Mythomania, Yuk Kenali Gejala dan Antisipasinya

13 Mei 2022, 18:03 WIB
Ilustrasi terkait Mythomania. /Pexels/cottonbro

KABAR BANTEN - Anda mungkin pernah mengenal atau melihat seseorang yang sering berbohong. Karena seringnya ia berbohong, kita mungkin akan bertanya-tanya, apakah hobi berbohong termasuk gangguan psikologis?

Dalam psikologi, istilah khusus untuk orang dengan kondisi ini adalah Mythomania, mitomania atau pseudologia fantastica. Yuk, ketahui lebih jauh apa itu Mythomania.

Mitomania atau mythomania merupakan suatu kondisi di mana penderitanya memiliki kebiasaan berbohong yang tidak dapat dikendalikan. Kebohongan ini juga dikenal dengan sebutan pathological lying.

Seseorang yang memiliki kondisi ini sering berbohong, bahkan untuk hal yang tidak menuntut mereka untuk terpaksa berdusta. Mereka mungkin lebih nyaman mengatakan hal tersebut daripada kebenaran, meski itu hal yang tidak penting sekalipun.

Seorang Ustadz pun bisa diduga mengidap penyakit kejiwaan mythomania. Penyakit ini berkaitan dengan kebiasaan seseorang berhalusinasi dan berbohong dalam jangka waktu lama.

Seperti dikutip Kabar Banten dari akun Facebook Catatan Bebas Coach Madya, berikut informasi tentang Mythomania.

Mythomania adalah gangguan psikologis yang menempatkan fantasi sebagai fakta. Kebohongan-kebohongan itu diciptakan berdasarkan fantasi seseorang untuk meyakinkan orang lain.

Mythomania juga menggambarkan keadaan seseorang yang sering bohong dalam jangka waktu yang lama dan terus dilakukan meskipun tidak ada maksud untuk mendapatkan keuntungan pada setiap kebohongan yang disampaikan.

Pada tahap mythomania, tidak jarang orang tersebut akan mempercayai kebohongannya sendiri dan tidak dapat membedakan mana kebohongan dan mana kenyataan.

Penyebab mythomania cukup beragam. Salah satu alasannya adalah faktor psikologis pengidap. Biasanya, orang yang memiliki mythomania pernah memiliki pengalaman kegagalan atau pengalaman yang kurang baik dari kenyataan yang pernah ada misalnya kegagalan dalam keluarga, kegagalan dalam studi, atau pekerjaan.

Bahasa milenialnya adalah halu. Dan penyakit halu ini bisa menghinggapi siapa saja. Artis, selebritis, politisi, Ustadz, atau anak remaja sekalipun. Halu ini sudah berada di tataran fantasi tingkat tinggi.

Halusinasinya bukan hanya sekedar khayalan tapi sudah menjadi fantasi kenyataan.

Bahaya yang pasti terjadi akan menimpa pengidapnya dan dapat merugikan orang-orang di sekelilingnya. Untuk orang yang seperti ini perlu pertolongan psikolog dan dokter kesehatan jiwa.

Secara fisik tidak terlihat tidak baik-baik, tapi yakinlah orang yang terkena mythomania tidak sedang baik-baik saja.

Lantas apa saja antisipasi yang harus dilakukan apabila berinteraksi atau berbisnis dengan orang yang halu atau mythomania?

Tentu saja hati-hati dan waspada. Kita berinteraksi seperti dengan orang yang kurang waras yang akan melakukan segala cara dan upaya padahal itu semua hanya khayalan.

Jangan sekali-kali bertransaksi dengan uang atau sejenisnya. Jangan pula berbisnis dan berinvestasi dengan mereka. Kita hanya akan dijanjikan mulut manis dan sisanya adalah penyesalan seumur hidup.

Dan biasanya menular atau paling tidak mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Anak-anak dan koleganya bisa jadi 'tertular' penyakit yang sama yang kemudian mewujud menjadi halu berjamaah.

Pernahkah Anda mendengar ada yang punya wishlist 100 Milyar per hari? Hati-hati dengan ajakan untuk investasi terutama investasi uang. Apabila diimingi dengan memberikan keuntungan berkali-kali lipat, harus diperhatikan lebih seksama. Pasti orangnya halu binti mythomania.***

Editor: Kasiridho

Sumber: Facebook Catatan Bebas Coach Madya

Tags

Terkini

Terpopuler