya malah wajib.

Dan ada pula berbohong untuk mencari keuntungan, atau tidak mendapatkan keuntungan tetapi mengakibatkan
kerugian orang lain. Kebohongan yang terakhir inilah yang mengakibatkan dosa.

Jika dilakukan pada bulan Ramadan, maka di samping berdosa, juga menghilangkan pahala puasa.

Baca Juga: 10 Amalan Sunnah yang Dapat Pahala Berlimpah di Bulan Ramadan, Yuk! Catat dan Jalankan

2. Menggunjing

Menceritakan orang lain tentang perkataannya, perbuatannya atau keadaan pribadinya.

Dan isi cerita itu benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apabila yang diceritakan itu tentang kebaikannya atau hal-hal yang tidak membuatnya
sakit hati, gunjingan ini boleh dan tidak berdosa.

Seperti menceritakan tentang kelucuan, kecerdikan dan sebagainya.

Gunjingan yang haram adalah dengan ukuran, sekiranya orang yang digunjingkan itu mendengar, ia tidak rela.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan, maksud ghibah ini dengan sabdanya : “Ghibah adalah engkau ceritakan tentang saudaramu, yang sekiranya ia mendengar ia tidak rela,” (Hadits riwayat Muslim).

Dan apabila isi gunjingan itu melebihi keadaan yang sebenarnya, atau mengada-ada dengan menambah keburukannya, maka itu disebut Fitnah.

Fitnah ini lebih buruk dari pada ghibah dan berakibat lebih berbahaya, hukum fitnah juga haram dan jika dilakukan dalam bulan Ramadhan, juga akan menghapuskan pahala puasa.

Pengambilan hukum seperti ini dinamakan, Qiyas Aulawy, ada beberapa kondisi yang kita diperbolehkan menggunjing atau mubah hukumnya.

Tidak berdosa dan tidak menghapuskan pahala puasa. Yaitu kalau hendak mengetahui lebih jauh terhadap calon istri, calon mertua dan semacamnya.

Sebab mengetahuinya sangat penting, agar dalam perjodohan tidak menyesal di kemudian hari.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk memilih istri yang memiliki agama yang kuat. Sedangkan untuk mengetahuinya sesuai perintah Nabi, tidak mungkin akan menanyai langsung kepada yang bersangkutan, melainkan hanya melalui perantaraan orang lain atau gunjingan.

Pembolehan gunjingan ini hanya sebatas keperluan saja. Gunjingan yang juga diperbolehkan adalah untuk penyelidikan dalam suatu perkara. Ketika terjadi kasus, hampir pasti semua fihak akan mengaku tidak bersalah.

Untuk menentukan kebenaran haruslah diperlihatkan bukti atau saksi, pihak berwenang berhak untuk menanya dan saksi harus memberikan keterangan yang benar walaupun dengan menggunjing.

Baca Juga: Terapkan Protokol Kesehatan, Masjid Al A'Raaf Rangkasbitung Gelar Salat Tarawih Perdana Ramadan 1442 H

3. Mengadu orang

Mengusahakan agar terjadi permusuhan antara pihak-pihak yang tadinya rukun, perbuatan ini biasanya merupakan tindak lanjut dari gunjingan atau fitnahan.

Mengadu orang dengan motivasi apa pun, baik hanya iseng, hobby, apalagi dengan tujuan mencari keuntungan atau membuat kekisruhan, semuanya dilarang dalam agama Islam.

Sebab pihak-pihak yang diadu pasti akan mengalami kerugian, baik materi atau moral.

4. Bersumpah palsu

Bersumpah palsu dengan sengaja akan menguntungkan suatu fihak dan merugikan pihak yang lain.

Dan pasti pula akan menghilangkan kebenaran berganti dengan kezholiman. Perbuatan ini sungguh sangat dilaknat oleh Alloh dan Rosul-Nya.

5. Memandang orang lain lawan jenis dengan syahwat

Yang dimaksud dengan syahwat disini adalah ada dorongan dari hati untuk memandangnya atau meneruskan pandangan yang mulanya tidak disengaja.

Para hadirin sekalian, Lima perbuatan dosa yang tersebut dalam Al-Hadits diatas semuanya adalah perbuatan haram.

Melakukannya di luar Ramadhan akan mendapatkan dosa, sedangkan melakukannya di bulan Ramadhan maka puasa seseorang tetap sah, tidak batal, dan tidak boleh dibatalkan, tidak wajib mengganti (qodho’) di luar Ramadhan.

Dia sudah terlepas dari kewajiban berpuasa dan insya Allah sudah tidak disiksa dalam hal puasa, karena telah melakukannya dengan sah.

Namun dalam urusan pahala, jangan mengharap mendapatkannya, karena telah terhapus dengan noda-noda puasa tersebut.

Rasulullah SAW telah bersabda : “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa (dari puasanya itu) selain lapar dan haus,” (Hadits Riwayat Bukhori Muslim).***

Editor: Kasiridho

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x