Sejarah Idul Adha, dari Kisah Teladan Nabi Ibrahim, Milioner Bergelar Kekasih Allah

- 20 Juli 2021, 10:40 WIB
Ilustrasi/Kisah Nabi Ibrahim saat mengorbankan putranya Nabi Ismail menjadi hikmah mendalam bagi umat Islam dalam memperingati Hari Raya Idul Adha
Ilustrasi/Kisah Nabi Ibrahim saat mengorbankan putranya Nabi Ismail menjadi hikmah mendalam bagi umat Islam dalam memperingati Hari Raya Idul Adha /Freepik

KABAR BANTEN - Inilah sejarah Idul Adha atau disebut juga dengan Idul Kurban, dirayakan umat Islam pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah.

Dalam sejarah Idul Adha, mengingatkan kisah teladan Nabi Ibrahim, ketika diperintahkan Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.

Di balik sejarah Idul Adha, juga dikenal dengan Hari Raya Haji, karena dirayakan saat kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. 

Baca Juga: Takbir atau Takbiran Idul Adha, Sampai Kapan Diperbolehkan?, Ini Menurut Para Ulama

Dari sejarah Idul Adha, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama putranya Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusui.

Ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi, tidak ada penghuni seorangpun. 

Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu.

Apalagi, tempatnya asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Namun Nabi Ibrahim maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakal.

Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur". (QS Ibrahim: 37).

Baca Juga: Raih Keutamaan Shalat Idul Adha Masa PPKM Darurat, Berikut Amalan Sunnah yang Dianjurkan

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, Idul Adha juga dinamai 'Idul Nahr', yang artinya hari raya penyembelihan.

Ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim, dengan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan. 

Allah bahkan hingga memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan 'Khalilullah' atau kekasih Allah.

Setelah menyandang gelar itu, malaikat pun sampai bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?”.

Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”.

Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. 

Dalam kitab 'Misykatul Anwar' disebutkan, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. 

Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak, yang pada zamannya adalah tergolong milliuner. 

Baca Juga: Niat dan Cara Sholat Idul Adha di Rumah

Suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang: “Milik siapa ternak sebanyak ini?”. Maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Alquranul adzim mengemukakan bahwa pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya, jika dikehendaki oleh Allah.

Itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. 

Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. 

Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)

Baca Juga: Ribuan Masjid Tiadakan Salat Idul Adha, Menag Gandeng Ormas Beri Pemahaman, KH.Embay: Jaga Jiwa Hukumya Wajib

Ketika keduanya siap melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata:

“Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!”.

“Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” 

“Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.” 

Namun, Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. 

Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. 

Dan hal ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.

Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di lehernya, Ismail mengira ayahnya ragu.

Seraya melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Baca Juga: Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah, Dilakukan Tiga Hari Sebelum Idul Adha 1442 H, Ini Waktu dan Bacaan Niatnya

Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. 

Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. 

Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Alquran surat As-Saffat ayat 107-110:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.”

سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ

“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan:

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab : “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Itulah pengorbanan paling besar dalam sejarah umat umat manusia, dan membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.

Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail inilah, harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama.

Pesan itu mengandung pembelajaran paling tidak pada tiga hal yakni ketakwaan, hubungan antar manusia, dan peningkatan kualitas diri.

Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah sama.

Namun yang membedakan hanyalah taqwanya, dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran.

Baca Juga: Niat Sholat Idul Adha Hingga Hukum Melaksanakannya Saat PPKM Darurat

Bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x