BANTEN Lama bukan sekadar objek wisata peninggalan sejarah. Namun, di situs purbakala tersebut, wisatawan bisa menyaksikan dan belajar tentang bagaimana heroiknya Sultan Banten menentang Kolonial Belanda pada abad XVI hingga abad XIX. Akibat perseteruan yang memuncak, akhirnya Keraton Surosowan dihancurkan Belanda di bawah pimpinan Gubernur, Jenderal Daendels. Kisah perseteruan Kesultanan Banten dengan Kompeni, Belanda dimulai sejak armada kapal dagang Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman mendarat di Banten pada 1596. Karena, kedatangan Belanda ingin menguasai dan monopoli perdagangan rempah-rempah, maka Sultan Banten menolak bekerja sama. Akibat melakukan perompakan di Teluk Banten, Cornelis de Houtman bersama rombongannya sempat ditahan hampir sebulan lamanya. Kemudian, dilepas kembali setelah membayar denda sebesar 45.000 gulden kepada Sultan Banten. Baru setelah ekspedisi kedua ke Banten dipimpin Jacob van Neck yang dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck pada 28 Oktober 1598, Belanda berhasil mendapatkan rempah-rempah, untuk dibawa pulang dan dijual di Eropa. Dari daerah tersebut, sejarah mencatat Republik Indonesia dijajah Belanda selama tiga setengah abad lamanya. Sejarah juga mencatat dari 21 Sultan Banten yang memerintah, di antaranya memiliki kisah heroik menentang Kompeni di Banten. Namun, berkat tipu daya penjajah berkulit putih tersebut dengan cara Devide et Empera, maka Kesultanan Banten juga runtuh pada 1813.