1. Menghentikan dan menundukan waktu
Dikisahkan oleh seorang kiyai muda mengunjungi pesantren Abuya Dimyati di Cidahu Pandeglang Banten pada tahun 2000.
Pada saat itu sang kiyai berkesempatan ikut salat berjama'ah subuh bersama Abuya Dimyati.
Sebelum takbirotul ikhrom tanpa disengaja matanya melirik ke arah jam dinding, waktu masih dingatnya saat itu pukul 05:00.
Ia pun lantas memulai salatnya dan menyusul takbir Abuya Dimyati, salat subuh berjamaah pun berlangsung.
Suara merdu yang dilantunkan Abuya Dimyati membuat para jama'ah srmakin khusu dalam salatnya.
Jika biasanya dalan salat subuh setelah patihah Abuya Dimyati membaca surat At-takasur di raka'at pertama dan surat An-naser di raka'at kedua namun kali ini Abuya Dimyati membaca surat yasin pada raka'at pertama dan surat Al-muluk pada raka'at kedua.
Tentu akan memakan waktu yang cukup lama terlebih Abuya Dimyati membacanya dengan tartil.
Jika diperkirakan salat subuh akan selesai dengan memakan waktu 30 sampai 40 menit, mengingat surat yang dibaca Abuya Dimyati adalah surat yang terbilang cukup panjang.
Belum lagi ditambah doa qunut serta baca'an dan gerakan yang lain, namun kekhusuan salat bersama Abuya Dimyati membuat para jama'ah terlupa dengan hal ini