Endang Effendi, Matang di Usia Muda

- 24 September 2019, 18:30 WIB
Endang Effendi
Endang Effendi

KOTA Cilegon memiliki seorang politikus muda namun kawakan, yakni Endang Effendi. Di usianya yang baru menginjak 33 tahun, politisi Partai Golkar ini sukses meraih karier politik yang terbilang tinggi. Hampir dapat dipastikan, Endang yang menjabat Ketua Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon, segera dilantik menjadi Ketua DPRD Kota Cilegon definitif.

Anak kedua Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon Sahruji ini mendapat kepercayaan dari Partai Golkar untuk menduduki posisi tertinggi legislatif bukan tanpa dasar. Sebab, dalam perjalanan kariernya di bidang politik, putra Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon ini telah duduk di kursi legislatif selama tiga periode (2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019). Endang pun dinilai menguasai berbagai hal di bidang kelegislatifan.

Sebut saja tentang penganggaran keuangan daerah, Endang pernah menjabat Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Cilegon di periode 2014-2019. Begitu pula dari sisi komunikasi politik, karena di tahun yang sama Endang menjabat Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Cilegon. Lalu apa yang membuat Endang kaya akan ilmu-ilmu kelegislatifan? Ia banyak belajar dari para tokoh senior di Partai Golkar.

”Itu semua tidak lepas dari peran serta ‘sang Suhu’ dan ‘si Bos’. Suhu saya adalah H. Adad (Adad Musadad - Anggota DPRD Kota Cilegon periode 2004-2009 dan 2009-2014). Si Bos itu H. Iye (Iye Iman Rohiman - Anggota DPRD Kota Cilegon periode 2004-2009 dan 2009-2014),” katanya saat ditemui di ruang kerjanya.

Endang menempa ilmu kelegislatifan dari kedua orang ini, ketika ia menjadi anggota Dewan di periode pertamanya, yakni 2009-2014. Ketika itu, Endang baru berusia 23 tahun. ”Pertama saya jadi anggota Dewan, itu ketika masih kuliah di STIE Paripurna Tangsel (Tangerang Selatan). Saya sedang menyusun skripsi, tapi saya dipaksa nyalon (mencalonkan anggota DPRD) oleh orangtua,” ucapnya.

Endang mengaku, saat itu tidak tahu menahu tentang legislatif. Ketika itu, Endang bagaikan sebuah kaleng tanpa isi. ”Blank, jujur saja saya tidak tahu apa-apa. Bahkan 2,5 tahun di periode pertama, saya tidak berani untuk bicara dalam forum apa pun. Itu karena saya gugup, takut kalau salah bicara bisa-bisa jadi bahan tertawaan,” tuturnya.

Di saat ia terpuruk oleh kekurangannya itu, dirinya melihat sosok Adad sangat menguasai soal anggaran. Sedikit demi sedikit, ia pun meminta Adad untuk mengajarinya. ”Setiap rapat anggaran gabungan dengan eksekutif di luar kota, saya selalu berada di kamarnya Pak Adad usai rapat. Di kamarnya itu saya belajar berbagai hal tentang anggaran. Untuk membujuknya, saya lakukan berbagai hal. Bahkan saya semirkan sepatunya agar bisa mengambil hati Pak Adad,” ucapnya.

Melihat kesungguhan Endang, Adad pun mengajari seluruh ilmu anggaran. Butuh upaya keras bagi Endang untuk menyerap ilmu Adad, terlebih buku-buku anggaran memang betul-betul tebal. ”Buku KUA PPAS, RKA, RAPBD, itu kan tebalnya bukan main. Nah saya belajar bedah anggaran itu ke Pak Adad. Katanya, saya harus giat belajar, sampai pada titik saya bisa menguasai satu buku hanya dengan melihat satu lembar buku anggaran,” tuturnya.

Endang ingat betul ketika dirinya di tes keilmuan tentang anggaran oleh Adad. Ketika ia mengikuti rapat RAPBD 2013 bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cilegon. ”Waktu itu Kadisnya Pak Erwin (Erwi Harahap - saat ini Staf Ahli Wali Kota Cilegon), lalu Sekdanya Pak Lubis (Abdul Hakim Lubis - sekarang Ketua PMI Kota Cilegon). Itu kan dua-duanya pejabat kaliber tinggi, tidak pernah ada pertanyaan Dewan yang tidak terjawab oleh kedua pejabat ini,” ujarnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah